Jumat, 27 Desember 2013


Minggu, 20 Oktober 2013

NAMA: MUSRI INDRA WIJAYA
NIM: 1205120615
KELAS: B
TEMA: VOC
SEJARAH INDONESIA 3




PERANG MAKASSAR (1660-1669)
Setelah Sulawesi selata di bawah hegemoni Goa dapat dipasifikasikan, perhatian goa diarahkan kepada lawan utamanya ialah voc. Ada beberapa faktor plitik yang kurang menguntungkan goa, yaitu:(1) faksionaliisme dikalangan bangsawan goa-tallo; (2) persaingan ternate untuk menguasai Sulawesi utara, butung dan beberapa kepulauan lain; (3) kontingen pengungsi bugis di batvi.
Dalam menghadapi tekanan-tekanan politik dari luar, di dlam kalangan bangsawan sendiri timbul kelommpok-kelompok yang bertentangan. Karaeng Sumanna didukung oleh empat anggota Bate Salapang, yaitu: Galarang Mamangsa, Tombong, Gontamannang, dan Sanmata. Keempat orang inni sangat berpengaruh di istana. Dalam pertentangan yang timbuantara karaeng tallo dengan karaeng karunrung, kelompok tadi mendukung karaeng tallo, hal ini dikarenakan bahwa karaeng sumanna membenci karaeng karunrung. Meskipun sultan hasanudin lebih menyukai karaeng karunrung, namun sultan membuangnya. Sementara faksionalisme reda, tetapi akan berkobar lagi setelah karaeng karunrung kembali ke Goa.
Karena loyalitas kerajaan-kerajaan vasal yang pasang-surut sejajar dengan meningkat dan merosotnya  kekuasaan pusat sebagai pemegang suzereinitas, maka untuk  memperkuat kedudukannya goa mengirim ekspedisi secara besar-besaran guna meningkatkan kewibawaan dimata kerajaan vasal-vasalnya. Ekspedisi ini juga memantapkan kekuasaan di daerah-daerah yang menadi sengketa dengan Ternate. Pada bulan oktober 1665 dikirim ekspedisi ke Butung yang telah memberi perlindungan sementara kepada Arung Palaka. Ekspedisi itu ada dalam perjalan ke kepulauan Sula, Bnggai dan Tembuk dengan tujuan memaksa rajanya untuk mengakui suzereinitas Goa, sekaligus tuntutan ternate dapat dielakan. Benteng tternate di ssula dihancurkan dan perkampungannya dirusak, daerah-daerah lain yang menjadi tuntutan ternate ialah Muna, Banggai, Lampute dan Gorontalo. Kecuali daerah-daerah tersebut Ambar dan butung juga menjadi sasran-sasaaan berikutnya. Pada tahun itu juga di bawah pimpinan Kashili Kalimata ekspedisi kedua terdiri dari 300 kapal menghancurkan Sula, Tambuku dan Banggai.
Untuk menghadapi agresi Goa Sultan Madrashah dari ternate mementuk aliansi dengan sultan Butung dan VOC yang bertujuan membantu perjuangan bangsa bugis. Sebaliknya golongan dari masyarakat bugis yang lebih memihak pada Goa, antara lain seorang saudara sultan tenate,  kashili kalimata yang dalam perebutan kekuasaan hendak menggulingkan sultan madrashah. Dari luar goa hanya memperoleh bantuan yang wajar dari banten. Diberitakan bahwa seorang bangsawan kareang konnon menyelenggarakan hubngan dengan banten dan kemudian memihak Makassar, karena senantiasa dalam keadaan bermusuhan dengan Ternate. Dari pihak tenate dengan VOC diberitakan ada tuduhan-tuduhan Tidore bersekongkol dengan Makassar. Persengketaan antara goa dengan ternate adalah disebabkan pelanggaran perjanjian 19 agustus 1660 ang menentukan bahwa Butung dan Manado termauk daerah kekuasaan Ternate.
Faktor lain yang turut menentukan jalan dan kesudahan konfrontasi antara Makasar dan VOC adalah bangsa bugis yang ada dalam persaingan, terutama yang ada di Batavia. Kontingen bugis di bawah pimpinn Arung Palaka dibi pemukiman tersendiri di dekat sungai Angke dan mereka disebut dengan Toangke. Mereka mendapat pelatihan dalam berbagai keterampilan berperang dengan disiplin agar selalu siap untuk bertempur. Politik VOC tidak segan menggunakan pasukan toangke untuk turut serta dalam ekspedisi ke sumatera barat dimana ada perlawanan kuat terhadap VOC pada tahun 1666. Arung palaka memperoleh kemenangan di daerah Ulakan dan dia pun dijuluki raja Ulakan sementara kapten Jonker kepala pasukan prajurit Ambon djadikan kepala Pariaman. Pada akhir tahun itu juga merek bergabung dalam ekspedisi VOC di Makassar.           
 Hubungan antara makasar dengan VOC tak berkenbang menjadi rivalitas, karena tujuan VOC untuk memegang monopoli perdagangan langsung bertentangan dengn system terbuka, suatu hal yang menjadi kepentingan makassar selama berkedudukan sebagai pusat perdgangan dengan hegemoni politik sebagai dukungannya.
Untuk meghadapi kemungkinan pecahnya perang dengan belanda, sultn hasanuddin pada akhir oktober 1660 mengumpulkan semua bangsawan yang diminta bersumpah setia kepadanya. Meskipun sultan hasanuin dan kelompok besar bangsawan lebih suka berpolitik damai, ada partai perang di bawah pimpinan karaeng popo. Pertahanan dibagi atas beberapa sector
1.                  Pasukan sebesa 3000 orang dibawah pimpinan daeng tololo, saudara laki-laki sultan sendiri, mempertahankan benteng
2.                  Sultan Hasanudin dan karaeng tallo menjaga istana sombaopu
3.                  Pertahanan daerah portugis diserahkan kepada karaeng lengkese
4.                  Karaeng karunrung sebagai komandan benteng ujung pandang, wanita dan anak-anak diungsikan kehutan sementara laki-laki dewasa ikut mmpertahankan keamanan kerajaan.

Dikabarkan pasukan makasar yang diletakkan di sungai ongkong ada sekitar 1500 orang sementara di benteng ada 5000-6000 personel keamanan. Kekuatan Voc sangat ditentukan oleh aliansinya dengan Toangke, sementara pihak goa-tallo juga bergantung pada aliansi-aliansinya dengam kerajaan-kerajaan tetangga di Sulawesi selatan, ditambah dengan vassal-vasalnya di seberang lautan. Akhirnya bangsa melayu menjadi kekuatan yang dapat diandalkan oleh Makassar, karena jalannya pepeangan menentikam hidup matinya mereka.
Pada pertengahan tahun 1667 ada usaha pendekata antara soppeng dan bone, dengan melupakan pelanggaran perjanjian pada tahun1660 oleh bone. Para bangsawan bersumpah akan menjunjung tinggi perjanjian attapang serta menerima pimpinan arung palaka. Voc mendapat banyak dukungan dari aliansisoppeng-bonedan tongke. Dengan jumlah pasukan mencapai 18000 orang. Pihak voc mengirim 21 kapal termauk kapal admiral ”tertholen” dan jumlah pasukan 1870 orang, terdiri 818 pelaut, 578 pasukan belanda dan 395 orang pribumi.
Jalannyabperang dipengaruhi juga oleh faktir iklim, suatu factor yang sejak awal diperhitungkan olh pihak VOC. Sehubungan dengan itu serangan terhadap makasar ditunggu sampai musim hujan reda. Hal ini dikarenakan pelabuhan-pelabuhan di Makassar kurang aman bagi kapal-kapal, antara tahun 1666-1669 selama tiga musim hujan tidak banyak perang yang terjadi.
Di tengah-tengah masa perang yaitu april-juli 1668 berjangkitlah epidemisehingga kedua pihak tidak banyak melakukan operasi. Tidak boleh dilupakan bahwa dari tahun 1665-1667 belanda menghadapi inggris dalam perang inggris kedua. Perang dengan pasukan Makassar merupakan konflik terbesar kedua bagi VOC dalam menalankan penetrasi di Nusantara.dari perang Makassar ini diperoleh bantuan yang memungkinkan kemenangan dengan aliansi arung palaka beserta toangkenya. Berkali-kali VOC memanfatkan adanya faksionalisme serta konflik dan perpecahan diantara unsur-unsur pribumi, yaitu dengan membentuk aliansi dengan salah satu pihak, dengan leluasanya belanda menggunakan politik divide at imperanya. Dalam hal inni VOC tidak hanya berhasil merebut monopoli perdagangan tetapi juga mendapat kekuasaan politik sebagai pemegang suzuereinitas di nusntara. Struktur kelembagaan politik dipertahankan namun pengawasan dan pembatasan hubugan di bawah control VOC.

Jalanya Perang (Desember1666-Juni1669)
Angkatan perang voc yang berangkat pada tanggal 24 november 1666 dari Batavia tiba di pelabuhan Makassar 19 Dsember. Spellman seorang pemimpin perang VOC di Makassar memerintahkan untuk melakukan pemboman terhadap Makassar untuk mengintimidasi. Meskipun arung palaka mendesak untuk melakukan serangan, speelman memutuskan untuk menunda operasi itu, ekspedisi bergerak menuju arah Butung untuk menyerang persediaan beras, namun di butung terdapat 15000 pasukan Makassar di bawah pimpinan karraeng bottomarannu, sultan bima, opu cening wulu. Namun penampilan dari arung palaka rupanya menimbulkan perubahan sikap secara radikal di kalangan pasukan Makassar. 5000 orang bugis berbalik dan memihak arung palaka, dan sisanya dilucuti dan VOC memenangkan perang. Berita tentang peristiwa di butung menggelisahkn psukan Makassar maka persiapan pertahanan terus ditingkatkan.
Selanjutnya VOC-bugis menyerang benteng galesong, suatu kunci strategis pertahanan Makassar, pertempuran yang sengit ini akhirnya dapat memukul mundur pasukan Makassar dan pada agustus 1667 galesong dikosongkan dan semua pasukan mundur ke Makassar. Sewaktu pasukan voc-bugis mengadakan pengepungan terhadp Makassar, timbullah pebedaan pendapat antara arung palaka dengan speelman. Satu pihak menginginkan untuk menerukan peperangan dan dipihak lain menginginkan perundingan perdamaian. Suatu pertempuran besar terjadi di Makassar pada tanggal 26 oktober 1667 dimana pasukan Makassar mengalami kekalahan sehingga terbukalah jalan ke somboapu dengan istananya. Akibat kekalahan perang yang berturut-turut karaeng layo, karaeng bangkala dan kashili kalimat datang mencari perdamaian. Suatu gencatan senjata selama tiga hari dan akhirnya karaeng lengkese dan karaeng bontosungu dengan kekuasaan dari sultan hasanudin dating untuk berunding. Perundingan dimulai tanggal13 november 1667 di desa bongoya dekat Basombong.

Kesudahan Konfrontasi: Perjanjian Dan Pendudukan (1669)
Antara gencatan senjata 6 November dan penandatanganan perjanjian diadakan pertemuan-pertumuan antara kedua belah pihak yang bertikai yakni pihak VOC dengan sultan hasanudin, tercapailah persetuuan bahwa dari pihak Makassar karaeng karunrung bertindak sebagai wakilnya sedang dari pihak VOC speelman sendiri yang mewakili, perundingan ini dilakukan dalam bahasa portugis. Adapun isi dari tuntutan dari speelman tersebut ialah:
a.                   Perjanjian-perjanjian sebelumnya arus ditaati dan dilaksanakan.
b.                   Pengembalian balik kapal belanda  maupun alat senjata dari kapal leeuwin dan walvisch yang di lucuti oleh Makassar.
c.                   Semua kerugian dan kerusakan akibat perang yang dialami VOC harus diganti oleh Makassar.
d.                  Makassar harus melepaskan suzuereinitas terhadap kerajaan lain seperti bone, turatea.
e.                   Bnteng-benteng pertahanan Makassar harus dikosongkan.
f.                   Daerah-daerah yang didduki sejak perang harus ditinggalkan.
g.                  Penyarahan pelaku perang yakni sultan bima dan karaeng bontomaranru.
Ada sekitar sepuluh butir yang langsung menjadi kepentingan dari VOC baik dibidang politik, militer dan ekonomi seperti:
1.                  Jaminan hutang kepada VOC
2.                  Penyerahan teritoir yang disebut dalam perang.
3.                  Pengawasan bima ialihkan kepada VOC.
4.                  Pembatasan kegiatan pelayaran orang Makassar.
5.                  Penutupan Makassar bagi perdagangan bangsa eropa yang lain kecuali VOC.
6.                  Peredaran mata uang VOC di Makassar.
7.                  Pembebasan bea cukai bagi VOC.
8.                  Menyerahkan sejumlah 1500 orang budak.
9.                  Hak tunggal VOC menjual bahan kain dan pecah belah Cina.
10.              Yurisdiksi daerah pertahanan Ujung Pandang d tangan VOC.
Butir-butir tersebut di atas mencerminkan kepentingn monopoli VOC di makassarserta memperkuat kedudukan politik, milternya di Makassar dan Indonesia timur.
Dengan ditandatanganinya perjanjian tersebut tidaklah sekaligus pulih keadaan Makassar seperti sediakala. Suasan massih diliputi ketegangan karena sikap permusuhan dan dendam belum mereda, bahkan masih banyak terdapat kelompok-kelompok yang tidak menyetujui isi dari perjanjia tersebut, terutama karaeng Karunrung tidak puas dengan keadaan politik itu, maka ia mendekati sekutu lama seperti goa. Serta kelompok pedagang melayu benar-benar fanatic melawan belanda dan terdapat beberapa pertempuran yang tak dapat dielakkan.
Meskipuun perlawanan dari kerajaan-kerajaan sudah dapat dipatahkan, namun Arung Palaka masih menghadapii pemberontakan-pemberontakan. Untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan bangunan dan mendirikan banggunan-bangunan baru banyak dikerahkan tenaga orang Makassar, suatu tindakan pembalasan perlakuan terhadap orang bone.  Dari kerajaan-kerajaaan lain datan secara berduyun-duyun tenaga kerja. Meskipun arung palaka tidak menyetujui mobilisasi itu, namun dialah yang dianggap bertangung jawab dan bukan VOC. 
Selama perang Makassar, mandar menjadi tempat pengungsian orang-orang makassar, wajo dan daerah-daerah lain. Dari mandar mereka masih melanjutkan permusuhan dengan VOC dan  orang bugis yang berpihak kepada VOC. Ketidakhdiran la ma,daremmeng pada waktu tertentu di benteng riterdam merupakn tanda bahwa VOC menganggapnya tidak bersahabat dan dicurigai bahwa dia memiliki rencana mengambil kekuasaan sendiri di Bone. Akhirnya dia diturunkan dari tahta kerajaan Bone dan diganti oleh Arung Palaka. Lewat intrik dan provokasi lawan-lawannya, antara lain dari karaeng kankurung berusah menjatuhkan Arung Palaka, baik di mata rakyat maupun VOC, kesemuanya dapat digagalkan. Yang menimbulkan kecurigaan VOC akhirnya ialah hubungan baik antara arung palaka dengan sultan amir hamzah mulai berkembang. Kedudukannya sebagai raja di bone juga membangkitkan kekhawatiran paa VOC, kalau-kalau kekuasaannya menjadi terlalu besar sehingga membahayakan kedudukan VOC sendiri.
Daftar pustaka
Kartodirdjo, Sartono. 1999. Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Poesponegoro, Marwati Djoened.1993.sejarah nasional Indonesia III.Jakarta.Balai Pustaka

Wikipedia,(2011).Sejarahnusantara1602_1800.from,id.wikipedia.org/wiki/sejarah_Nusantara (1602-1800)

Kamis, 10 Oktober 2013



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Pembangunan politik adalah bagian dari pembangunan nasional secara keseluruhan, dimana pembangunan itu diarahkan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang demokratis sehingga terwujudnya suatu ketertiban politik. Pembangunan politik merupakan salah satu aspek pembangunan nasional yang bisa dipandang sebagai wahana bagi aspek pembangunan lainnya. Yang disebabkan oleh adanya saling keterkaitan, misalnya pembangunan ekonomi dapat mendorong pembangunan politik serta bidang-bidang lainnya.
Suatu Negara jika dari segi ekonominya maju, akan mendorong kemajuan dalam bidang yang lain, sebab dengan semakin makmurnya masyarakat, akan terciptanya suatu masyarakat yang semakin maju. Pembangunan politik apabila dikaitkan dengan Marxisme, dilihat dari segi ekonomi karena Marxisme berbasis ekonomi dan supra - strukturnya banyak,seperti ideologi, agama, politik, budaya, dan sebagainya. Marxisme menginginkan keseimbangan kelas / kesetaraan kelas untuk terwujudnya pembangunan dan kesejahteraan bersama.
Berbicara mengenai Marxisme mungkin alam pikiran kita akan langsung dibawa kepada Negara-negara berhaluan sosialis-komunis seperti Cina, Kore Utara, Vietnam, Kuba, Negara-negara eks Uni Soviet (yang kemudian pecah menjadi 14 negara republik), dan eks Jerman Timur. Paradigma ini telah tersusun begitu kuat hingga kita akan selalu berpikir bahwa Marxis adalah paham mengenai sosialis- komunis. Apakah memang benar realitanya demikian?
Ideologi Marxis tidak disangkal lagi memang sangat berkaitan dengan sosialis -komunis, akan tetapi Marxisme bukanlah paham yang 100% sosialis-komunis seperti yang kita bayangkan. Ada sebuah pencampuradukan makna yang seringkali membuat kerancuan antara pengertian Marxisme yang sebenarnya dengan paham sosialis-komunis. Menurut Franz Magnis Suseno istilah “Marxisme” tidak sama dengan komunisme. Komunisme (dalam hal ini komunisme internasional) adalah gerakan dan kekuatan politik partai-partai komunis yang menjadi kekuatan politis dan ideologis internasional di bawah pimpinan W.I Lenin. Ajaran komunis Lenin ini merupakan ideologi komunisme dunia (selanjutnya disebut dengan ideology Marxisme-Leninisme) dan Marxisme hanyalah salah satu komponen dalam komunisme yang dikenal selama ini (Suseno, 1999). Kaum komunis memang selalu mengklaim interpretasi atas ajaran Marx sebagai ideology mereka agar dipandang sebagai pewaris sah ajaran Marx ini. Istilah komunisme sendiri sebelum disahkan oleh Lenin sebagai paham komunisnya ternyata telah ada di dalam masyarakat jauh sebelum digaungkan oleh Lenin. Komunisme merupakan suatu cita-cita utopis masyarakat dimana segala hak milik pribadi dihapus dan semuanya dimiliki bersama.
Secara praktis dan ringkas pemikiran Karl Marx sebenarnya muncul dikarenakan adanya eksploitasi dari kaum borjuis terhadap kaum proletar dalam suatu proses produksi sebagai akibat dari adanya sistem kapitalisme (Woodfin, 2008). Sistem kapitalisme yang terjadi setelah revolusi industrinya berlangsung (yang menandai berakhirnya sistem feodal) dimana dipergunakan tekhnologi dalam industri yang menyebabkan peran buruh menjadi kurang. Pihak borjuis yang menguasai sarana produksi dapat dengan mudahnya mendapatkan penghasilan karena bisa melakukan proses produksi. Sebaliknya kaum proletar yang pendapatannya tergantung dengan kaum borjuis semakin terpojok akibat kapitalisme yang menggantikan posisi mereka dengan tekhnologi baru (Pozzolini, 2006). Berawal dari sinilah terjadinya antagonisme kelas antara kaum borjuis dan proletar.
Marx menolak secara tegas adanya ketidakseimbangan kelas antara proletar dan borjuis, ia menghendaki adanya revolusi proletariat. Inilah tugas yang seharusnya dilakukan oleh kaum proletar untuk mendapatkan kesetaraan dan haknya kembali yakni menggulingkan kapitalisme dengan mengebrak kaum borjuis ( Pozzolini, 2008). Dengan adanya revolusi maka kesetaraan akan didapatkan kembali dan utopianisme untuk membuat masyarakat dunia yang sosialis akan terbantahkan. Dunia yang dicita-citakan dimana hak milik pribadi dihapuskan dan menjadi hak bersama bukanlah hal yang mustahil (Suseno, 1999). Hal ini pun akan semakin membuktikan bahwa pemikirn Karl Marx bukan hanya bersifat filsafati namun sangat ilmiah (sosiologis) dan dapat diaplikasikan.
Sangat menarik membicarakan tentang Marxisme ini dalam rangka untuk mewujudkan cita-cita kaum marxis yang anti kapitalis. Studi Pembangunan Politik dapat membantu kita dalam memahami perjuangan kaum marxis yang anti kapitalisme dan untuk menuju masyarakat yang berkeadilan sosial dan ekonomi.




1.2 RUMUSAN MASALAH
Untuk mempermudah dalam penyusunan makalah ini, maka penulisan dibatasi sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimanakah konsep Marxisme-lennisme dalam Pembangunan Politik?
1.2.2 Bagaimana pegaruh dari merxisme-lennisme


1.3 TUJUAN PENULISAN
Ada beberapa alasan mengapa tulisan ini dibuat penulis, yaitu :
1.3.1 Menjelskan pengertian marxisme-lennisme
1.3.2 Menjelaskan konsep Marxisme-lennisme
1.3.3 Menjelaskan pengaruh marxisme-lennisme










BAB II
PEMBAHASAN

2.1 MARXISME-LENNISME
Marxisme-Leninisme adalah suatu teori politik dan ekonomi yang dirumuskan Lenin dalam kerangka tafsirannya terhadap pemikiran Marx. Teori politik dan ekonomi ini nantinya akan menjadi ideologi yang mendasari semua partai komunis pada abad kedua puluh. Di dalam teori ini, pada hematnya, ada satu pandangan yang kiranya cukup menarik untuk dibahas, yakni tentang konsep masyarakat komunis yang ideal, dan upaya-upaya yang kiranya diperlukan untuk mewujudkannya. Komunisme sendiri, sebagai bagian dari Marxisme-Leninisme, adalah suatu paham yang menyatakan bahwa negara haruslah ditata berdasarkan pada kepemilikan kolektif (collective ownership) atas semua harta benda, dan pengaturan di dalam tata politik ini dilakukan oleh pemerintah yang juga bertanggungjawab pada kepentingan semua warganya.
konsep masyarakat komunis yang ideal hanya dapat terwujud, jika konsep kekuasaan diktator proletariat dan konsep partai revolusioner telah ada terlebih dahulu. Partai revolusioner, yang memiliki tugas untuk menciptakan kesadaran revolusioner di dalam kaum proletar, dan kekuasaan diktator proletariat, yang diperlukan untuk melawan musuh-musuh yang hendak menentang terciptanya masyarakat komunis, adalah kondisi-kondisi kemungkinan bagi terciptanya masyarakat komunis yang ideal. Argumen ini sebenarnya sudah ada di dalam tulisan-tulisan Lenin. Yang saya lakukan hanyalah mengangkatnya menjadi satu tema tulisan secara spesifik.

Tidaklah berlebihan jika dikatakan, bahwa Leninlah yang membawa pemikiran Marx, sedikit banyak, menjadi realitas. Di dalam tulisan-tulisannya, Marx memang sudah menuliskan bahwa kapitalisme akan hancur pada akhirnya, dan kemudian terciptalah masyarakat sosialis. Akan tetapi, Leninlah yang memikirkan, bagaimana supaya kapitalisme bisa hancur. Dialah pendiri Uni Soviet, sebuah negara yang menjadi pusat gerakan komunisme internasional, sekaligus negara adikuasa kedua di dunia selama hampir seluruh abad kedua puluh. Pada masa-masa jayanya, komunisme menjadi bentuk pemerintahan dari 18 negara di dunia melalui pikiran dan tindakannya yang agresif-revolusioner, Lenin membantu tegaknya komunisme di Russia pada revolusi 1917. pada relasi Lenin dengan Marx? Apakah pemikiran mereka berdua sama, atau berbeda? Dan jika berbeda, dimana perbedaannya? Yang pasti, tidak lama setelah Lenin meninggal pada 1924, Stalin, penggantinya, langsung memberikan label pada pemikiran-pemikiran Lenin sebagai Leninisme. Dengan demikian, pemikiran Lenin kemudian lebih dikenal sebagai Marxisme-Leninisme. Ajaran inilah yang nantinya akan menjadi inti dari seluruh ideologi Komunisme di seluruh dunia. Ajaran ini jugalah yang menjadi inspirasi bagi perjuangan revolusioner hampir di keseluruhan abad kedua puluh. Kiranya tidaklah berlebihan apa yang ditulis Magnis-Suseno, bahwa komunisme, sebagai kekuatan politik yang paling ditakuti pada abad keduapuluh, tidak akan pernah ada tanpa Lenin.

Kiranya, dalam hal relasi antara Lenin dengan Marx, ada dua konsep yang relevan untuk dibicarakan, yakni tentang konsep proletariat sebagai penguasa, dan tentang konsep partai revolusioner. Seperti sudah disinggung pada bagian pendahuluan, kedua konsep ini dapat dipandang sebagai sesuatu yang diperlukan untuk mewujudkan ideal masyarakat komunis, yang akan dibahas pada bagian selanjutnya.

Konsep partai revolusioner berangkat dari pengandaian, bahwa kaum proletariat tidak bisa secara sendirian mengembangkan kesadaran revolusioner mereka. Mereka memerlukan partai untuk menyuntikkan kesadaran tersebut. Hal ini tentunya bertentangan langsung dengan pemikiran Marx. Menurut Marx, apa yang disebut sebagai kesadaran revolusioner bukanlah suatu konsep yang dihasilkan dari refleksi para intelektual, melainkan hasil dari dialektika perjuangan proletariat itu sendiri.[7] Jadi, kesadaran revolusioner proletariat akan tumbuh dan berkembang di dalam pergulatannya. Jika kesadaran revolusioner itu dipompakan dari luar oleh partai, apakah kesadaran tersebut masih sungguh-sungguh otentik? Jika hal itu yang terjadi, maka perjuangan kaum proletariat adalah suatu tandan penindasan baru, yakni penindasan partai. Emansipasi pun tidak akan bisa berlangsung. Buruh akan tetap bergantung pada kekuatan dari luar. Dengan kata lain, konsep partai revolusioner menggambarkan apa yang secara jelas akan ditolak oleh Marx sejak awal, yakni ketertindasan dari luar.[8]

Lenin sendiri berpendapat, bahwa revolusi tidak akan secara niscaya datang. Kesadaran revolusioner kaum buruh pun tidak otomatis tumbuh. Oleh karena itu dibutuhkanlah sebuah partai yang akan mendorong terciptanya kesadaran tersebut. Ada tidaknya revolusi sangat tergantung dari kehendak revolusioner, dan kehendak revolusioner tidak dapat otomatis ada, melainkan harus ‘diadakan’. Disitulah fungsi partai revolusioner. Dalam arti ini, revolusi adalah sesuatu yang dikehendaki, sesuatu yang harus secara aktif diperjuangkan.

Setelah kekuasaan di Russia berada di tangan Kaum Bolshevik, Lenin lalu menghapus semua hak-hak demokratis masyarakat, dan secara sistematik menghancurkan semua pemberontakan. Kekuasaan yang diperlukan untuk membangun sebuah masyarakat komunis, hanya dapat diraih dan dipertahankan dengan adanya kediktatoran kaum proletariat. Jelas, Marx tidak pernah merumuskan ide semacam ini. Ia tidak memikirkan keberadaan sebuah partai yang akan melakukan represi guna menciptakan masyarakat komunis. Baginya, revolusi baru dapat terjadi, jika mayoritas masyarakat adalah kaum proletariat yang akan berhadapan langsung dengan para pemilik modal. Untuk sementara, kaum proletar memang harus menjalankan pemerintahan dengan tangan besi guna menumpas semua pemberontakan dari pemilik modal. Akan tetapi, ini pun hanya berlangsung sebentar. Jika seluruh masyarakat terdiri atas kaum proletar yang tidak lagi mempunyai musuh, maka kekuasaan tangan besi itu pun tidak lagi diperlukan.

Secara historis, kondisi yang dihadapi oleh Lenin pada jamannya sangatlah berbeda dengan apa yang dipikirkan Marx. Pada masa itu, kelas yang merebut kekuasaan adalah kelas yang merupakan minoritas di Russia. Sementara, kelompok lainnya secara jelas menentang kekuasaan partai Bolshevik dan penerapan sosialisme. Dalam situasi semacam itu diperlukanlah suatu bentuk kediktatoran untuk menata keadaan. “Hanya dengan menindas segala perlawanan dan melalui tindakan diktatoris”, demikian tulis Magnis-Suseno tentang Lenin, “sosialisme akan dapat dibangun dan kelas-kelas yang berbeda lama-kelamaan dileburkan menjadi satu kelas pekerja”.[10] Dalam kasus Lenin, kediktatoran partai tersebut akan berlangsung secara permanen.

Dua konsep ini, yakni keberadaan partai revolusioner dan keberadaan partai proletar yang memiliki kekuasaan permanen, akan menjadi penyangga bagi masyarakat komunis yang dirumuskan oleh Lenin. Dengan kata lain, untuk mendirikan masyarakat komunis, seperti yang menjadi cita-cita Marxisme-Leninisme, dua konsep tersebut haruslah ada terlebih dahulu. Tanpanya, masyarakat komunis tidak akan pernah bisa diwujudkan. Lalu, masyarakat komunis macam apakah yang sungguh menjadi cita-cita Marxisme-Leninisme? Pada bab berikutnya, saya akan mencoba menjelaskan versi masyarakat komunis yang menjadi impian Lenin, yang kemudian upaya perwujudannya diteruskan oleh Partai Komunis Uni Soviet.

3. Masyarakat Komunis

Di dalam merumuskan pandangannya mengenai ideal masyarakat komunis, Lenin jelas banyak berhutang pada Marx. Pada bab ini, saya akan mencoba untuk membaca tulisan Marx, Lenin, dan Engels untuk memberikan gambaran umum tentang apa yang dimaksud dengan masyarakat komunis. Tentang masyarakat komunis, Marx pernah menulis,

“.. Setelah subordinasi yang memperbudak dari individu kepada pembagian kerja, dan dengan itu antitesis antara kerja fisik dan kerja mental telah hilang; setelah kerja tidak lagi merupakan alat untuk hidup melainkan tujuan utama dari hidup itu sendiri; setelah kekuatan-kekuatan produktif telah berkembang sejalan dengan perkembangan individu, … hanya dengan begitulah, masyarakat dapat menyatakan hal ini: Dari setiap orang sesuai dengan kemampuannya, kepada setiap orang sesuai dengan kebutuhannya.”

Masyarakat komunis adalah masyarakat yang ditata berdasarkan sistem masyarakat tanpa kelas (classless society). Di dalam masyarakat tersebut, semua sistem diatur berdasar kepemilikkan publik dan kesetaraan bagi semua orang. Tidak ada hak milik pribadi. Prinsip ‘dari setiap orang sesuai kemampuannya dan kepada setiap orang sesuai dengan kebutuhannya’ pun akan terwujud. “Komunisme”, menurut definisi yang diberikan oleh Partai Komunis Uni Soviet pada 1962, “adalah masyarakat yang terorganisir secara rapi yang terdiri dari orang-orang bebas, yang sadar secara sosial… dan bekerja demi kebaikan bagi semua orang.”[12] Orang-orang yang hidup di dalam masyarakat komunis adalah orang-orang yang sadar betul, bahwa pekerjaan mereka bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagai keseluruhan, dan bukan kesejahteraan mereka sendiri.

Seperti yang menjadi judul tulisan ini, prinsip dasar dari masyarakat komunis adalah ‘dari setiap orang sesuai dengan kemampuannya, dan kepada setiap orang sesuai dengan kebutuhannya’. Apa yang dimaksud dengan dari setiap orang sesuai dengan kemampuannya? Pertama, dengan memastikan bahwa setiap orang dapat merealisasikan bakat-bakat mereka sepenuhnya, maka setiap orang akan bekerja sesuai dengan minat dan kemampuannya, dan tingkat produktivitas pun akan meningkat dengan niscaya. Kedua, dengan adanya penghapusan pembagian kerja (division of labour), setiap orang akan bekerja tidak atas paksaan atau perintah dari orang lain, tetapi atas apa yang menjadi kecocokannya, yang membuat hidupnya bermakna. Dengan itu, kepribadian dan kemanusiaan setiap orang akan berkembang sejalan dengan pekerjaan yang mereka jalani. Ketiga -dan inilah yang membedakan komunisme dari sosialisme- jika di dalam masyarakat sosialis, penghasilan diberikan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan, sebaliknya, di dalam masyarakat komunis, setiap orang bekerja dengan dorongan moral (moral stimuli) mereka. Dengan kata lain, setiap orang bekerja tanpa bayaran. Kepuasan bahwa mereka sudah mengabdi pada masyarakat yang lebih luas sudah menjadi bayaran yang lebih dari cukup.

Jelaslah, di dalam masyarakat komunis, kegiatan bekerja bukanlah suatu kegiatan yang didasarkan pada keterpaksaan, melainkan sebuah tujuan tertinggi dari hidup. Hal ini muncul bukan hanya karena kesadaran masyarakatnya saja yang sudah berubah, melainkan juga karena hakekat dari kerja itu sendiri yang telah diubah di dalam masyarakat komunis. Kerja tidak lagi merupakan suatu bentuk eksploitasi terhadap manusia. Kerja-kerja yang dianggap eksploitatif, seperti kerja-kerja fisik, kini digantikan oleh mesin. Sementara, setiap manusia hanya diharuskan bekerja sesuai dengan apa yang menjadi kemampuan dan minatnya. Hakekat kerja yang lama, yakni yang eksploitatif dan melumpuhkan manusia, kini digantikan oleh kerja yang mengembangkan manusia sebagai keseluruhannya. Inilah hakekat kerja di dalam masyarakat komunis.

Partai Komunis Uni Soviet menggarisbawahi beberapa hal operasional mengenai hakekat kerja di dalam masyarakat komunis. Pertama, seperti sudah dijelaskan sebelumnya, setiap orang melakukan pekerjaan sesuai dengan minat dan kemampuannya. Kedua, setiap orang boleh berganti pekerjaan, bila ia merasa bahwa pekerjaannya yang lama telah membuatnya tidak berkembang. Ketiga, setiap orang bekerja 20-25 jam dalam seminggu. Artinya, setiap orang bekerja empat sampai lima jam sehari, bahkan kurang. Keempat, semua bakat dan kemampuan yang ada di dalam setiap orang akan dikembangkan semaksimal mungkin, baik di dalam kegiatan kerja mereka, maupun di dalam aktivitas mereka di waktu santai. Kelima, setiap orang tidak usah berpikir tentang berapa penghasilan yang mereka peroleh dari kerja-kerja mereka, karena pemerintah telah menjamin bahwa semua kebutuhan setiap orang akan dipenuhi. Keenam, setiap pekerja akan memperoleh penghormatan tertinggi di masyarakat. Apa yang dikerjakan oleh seseorang akan menjadi cermin dari kualitas orang itu sebenarnya.

Di dalam kondisi semacam itu, kerja akan menjadi suatu tindakan yang bebas dan volunter. Dan seperti yang pernah ditulis oleh Engels, kerja menjadi “kenikmatan tertinggi yang diketahui oleh manusia.”[16] Kerja memberikan kebahagiaan kepada setiap orang yang melakukannya. Orang tidak memerlukan hiburan instan guna mencapai kebahagiaan, karena dengan pekerjaannya pun orang bisa merasa bahagia. “Seorang pekerja yang bebas”, demikian tulis Marx, “misalnya seorang penggubah lagu, adalah sekaligus kerja yang membahagiakan dan sekaligus kerja yang serius, yang membutuhkan ketegangan yang intensif.” Jadi, setiap pekerjaan, entah itu seorang penulis, seorang komponis, atapun seorang guru, adalah sekaligus pekerjaan yang membahagiakan dan serius. Setiap pekerjaan adalah sekaligus mekanis dan sekaligus kreatif.

Di dalam masyarakat komunis, kebahagiaan dan kepuasan hidup pun akan lebih bisa didapatkan, karena orang tidak hanya sibuk dengan urusan kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup semata, yang memang sudah tidak diperlukan, tetapi mereka juga bisa terlibat dalam kegiatan-kegiatan lainnya yang bermakna, seperti seni, ilmu pengetahuan, dan literatur. Harapannya adalah, kebudayaan di dalam masyarakat komunis akan berkembang begitu pesat, dan ini nantinya akan membuat kemakmuran masyarakat tersebut bertambah.

Dengan demikian, kita dapat menemukan pengandaian-pengandaian yang bersifat humanistik di dalam konsep masyarakat komunis, tepat karena komunisme bertujuan untuk membuat hidup setiap orang menjadi lebih bebas dan lebih bermakna, terutama dengan memberikan waktu luang untuk melakukan hal-hal yang mereka sungguh sukai, demi perkembangan relasi mereka dengan orang lain, ataupun perkembangan pribadi mereka sendiri.

Prinsip dasar pembagian kekayaan di dalam masyarakat komunis adalah, ‘kepada setiap orang sesuai dengan kebutuhannya’. Dengan kata lain, setiap orang, siapapun dan apapun status sosialnya, akan menerima semua kebutuhannya secara gratis dari pemerintah. Dengan pemahaman ini, yang berubah bukan hanya pemahaman tentang kerja, tetapi seluruh relasi antar manusia, seperti hilangnya konsumsi berlebihan oleh satu pihak karena daya beli yang tinggi, dan relasi antar manusia yang dihitung tidak lagi dengan menggunakan logika ekonomi dan komoditi. Pertimbangan-pertimbangan yang bersifat egoistis akan hilang. Dorongan untuk mencari kekayaan material secara berlebihan juga akan lenyap.

Kebijakan yang hendak memberikan secara gratis semua kebutuhan hidup bagi setiap orang akan mengubah cara berpikir masyarakat. Orang tidak lagi dibebani oleh tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar. Di dalam paradigma semacam ini, orang akan bebas dari keinginan untuk mengejar pendapatan ataupun hak milik pribadi, sesuatu yang seolah menjadi ‘makna’ bagi orang-orang yang hidup di dalam masyarakat kapitalis. Dan pada akhirnya, setiap orang akan menyibukkan diri mereka dengan hal-hal yang sungguh bermakna dan memiliki budaya yang tinggi. Inilah yang sungguh dihargai di dalam masyarakat komunis.

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, distribusi kekayaan di dalam masyarakat komunis akan dibagi seadil-adilnya. Di dalamnya termasuk juga kebutuhan ekonomi material maupun kebutuhan yang bersifat spiritual. Proses ini akan menguntungkan kedua belah pihak, baik masyarakat sebagai keseluruhan, maupun individu-individu partikular yang hidup di dalam masyarakat tersebut. “Distribusi”, demikian tulis Engels, “sejauh itu diatur dengan pertimbangan yang murni ekonomis, akan ditata dengan kepentingan yang mengacu pada produksi, dan produksi itu akan mendorong modus distribusi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan, mempertahankan, dan melatih kemampuan mereka dengan universalitas yang maksimal.”

Pada titik ini, kita bisa mengajukan pertanyaan kritis. Jika setiap kebutuhan dipenuhi oleh pemerintah, lalu bukankah setiap orang akan menuntut dipenuhi keinginan-keinginannya, seperti keinginan akan rumah yang besar, ataupun kendaraan yang mewah? Lalu, bagaimana jika ada orang yang ingin menjadi kolektor perhiasan ataupun benda-benda seni yang memiliki nilai tinggi? Apakah mereka juga bisa menuntutnya dari pemerintah?

Pertanyaan itu memang tepat untuk diajukan, tetapi persis menggambarkan kesalahpahaman terhadap konsepsi masyarakat komunis. Sistem pengaturan masyarakat komunis memang berusaha memenuhi kebutuhan hidup setiap anggota masyarakatnya. Akan tetapi, kebutuhan yang dipenuhi adalah kebutuhan yang bersifat mendasar, dan bukan kebutuhan akan barang-barang mewah. Tujuan dari proses pengaturan ini adalah “untuk menjamin kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan yang masuk akal..” Memang, ada pengandaian yang cukup problematis disini. Siapakah yang punya otoritas untuk menentukan, kebutuhan mana yang masuk akal, dan kebutuhan mana yang tidak? Jawabannya, tidak ada! Setiap orang yang hidup di dalam masyarakat komunis sudah memiliki kesadaran penuh untuk tidak menuntut sesuatu yang tidak masuk akal dari pemerintahnya. “Komunisme”, demikian tulis Lenin, “mengandaikan produktivitas tenaga kerja..dan bukan… orang-orang yang memiliki kemampuan untuk merusak kekayaan publik untuk bersenang-senang dan dengan menuntut yang tidak mungkin.”[21]

Di dalam masyarakat komunis, pola konsumsi masyarakat juga akan berubah. Konsumsi akan berada di level yang lebih tinggi. Selera masyarakat akan berubah, dan akan menjadi semakin tidak individual. Pemerintah akan menciptakan alat transportasi publik yang nyaman, sambil secara perlahan menghilangkan alat transportasi pribadi. Rumah mewah personal akan digantikan dengan rumah peristirahatan publik. Klub-klub eksklusif akan dibongkar, dan digantikan oleh arena publik yang terbuka untuk setiap orang. Semua hal ini, menurut Lenin, akan membawa keuntungan bagi masyarakat sebagai keseluruhan. Dan yang terutama, masyarakat akan dijauhkan dari hasrat untuk memperoleh hak milik pribadi yang hanya boleh digunakan untuk dirinya sendiri.

Sekolah di dalam masyarakat komunis akan mendidik setiap orang untuk tidak menjadikan konsumsi sebagai tolok ukur. Bukanlah kemewahan dan tingkat kemampuan konsumsi yang menjadi nilai dari seseorang, tetapi kemampuannya untuk mengapresiasi keindahan di dalam segala bentuknya, mulai dari seni sampai ilmu pengetahuan. Keindahan tersebut tidak hanya berguna bagi orang itu sendiri, tetapi juga bisa berguna untuk masyarakat sebagai keseluruhan. Pola pendidikan di dalam masyarakat komunis adalah pola pendidikan yang mengedepankan keindahan dan kesadaran orang untuk mengabdi pada kepentingan publik.
Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx. Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan tentang konflik kelas antara kaum borjuis dengan proletar yang berbasis pada ekonomi dan supra - strukturnya terdiri dari ideologi, agama, politik dan budaya. Para pengikut teori ini disebut sebagai Marxis. Teori ini merupakan dasar teori komunisme modern. Teori ini tertuang dalam buku Manifesto Komunis yang dibuat oleh Karl Marx dan sahabat karibnya, Friedrich Engels. Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Menurutnya bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar.
Keadaan para kaum proletar yang sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah sangat minimum sementara hasil keringat mereka dinikmati oleh kaum kapitalis. Banyak kaum proletar yang harus hidup dalam penderitaan, tinggal di daerah pinggiran dan kumuh. Menurut Marx, masalah ini disebabkan oleh adanya “kepemilikan pribadi” atas alat-alat produksi oleh kaum borjuis. Marx menginginkan penghapusan “kepemilikan pribadi” tadi, untuk kemudian menjadi kepemilikan bersama. Adapun hal lain yang juga penting sebagai upaya untuk mensejahterakan kaum proletar, menurut Marx paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Jika kepemilikan bersama dan paham komunisme tidak terwujud, kaum proletar akan memberontak untuk menuntut keadilan. Itulah dasar dari marxisme.
Lima tahap perkembangan ide marxisme: Hegel= bagaimana membebaskan manusia dari penindasan, struktur politik yang revolusioner (tahap 1), Feurbach= alienasi , keterasingan dari dirinya sendiri (tahap 2), F Engels = sosialisme klasik, manusia dapat dibebaskan asal penindasan dari kaum buruh dihapuskan (tahap 3), perkembangan dari ekonomi yang menentukan sejarah perkembangan manusia, bukan ideologi, politik dan lainnya(tahap 4) Kontradiksi internal sistem produksi kapitalis akhirnya yang akan menghapus hak milik pribadi atas alat-alat produksi dan mewujudkan masyarakat kapitalis tanpa kelas= Sosialisme ilmiah (tahap 5). Tahap 1-3 disebut dengan Marx muda dan tahap 4-5 Marx tua.
Adapun prinsip-prinsip pokok program politik Marxis, antara lain : Orientasi Internasionalis dan masalah kepemilikan alat-alat produksi.
1) Orientasi Internasionalis
Dalam pikiran Marx pentingnya internasionalisme tidak bisa disangkal, namun internasionalisme Marxis bukanlah komitmen moral yang bersifat abstrak (sebetulnya liberal borjuis) kepada semacam “persaudaraan internasional semua bangsa”, melainkan mendasarkan diri terhadap keberadaan proletariat sebagai kelas internasional, yang diciptakan oleh pasar kapitalis sedunia, dan terpaksa harus berjuang di tingkat internasional untuk melawan sistem kapitalisme itu.
Sifat dasar dari internasionalisme Marxis adalah prioritasnya kepada kepentingan global kelas buruh. Secara lebih konkrit bias dijelaskan sebagai berikut: misal seorang buruh revolusioner yang belum pernah meninggalkan kampong halamannya dan tidak dapat berbahasa asing, tetapi melawan pemerintah nasional di masa perang, maka ia disebut sebagai seorang internasionalis. Sedangkan seorang professor terhormat yang pernah berkeliling dunia, yang fasih dalam banyak bahasa, tetapi di masa perang tetap menyokong pemerintah borjuis adalah seorang nasionalis.
2) Kepemilikan alat-alat produksi. Banyak pengamat (pengamat borjuis tetapi juga banyak yang menganggap dirinya “Marxis”) percaya bahwa prinsip utama Marxisme dan sosialisme adalah nasionalisasi alat-alat produksi tersebut. Argumentasi Kaum sosialis: kapitalisme, yang sama dengan kepemilikan swasta, adalah irasional dan tidak adil , dan menyebabkan krisis ekonomi serta kemiskinan, perang, dan sebagainya. Seandainya perusahaan-perusahaan ada di tangan aparatur Negara dan disertai dengan perencanaan ekonomi, maka keadaan akan lebih rasional dan adil. Perjuangan kelas buruh dimengerti sebagai cara untuk mencapai tujuan (nasionalisasi) itu. Jika timbul cara alternative, seperti perang gerilya atau proses parlementer, cara-cara ini mungkin saja dianggap cocok juga. Proses nasionalisasi adalah tujuan dan perjuangan kelas buruh sebagai alat.
Sedangkan pendekatan Marxis jauh berbeda, proletariat sedang berjuang melawan kaum kapitalis yang menghisap dan menindas kaum buruh. Maka satu-satunya cara untuk memenangkan perjuangan ini dan membebaskan diri dengan mengalahkan kelas kapitalis di kancah politik serta merebut alat-alat produksi mereka. Hal itu mungkin terjadi jika proletariat menciptakan apparatus Negara yang baru. Pendekatan ini dijelaskan dalam manifesto komunis:

Telah kita lihat di atas, bahwa langkah pertama dalam revolusi kelas buruh, adalah mengangkat proletariat pada kedudukan kelas yang berkuasa, memenangkan perjuangan demokrasi. Proletariat akan menggunakan kekuasaan politiknya untuk merebut, selangkah demi selangkah, semua capital dari borjuasi, memusatkan semua perkakas produksi ke dalam tangan Negara, artinya proletariat yang terorganisasi sebagai kelas yang berkuasa; dan untuk meningkatkan jumlah tenaga-tenaga produktif secepat mungkin
Untuk kaum marxis, pembebasan kelas buruh merupakan tujuannya; dan nasionalisasi perkakas produksi adalah sebagai caranya.
Perselisihan ini “kedua jiwa sosialisme” sangatlah penting, dan kita akan kembali ke hal itu berkali-kali. Tujuan sosialis yang terakhir yaitu masyarakat tanpa perbedaan kelas-tentunya adalah aspirasi umat manusia sejak dahulu kala. Namun marxisme berbeda karena mendasarkan aspirasi ini, sebagai kemungkinan realistis, pada perkembangan proletariat, ‘sebuah kelas yang karena posisinya dalam masyarakat, hanya dapat membebaskan diri dengan menghapuskan semua kekuasaan yang berkelas, semua perhambaan dan penghisapan. Secara teoritis, peralihan dari kapitalisme ke komunisme (diktatur proletariat) ialah hanya kelanjutan dari perjuangan kaum buruh sampai ke kemenangan. Namun bentuk khusus diktator tersebut tidak ditemukan baik oleh Marx maupun pemikir Marxis yang lainnya, melainkan oleh kaum buruh revolusioner sendiri.
Kelas buruh sebagai kelas tertindas tidak pernah dan tidak akan bisa memperbaiki taraf hidup mereka. Kelas ini tidak memiliki alat-alat dan bentuk-bentuk produksi seperti yang dimiliki kelas borjuasi. Yang dilakukan mereka hanyalah menjual tenaga kerja kepada kelas penindas hanya sekedar untuk tetap bisa hidup. Hidup mereka, karena sistem kerja yang eksploitatif, hanya diabdikan untuk menciptakan dan akumulasi capital. Hubungan eksploitatif antara dua kelas itu menurut Marx akan menciptakan antagonism kelas (class antagonism) yang kemudian akan melahirkan krisis revolusioner. Bila situasi sudah demikian, maka kaum proletar atau kelas pekerja melalui proses sosial tertentu akan menjadi kelas revolusioner. Mereka menjadi kelas yang menghendaki perubahan struktural, mengambil alih kekuasaan dengan paksa dan melakukan transformasi struktur sosial secara revolusioner.
Marx berharap kelas pekerja menjadi kelas penguasa bila berhasil merebut kekuasaan dan kapital kaum borjuis kapitalis dan memusatkan semua alat-alat produksi di tangan kelas pekerja. Akhir perjuangan kaum pekerja menentang kelas kapitalis adalah terciptanya masyarakat tanpa kelas (class less society). Masyarakat tanpa kelas, menurut Marx, ditandai oleh lenyapnya perbedaan-perbedaan kelas dan produksi dikuasai oleh bangsa serta kekuasaan Negara akan kehilangan karakter politiknya. Maksudnya kekuasaan politik (organized power) itu tidak lagi bersifat opressif dan menindas masyarakat.
Yang dimaksud Marx dengan revolusi jelas bukan revolusi damai (glorious revolution)seperti di Inggris abad XIII, melainkan revolusi kekerasan. Dalam revolusi itu, konflik antara proletar dan borjuis tidak terelakkan. Marx dan Engels selalu menekankan makna pentingnya konflik kelas (driving force of history). Menurut Marx tanpa konflik kelas, tidak akan ada kemajuan karena hal itu merupakan hokum yang selalu menyertai peradaban (sejak dahulu) hingga sekarang . Oleh karena itu hanya konflik kelaslah yang dapat mengubah secara structural kehidupan masyarakat dan setiap kelas yang berkonflik selalu menunjukan hubungan dialektis dalam pengertian Hegelian. Yaitu satu kelas menjadi thesis dan kelas lainnya menjadi antithesis.
Akar-akar konflik itu menurut Marx tidak disebabkan hanya karena perbedaan pendapat capital dalam bentuk kekayaan pasif, melainkan perbedaan tajam menyangkut hubungan, pemilikan dan penggunaan bentuk serta kekuatan-kekuatan produksi aktif. faktor-faktor ini penting karena, hubungan produksi-hubungan otoritas yang terbentuk karena ketimpangan dalam distribusi kekayaan dalam produksi industrial, misalnya merupakan unsure konstitutif konflik kelas dan perkembangannya.


2.2 MEKANISME PERUBAHAN MANUSIA
Marx berpendapat bahwa setiap perubahan social mesti bersifat revolusioner. Tidak ada perubahan perlahan-lahan. Sejarah dimengerti sebagai pergantian terus menerus antara keadaan-keadaan yang stabil dan tidak berubah.
Inti pandangan materialis sejarah adalah bahwa selama masyarakat terdiri dari kelas-kelas social yang berbeda, bidang ekonomi memuat dua unsur yang kontradiktif, dan bahwa kontradiktif ini niscaya cepat atau lambat akan mengakibatkan perubahan secara revolusioner. Di satu pihak ada unsur yang menentang segala perubahan yaitu struktur kekuasaan ekonomis atau struktur pemilikan modal. Kelas-kelas atas yang menguasai masyarakat dengan sendirinya berkepentingan mempertahankan kedudukan mereka. Maka mereka menentang segala perubahan social kelas-kelas bawah tidak dapat memperbaiki kedudukan mereka. Tetapi di lain pihak kelas-kelas atas berkepentingan untukterus menerus meningkatkan produktivitas pekerjaan. Lama kelamaan hubungan-hubungan social yang tetap tidak dirubah semakin tidak memadai dengan tuntutan-tuntutan rasionalitas ekonomi yang terus meningkat. Kontradiksi ini terungkap dalam ketegangan antara kelas-kelas pekerja dan pemilik yang semakin tajam. Akhirnya struktur kekuasaan ekonomi sedemikian irrasional sehingga tidak dapat dipertahankan lagi. Perlawanan kelas-kelas pekerja tidak dapat ditindas lagi , dan terjadilah suatu perubahan revolusioner

2.3 DARI KAPITALISME KE MASYARAKAT TANPA KELAS
Yang membedakan masyarakat kapitalis dari semua masyarakat sebelumnya dalam pandangan Marx ialah bahwa revolusi yang akan mengakhirinya, revolusi sosialis akan menghasilkan masyarakat tanpa kelas.
Dalam masyarakat kapitalis nafsu mencari untung, yang dalam masyarakat prakapitalis diselubungi dalam berbagai ideologi yang suci yang diakui secara resmi sebagai nilai utama. Uang atau modal dan bukan konsumsi menjadi tujuan kegiatan ekonomis. Maka terjadi akselerasi perkembangan produksi dan penyederhanaan struktur-struktur social. Desakan untuk menaikan produktifitas semakin besar dan persaingan antara para kapitalis semakin tajam. Kantong-kantong produksi dengan gaya prakapitalis, perusahaan-perusahaan kecil dan menengah semakin terserap ke dalam proletariat. Maka jumlah buruh semakin bertambah. Meluasnya kelas buruh dan rasionalisasi produksi yang semakin mengurangi jumlah buruh yang masih mendapat pekerjaan, semakin memiskinkan kelas buruh. Perkembangan ini membuat kaum buruh menjadi sadar akan situasi mereka dan semakin militant. Akhirnya tinggal dua kelas saja yang saling berhadapan: segelintir pemilik modal yang terus merasionalisasikan produksi dan massa kaum buruh yang tidak lagi dapat membeli produksi itu karena mereka terlalu miskin. Itulah saat revolusi sosialis tidak terelak lagi karena merupakan satu-satunya jawaban rasional atas situasi ini.
Mengapa Marx percaya bahwa dalam situasi ini Negara akan hilang dengan sendirinya? Menurut Marx Negara hanya dibutuhkan pada permulaan sosialisme. Sebagai langkah pertama didirikan “dictator proletariat”. Yang dimaksud dengan istilah itu, bahwa kaum buruh memastikan bahwa kaum kapitalis tidak dapat bangkit lagi. Sesudah sisa kapitalis melebur dengan buruh, masyarakat seluruhnya hanya terdiri dari buruh saja, jadi sudah tidak ada kelas-kelas yang berbeda lagi. Baru sesudah itu setiap orang dapat bekerja dengan bebas dan kreatif: “Dalam masyarakat komunis, dimana masing-masing orang tidak terbatas pada bidang kegiatan ekslusif, melainkan dapat mencapai kecakapan dalam bidang apapun juga. Masyarakat mengatur produksi umum. Itulah saat dimana Negara, alat penindas kelas atas terhadap kelas bawah, tidak diperlukan lagi karena “tidak ada lagi yang dapat ditindas”. Negara tidak dihapus, ia mati dengan sendirinya. Proses produksi dipimpin oleh persekutuan bebas semua individu.


2.4 REVOLUSI RUSIA
Revolusi Rusia merupakan sebuah gerakan yang dimotori oleh Lenin, seorang penganut ajaran Karl Marx. Nama asli dari Lenin adalah Vladimir Ilyich Ulyanov , kemudian nama samaran nya "Nikolai Lenin", dia lahir pada tahun 1870. Ayahnya seorang inspektur sekolah-sekolah di daerah Volga yang patuh terhadap negara. Namun dia mempunyai kakak yang bernama Alexander, seorang yang turut aktif dalam gerakan populis radikal, karena berkomplot untuk membunuh Tsar, kakaknya dihukum mati pada tahun 1887. Beberapa bulan kemudian Vladimir Ilyich ikut berdemonstrasi di kampus dan dikeluarkan dari universitas. Selama beberapa tahun dia mencari akal tentang jalan mana yang harus ditempuhnya, apakah jalan populis seperti kakaknya atau jalan lain. Awalnya Lenin terpengaruh oleh populisme, namun setelah mempelajari "Das Kapital" Lenin semakin cenderung ke arah Marxis. Pada umur dua puluh tiga Lenin sudah menjadi seorang Marxis yang berkobar-kobar. Bulan Desember 1895 dia ditahan oleh pemerintah Tsar karena kegiatan revolusionernya dan dijebloskan ke dalam penjara selama empat belas bulan. Sesudah itu dia dibuang ke Siberia.
Selama tiga tahun di Siberia (yang tampaknya tidak digubrisnya sebagai siksaan) dia kawin dengan wanita yang juga berfaham revolusioner dan menulis buku Pertumbuhan Kapitalisme di Rusia. Masa pembuangannya di Siberia berakhir bulan Februari 1900 dan beberapa bulan kemudian Lenin melakukan perjalanan ke Eropa Barat. Tak kurang dari tujuh belas tahun lamanya dia berkelana, menjadi seorang mahaguru revolusioner. Kemudian dia sebagai pimpinan dari Partai Bolsheviks, yaitu sebuah partai pecahan dari Partai Buruh Sosial-Demokrat Rusia yang terpecah menjadi dua bagian, Bolsheviks merupakan pecahan yang lebih besar di antara pecahan yang satunya.
Perang Dunia I membuka peluang besar buat Lenin. Perang ini membawa malapetaka baik militer maupun ekonomi bagi Rusia dan akibatnya menambah ketidakpuasan rakyat kepada sistem pemerintahan Tsar. Akhirnya pemerintah Tsar ini digulingkan di bulan Maret tahun 1917 dan untuk sementara waktu tampaknya Rusia dipimpin oleh sebuah pemerintah demokratis. Begitu mendengar kejatuhan Tsar, Lenin buru-buru pulang ke .Rusia dan sesampainya di negeri asalnya ia dengan cepat dapat melihat dan mengambil kesimpulan bahwa partai-partai demokratis --walau sudah mendirikan pemerintahan sementara-- tak punya daya kekuatan cukup dan kondisi ini sangat baik buat partai Komunis yang punya pegangan disiplin kuat untuk menguasai keadaan biarpun anggotanya sedikit. Karena itu Lenin mendorong kaum Bolshevik melompat kedepan mengguhngkan pemerintahan sementara dan menggantinya dengan pemerintahan Komunis. Percobaan pemberontakan di bulan Juli tidak berhasil dan memaksa Lenin menyembunyikan diri. Percobaan kedua di bulan Nopember 1917 berhasil dan Lenin menjadi kepala negara baru.
Selaku kepala pemerintahan, Lenin keras tetapi di lain pihak dia amat pragmatis. Mula-mula dia ajukan tekanan yang tak kenal kompromi adanya masa transisi singkat menuju masyarakat yang ekonominya sepenuhnya berdasar sosialisme. Ketika ini tidak jalan, dengan luwes Lenin mundur dan mengambil jalan sistem ekonomi campuran kapitalis-sosialistis. Ini berjalan di Uni Soviet selama beberapa tahun.
Di bulan Mei 1922 Lenin sakit keras sehingga antara serangan sakit itu hingga wafatnya tahun 1924 praktis Lenin tidak bisa berbuat apa-apa. Begitu wafat, jasadnya dengan cermat dibalsem dan dipelihara, dibaringkan di musoleum di Lapangan Merah hingga saat ini.

2.5 HUBUNGAN MARXISME DENGAN PEMBANGUNAN POLITIK
- Spirit yang dibangun masyarakat pada dasarnya adalah melakukan kritik terhadap kapitalisme dengan tujuan untuk menuju masyarakat yang berkeadilan social dan ekonomi
- Pada Karangan Karl Marx yaitu Das Capital jilid 1, berargumen tentang hal yang tidak mengesankan dari kapitalisme, yakni mengenai komoditas
- Kapitalisme menurut Marx adalah system sosio ekonomi yang dibangun untuk mencari keuntungan yang didapat dari proses produksi, bukan dari perdagangan, riba, memeras, atau mencari secara langsung, tetapi melalui cara mengorganisasikan mekanisme produksi secara tertentu sehingga mengurangi biaya produksi seminimal mungkin atau melalui suatu mode of production
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. Marxisme adalah suatu faham dari Karl Marx yang dilatari dari konflik kelas, yaitu antara kelas borjuis dengan kelas proletar. Dimana adanya suatu eksploitasi dari kaum borjuis terhadap kaum proletar dalam suatu proses produksi sebagai akibat dari adanya sistem kapitalisme Yang kemudian menimbulkan perlawanan dan perjuangan kelas buruh melawan sistem kapitalis, dan juga untuk mewujudkan obsesi kemenangan gerakan sosialis dimana mereka menginginkan penghapusan kelas, penghapusan kepemilikan pribadi, dan perubahan kapitalisme menjadi komunisme. Marxisme ini berbasis pada ekonomi yang kemudian menciptakan supra-struktur (politik-ideologi dll)—hubungan-hubungan ekonomi menghasilkan fenomena-fenomena sosial, budaya dan politik yang meliputi semua hal termasuk diantaranya ideologi, kesadaran politik hingga budaya yang berhubungan dengan media. Ide-ide utama dalam Marxisme meliputi Eksploitasi, Alienasi, Basis dan Superstructure, Kesadaran Kelas (Class Consciousness), Ideologi, Materialisme Historis, dan Ekonomi Politik.
2. Di setiap perubahan social mesti bersifat revolusioner. Tidak ada perubahan perlahan-lahan. Selama di dalam suatu masyarakat terdiri dari kelas-kelas social yang berbeda, misal perbedaan kelas dari segi ekonomi, kelas borjuis dengan kelas proletar. Maka cepat atau lambat akan terjadi suatu perubahan secara revolusioner. Hal itu disebabkan oleh ketidakseimbangan kelas, dan juga bentuk eksploitasi oleh kaum borjuis terhadap kaum proletar, yang membuat kaum proletar tidak puas sehingga ketegangan antara kelas borjuis dengan kelas proletar pun tidak terelakan. Bila situasi sudah demikian, maka kaum proletar atau kelas pekerja melalui proses sosial tertentu akan menjadi kelas revolusioner. Mereka menjadi kelas yang menghendaki perubahan struktural, mengambil alih kekuasaan dengan paksa dan melakukan transformasi struktur sosial secara revolusioner.
3. Kapitalisme akan diakhiri oleh sebuah revolusi, revolusi oleh kaum yang tertindas yang kemudian akan menciptakan masyarakat tanpa kelas atau penghapusan atas kelas. Dimana kapitalisme itu dianggap sebagai suatu bentuk ketidakadilan, yang membuat kaum buruh semakin miskin dan menderita. Atas keadaan yang demikian kaum buruh menjadi sadar akan situasi mereka dan semakin militant. Maka revolusi sosialis lah yang menjadi satu-satunya jawaban rasional atas situasi ini. Kaum buruh bangkit, merebut pabrik dan modal dari tangan kaum kapitalis, mencampakkan mereka ke dalam kelas buruh juga dan sendiri mengorganisasikan proses produksi. Sesudah sisa kapitalis melebur dengan kaum buruh, masyarakat seluruhnya hanya terdiri dari buruh saja, jadi sudah tidak ada lagi kelas-kelas yang berbeda
4. Lenin merupakan seorang yang menganut paham dari Karl Marx. Lenin mendirikan komunisme di Rusia melalui revolusi partai yang dipimpinnya yaitu Partai Bolsheviks. Dia mempunyai peran besar atas tersebarnya komunisme di dunia. Keadaan Rusia yang awalnya tumbuh suatu kapitalisme yang kemudian terjadi revolusi kaum proletar, hal itu cocok dengan Marxisme Karl Marx dimana situasi yang sama juga terjadi pada masanya. Revolusi Rusia terjadi pada tahun 1917, setelah menggulingkan pemerintahan Tsar untuk sementara waktu tampaknya Rusia dipimpin oleh sebuah pemerintah demokratis. Partai-partai demokratis --walau sudah mendirikan pemerintahan sementara-- tak punya daya kekuatan cukup dan kondisi ini sangat baik buat partai Komunis yang punya pegangan disiplin kuat untuk menguasai keadaan biarpun anggotanya sedikit. Karena itu Lenin mendorong kaum Bolshevik melompat kedepan menggulingkan pemerintahan sementara dan menggantinya dengan pemerintahan Komunis. Percobaan pemberontakan di bulan Juli tidak berhasil dan memaksa Lenin menyembunyikan diri. Percobaan kedua di bulan Nopember 1917 berhasil dan Lenin menjadi kepala negara baru. Ciri penting dari Lenin adalah dia seorang yang cepat bertindak sehingga dialah orang yang mendirikan pemerintahan Komunis di Rusia. Dia menganut ajaran Karl Marx dan menterjemahkannya dalam bentuk tindakan politik praktis yang nyata. Sejak bulan Nopember 1917 telah terjadi ekspansi kekuatan Komunis ke seluruh dunia. Kini, sekitar sepertiga penduduk dunia menganut faham Komunis. Jelas Komunisme adalah gerakan besar yang punya arti penting sejarah. Tidaklah jelas benar siapakah yang bisa dianggap paling berpengaruh dalam gerakan ini, Marx atau Lenin. Marx punya arti lebih penting karena dia mendahului dan mempengaruhi Lenin. Tetapi masih bisa dibantah anggapan ini karena kemampuan politik praktis Lenin merupakan faktor yang amat ruwet dalam hal mendirikan Komunisme di Rusia. Tanpa peranan Lenin, Komunis rasanya mesti menunggu bertahun-tahun untuk punya kesempatan memegang kekuasaan dan akan menghadapi perlawanan yang lebih terorganisir. Karena itu, bukan mustahil tidak bisa berhasil.

5. Hubungan antara Marxisme dengan Pembangunan Politik yaitu spirit yang dibangun masyarakat pada dasarnya adalah melakukan kritik terhadap kapitalisme dengan tujuan untuk menuju masyarakat yang berkeadilan sosial dan ekonomi