Rabu, 18 Mei 2016

PERANG MAKASSAR (1660-1669)



Setelah Sulawesi selata di bawah hegemoni Goa dapat dipasifikasikan, perhatian goa diarahkan kepada lawan utamanya ialah voc. Ada beberapa faktor plitik yang kurang menguntungkan goa, yaitu:(1) faksionaliisme dikalangan bangsawan goa-tallo; (2) persaingan ternate untuk menguasai Sulawesi utara, butung dan beberapa kepulauan lain; (3) kontingen pengungsi bugis di batvi.
Dalam menghadapi tekanan-tekanan politik dari luar, di dlam kalangan bangsawan sendiri timbul kelommpok-kelompok yang bertentangan. Karaeng Sumanna didukung oleh empat anggota Bate Salapang, yaitu: Galarang Mamangsa, Tombong, Gontamannang, dan Sanmata. Keempat orang inni sangat berpengaruh di istana. Dalam pertentangan yang timbuantara karaeng tallo dengan karaeng karunrung, kelompok tadi mendukung karaeng tallo, hal ini dikarenakan bahwa karaeng sumanna membenci karaeng karunrung. Meskipun sultan hasanudin lebih menyukai karaeng karunrung, namun sultan membuangnya. Sementara faksionalisme reda, tetapi akan berkobar lagi setelah karaeng karunrung kembali ke Goa.
Karena loyalitas kerajaan-kerajaan vasal yang pasang-surut sejajar dengan meningkat dan merosotnya  kekuasaan pusat sebagai pemegang suzereinitas, maka untuk  memperkuat kedudukannya goa mengirim ekspedisi secara besar-besaran guna meningkatkan kewibawaan dimata kerajaan vasal-vasalnya. Ekspedisi ini juga memantapkan kekuasaan di daerah-daerah yang menadi sengketa dengan Ternate. Pada bulan oktober 1665 dikirim ekspedisi ke Butung yang telah memberi perlindungan sementara kepada Arung Palaka. Ekspedisi itu ada dalam perjalan ke kepulauan Sula, Bnggai dan Tembuk dengan tujuan memaksa rajanya untuk mengakui suzereinitas Goa, sekaligus tuntutan ternate dapat dielakan. Benteng tternate di ssula dihancurkan dan perkampungannya dirusak, daerah-daerah lain yang menjadi tuntutan ternate ialah Muna, Banggai, Lampute dan Gorontalo. Kecuali daerah-daerah tersebut Ambar dan butung juga menjadi sasran-sasaaan berikutnya. Pada tahun itu juga di bawah pimpinan Kashili Kalimata ekspedisi kedua terdiri dari 300 kapal menghancurkan Sula, Tambuku dan Banggai.
Untuk menghadapi agresi Goa Sultan Madrashah dari ternate mementuk aliansi dengan sultan Butung dan VOC yang bertujuan membantu perjuangan bangsa bugis. Sebaliknya golongan dari masyarakat bugis yang lebih memihak pada Goa, antara lain seorang saudara sultan tenate,  kashili kalimata yang dalam perebutan kekuasaan hendak menggulingkan sultan madrashah. Dari luar goa hanya memperoleh bantuan yang wajar dari banten. Diberitakan bahwa seorang bangsawan kareang konnon menyelenggarakan hubngan dengan banten dan kemudian memihak Makassar, karena senantiasa dalam keadaan bermusuhan dengan Ternate. Dari pihak tenate dengan VOC diberitakan ada tuduhan-tuduhan Tidore bersekongkol dengan Makassar. Persengketaan antara goa dengan ternate adalah disebabkan pelanggaran perjanjian 19 agustus 1660 ang menentukan bahwa Butung dan Manado termauk daerah kekuasaan Ternate.
Faktor lain yang turut menentukan jalan dan kesudahan konfrontasi antara Makasar dan VOC adalah bangsa bugis yang ada dalam persaingan, terutama yang ada di Batavia. Kontingen bugis di bawah pimpinn Arung Palaka dibi pemukiman tersendiri di dekat sungai Angke dan mereka disebut dengan Toangke. Mereka mendapat pelatihan dalam berbagai keterampilan berperang dengan disiplin agar selalu siap untuk bertempur. Politik VOC tidak segan menggunakan pasukan toangke untuk turut serta dalam ekspedisi ke sumatera barat dimana ada perlawanan kuat terhadap VOC pada tahun 1666. Arung palaka memperoleh kemenangan di daerah Ulakan dan dia pun dijuluki raja Ulakan sementara kapten Jonker kepala pasukan prajurit Ambon djadikan kepala Pariaman. Pada akhir tahun itu juga merek bergabung dalam ekspedisi VOC di Makassar.           
 Hubungan antara makasar dengan VOC tak berkenbang menjadi rivalitas, karena tujuan VOC untuk memegang monopoli perdagangan langsung bertentangan dengn system terbuka, suatu hal yang menjadi kepentingan makassar selama berkedudukan sebagai pusat perdgangan dengan hegemoni politik sebagai dukungannya.
Untuk meghadapi kemungkinan pecahnya perang dengan belanda, sultn hasanuddin pada akhir oktober 1660 mengumpulkan semua bangsawan yang diminta bersumpah setia kepadanya. Meskipun sultan hasanuin dan kelompok besar bangsawan lebih suka berpolitik damai, ada partai perang di bawah pimpinan karaeng popo. Pertahanan dibagi atas beberapa sector
1.                  Pasukan sebesa 3000 orang dibawah pimpinan daeng tololo, saudara laki-laki sultan sendiri, mempertahankan benteng
2.                  Sultan Hasanudin dan karaeng tallo menjaga istana sombaopu
3.                  Pertahanan daerah portugis diserahkan kepada karaeng lengkese
4.                  Karaeng karunrung sebagai komandan benteng ujung pandang, wanita dan anak-anak diungsikan kehutan sementara laki-laki dewasa ikut mmpertahankan keamanan kerajaan.

Dikabarkan pasukan makasar yang diletakkan di sungai ongkong ada sekitar 1500 orang sementara di benteng ada 5000-6000 personel keamanan. Kekuatan Voc sangat ditentukan oleh aliansinya dengan Toangke, sementara pihak goa-tallo juga bergantung pada aliansi-aliansinya dengam kerajaan-kerajaan tetangga di Sulawesi selatan, ditambah dengan vassal-vasalnya di seberang lautan. Akhirnya bangsa melayu menjadi kekuatan yang dapat diandalkan oleh Makassar, karena jalannya pepeangan menentikam hidup matinya mereka.
Pada pertengahan tahun 1667 ada usaha pendekata antara soppeng dan bone, dengan melupakan pelanggaran perjanjian pada tahun1660 oleh bone. Para bangsawan bersumpah akan menjunjung tinggi perjanjian attapang serta menerima pimpinan arung palaka. Voc mendapat banyak dukungan dari aliansisoppeng-bonedan tongke. Dengan jumlah pasukan mencapai 18000 orang. Pihak voc mengirim 21 kapal termauk kapal admiral ”tertholen” dan jumlah pasukan 1870 orang, terdiri 818 pelaut, 578 pasukan belanda dan 395 orang pribumi.
Jalannyabperang dipengaruhi juga oleh faktir iklim, suatu factor yang sejak awal diperhitungkan olh pihak VOC. Sehubungan dengan itu serangan terhadap makasar ditunggu sampai musim hujan reda. Hal ini dikarenakan pelabuhan-pelabuhan di Makassar kurang aman bagi kapal-kapal, antara tahun 1666-1669 selama tiga musim hujan tidak banyak perang yang terjadi.
Di tengah-tengah masa perang yaitu april-juli 1668 berjangkitlah epidemisehingga kedua pihak tidak banyak melakukan operasi. Tidak boleh dilupakan bahwa dari tahun 1665-1667 belanda menghadapi inggris dalam perang inggris kedua. Perang dengan pasukan Makassar merupakan konflik terbesar kedua bagi VOC dalam menalankan penetrasi di Nusantara.dari perang Makassar ini diperoleh bantuan yang memungkinkan kemenangan dengan aliansi arung palaka beserta toangkenya. Berkali-kali VOC memanfatkan adanya faksionalisme serta konflik dan perpecahan diantara unsur-unsur pribumi, yaitu dengan membentuk aliansi dengan salah satu pihak, dengan leluasanya belanda menggunakan politik divide at imperanya. Dalam hal inni VOC tidak hanya berhasil merebut monopoli perdagangan tetapi juga mendapat kekuasaan politik sebagai pemegang suzuereinitas di nusntara. Struktur kelembagaan politik dipertahankan namun pengawasan dan pembatasan hubugan di bawah control VOC.

Jalanya Perang (Desember1666-Juni1669)
Angkatan perang voc yang berangkat pada tanggal 24 november 1666 dari Batavia tiba di pelabuhan Makassar 19 Dsember. Spellman seorang pemimpin perang VOC di Makassar memerintahkan untuk melakukan pemboman terhadap Makassar untuk mengintimidasi. Meskipun arung palaka mendesak untuk melakukan serangan, speelman memutuskan untuk menunda operasi itu, ekspedisi bergerak menuju arah Butung untuk menyerang persediaan beras, namun di butung terdapat 15000 pasukan Makassar di bawah pimpinan karraeng bottomarannu, sultan bima, opu cening wulu. Namun penampilan dari arung palaka rupanya menimbulkan perubahan sikap secara radikal di kalangan pasukan Makassar. 5000 orang bugis berbalik dan memihak arung palaka, dan sisanya dilucuti dan VOC memenangkan perang. Berita tentang peristiwa di butung menggelisahkn psukan Makassar maka persiapan pertahanan terus ditingkatkan.
Selanjutnya VOC-bugis menyerang benteng galesong, suatu kunci strategis pertahanan Makassar, pertempuran yang sengit ini akhirnya dapat memukul mundur pasukan Makassar dan pada agustus 1667 galesong dikosongkan dan semua pasukan mundur ke Makassar. Sewaktu pasukan voc-bugis mengadakan pengepungan terhadp Makassar, timbullah pebedaan pendapat antara arung palaka dengan speelman. Satu pihak menginginkan untuk menerukan peperangan dan dipihak lain menginginkan perundingan perdamaian. Suatu pertempuran besar terjadi di Makassar pada tanggal 26 oktober 1667 dimana pasukan Makassar mengalami kekalahan sehingga terbukalah jalan ke somboapu dengan istananya. Akibat kekalahan perang yang berturut-turut karaeng layo, karaeng bangkala dan kashili kalimat datang mencari perdamaian. Suatu gencatan senjata selama tiga hari dan akhirnya karaeng lengkese dan karaeng bontosungu dengan kekuasaan dari sultan hasanudin dating untuk berunding. Perundingan dimulai tanggal13 november 1667 di desa bongoya dekat Basombong.

Kesudahan Konfrontasi: Perjanjian Dan Pendudukan (1669)
Antara gencatan senjata 6 November dan penandatanganan perjanjian diadakan pertemuan-pertumuan antara kedua belah pihak yang bertikai yakni pihak VOC dengan sultan hasanudin, tercapailah persetuuan bahwa dari pihak Makassar karaeng karunrung bertindak sebagai wakilnya sedang dari pihak VOC speelman sendiri yang mewakili, perundingan ini dilakukan dalam bahasa portugis. Adapun isi dari tuntutan dari speelman tersebut ialah:
a.                   Perjanjian-perjanjian sebelumnya arus ditaati dan dilaksanakan.
b.                   Pengembalian balik kapal belanda  maupun alat senjata dari kapal leeuwin dan walvisch yang di lucuti oleh Makassar.
c.                   Semua kerugian dan kerusakan akibat perang yang dialami VOC harus diganti oleh Makassar.
d.                  Makassar harus melepaskan suzuereinitas terhadap kerajaan lain seperti bone, turatea.
e.                   Bnteng-benteng pertahanan Makassar harus dikosongkan.
f.                   Daerah-daerah yang didduki sejak perang harus ditinggalkan.
g.                  Penyarahan pelaku perang yakni sultan bima dan karaeng bontomaranru.
Ada sekitar sepuluh butir yang langsung menjadi kepentingan dari VOC baik dibidang politik, militer dan ekonomi seperti:
1.                  Jaminan hutang kepada VOC
2.                  Penyerahan teritoir yang disebut dalam perang.
3.                  Pengawasan bima ialihkan kepada VOC.
4.                  Pembatasan kegiatan pelayaran orang Makassar.
5.                  Penutupan Makassar bagi perdagangan bangsa eropa yang lain kecuali VOC.
6.                  Peredaran mata uang VOC di Makassar.
7.                  Pembebasan bea cukai bagi VOC.
8.                  Menyerahkan sejumlah 1500 orang budak.
9.                  Hak tunggal VOC menjual bahan kain dan pecah belah Cina.
10.              Yurisdiksi daerah pertahanan Ujung Pandang d tangan VOC.
Butir-butir tersebut di atas mencerminkan kepentingn monopoli VOC di makassarserta memperkuat kedudukan politik, milternya di Makassar dan Indonesia timur.
Dengan ditandatanganinya perjanjian tersebut tidaklah sekaligus pulih keadaan Makassar seperti sediakala. Suasan massih diliputi ketegangan karena sikap permusuhan dan dendam belum mereda, bahkan masih banyak terdapat kelompok-kelompok yang tidak menyetujui isi dari perjanjia tersebut, terutama karaeng Karunrung tidak puas dengan keadaan politik itu, maka ia mendekati sekutu lama seperti goa. Serta kelompok pedagang melayu benar-benar fanatic melawan belanda dan terdapat beberapa pertempuran yang tak dapat dielakkan.
Meskipuun perlawanan dari kerajaan-kerajaan sudah dapat dipatahkan, namun Arung Palaka masih menghadapii pemberontakan-pemberontakan. Untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan bangunan dan mendirikan banggunan-bangunan baru banyak dikerahkan tenaga orang Makassar, suatu tindakan pembalasan perlakuan terhadap orang bone.  Dari kerajaan-kerajaaan lain datan secara berduyun-duyun tenaga kerja. Meskipun arung palaka tidak menyetujui mobilisasi itu, namun dialah yang dianggap bertangung jawab dan bukan VOC. 
Selama perang Makassar, mandar menjadi tempat pengungsian orang-orang makassar, wajo dan daerah-daerah lain. Dari mandar mereka masih melanjutkan permusuhan dengan VOC dan  orang bugis yang berpihak kepada VOC. Ketidakhdiran la ma,daremmeng pada waktu tertentu di benteng riterdam merupakn tanda bahwa VOC menganggapnya tidak bersahabat dan dicurigai bahwa dia memiliki rencana mengambil kekuasaan sendiri di Bone. Akhirnya dia diturunkan dari tahta kerajaan Bone dan diganti oleh Arung Palaka. Lewat intrik dan provokasi lawan-lawannya, antara lain dari karaeng kankurung berusah menjatuhkan Arung Palaka, baik di mata rakyat maupun VOC, kesemuanya dapat digagalkan. Yang menimbulkan kecurigaan VOC akhirnya ialah hubungan baik antara arung palaka dengan sultan amir hamzah mulai berkembang. Kedudukannya sebagai raja di bone juga membangkitkan kekhawatiran paa VOC, kalau-kalau kekuasaannya menjadi terlalu besar sehingga membahayakan kedudukan VOC sendiri.
Daftar pustaka
Kartodirdjo, Sartono. 1999. Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Poesponegoro, Marwati Djoened.1993.sejarah nasional Indonesia III.Jakarta.Balai Pustaka

Wikipedia,(2011).Sejarahnusantara1602_1800.from,id.wikipedia.org/wiki/sejarah_Nusantara (1602-1800)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar