Senin, 16 Mei 2016

BIOGRAFI IMAM AT TARMIDZI



Biografi Imam At Tirmidzi
Imam Tirmidzi rahimahullahu ta’ala. Beliau adalah salah satu Imam Ahli Hadis terkenal yang memiliki kitab hadis yang monumental yaitu Kitab Al-Jami’ atau Sunan at-Tirmidzi.

Nama Beliau
Salah satu ulama besar yang dimiliki kaum muslimin ini bernama lengkap Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa as-Sulami at-Tirmidzi. Dan beliau memiliki nama kunyah Abu ‘Isa.
Imam al-Tirmidzi memiliki nama lengkap Abu ‘Isa Muhammad ibn ‘Isa ibn Tsaurah ibn Musa ibn al-Dhahak al-Sulami al-Bughi al-Tirmidzi. Namun beliau lebih popular dengan nama Abu ‘Isa. Bahkan dalam kitab alJami’ alShahih-nya, ia selalu memakai nama Abu ‘Isa. Sebagian ulama sangat membenci sebutan Abu ‘Isa, mereka menyandarkan argumennya dari hadis Abu Syaibah yang menerangkan bahwa seorang pria tidak diperkenankan memakai nama Abu ‘Isa, karena Isa tidak mempunyai ayah. Sabda Nabi Muhammad: “Sesungguhnya ‘Isa tidak mempunyai ayah”. Al-Qari menjelaskan lebih detail, bahwa yang dilarang adalah apabila nama Abu ‘Isa sebagai nama depan atau nama asli, bukan kunyahatau julukan. Dalam hal ini, penyebutan Abu ‘Isa adalah untuk membedakan al-Tirmidzi dengan ulama yang lain. Sebab, ada beberapa ulama besar yang popular dengan nama al-Tirmidzi, yaitu :
1.   Abu Isa al-Tirmidzi, pengarang kitab alJami’ alShahih.
2.   Abu al-Hasan Ahmad bin al-Hasan, yang popular dengan sebutan al-Tirmidzi al-Kabir.
3.   Al-Hakim al-Tirmidzi Abu Abdullah Muhammad ‘Ali bin al-Hasan bin Basyar. Ia seorang zuhudhafidzmu’azin, pengarang kitab dan popular dengan sebutan al-Hakim al-Tirmidzi.
Kelahiran Beliau
Imam ahli hadis ini dilahirkan pada tahun 209 Hijriyah di sebuah daerah bernama Tirmidz. Dan nama beliau tersebut dinisbatkan kepada sebuah sungai yang ada di daerah tersebut yang sering dikenal dengan nama Jaihun. Para ulama berbeda pendapat akan kebutaan yang beliau alami pada waktu itu. Ada yang mengatakan bahwa beliau mengalami kebutaan sejak beliau lahir. Akan tetapi yang benar adalah beliau mengalami kebutaan pada masa tua beliau, yaitu masa setelah beliau banyak melakukan perjalanan untuk menuntut ilmu.
Adapun nisbah yang melekat dalam nama al-Tirmidzi, yakni al-Sulami, dibangsakan dengan Bani Sulaim, dari Kabilah Ailan. Sementara al-Bughi adalah nama tempat di mana al-Tirmidzi wafat dan dimakamkan. Sedangkan kata al-Tirmidzi sendiri dibangsakan kepada kota Tirmidz, sebuah kota di tepi selatan sungai Jihun (Amudaria) yang sekarang, Uzbekistan (Ahmad Sutarmadi, 1998: 50), tempat al-Tirmidzi dilahirkan. Tokoh besar al-Tirmidzi lahir pada tahun 209 H dan wafat pada malam Senin tangga 13 Rajab tahun 279 H di desa Bug dekat kota Tirmidz dalam keadaan buta. Itulah sebabnya Ahmad Muhammad Syakir menambah dengan sebutan al-Darir, karena al-Tirmidzi mengalami kebutaan di masa tuanya

Kisah perjalanan beliau dalam menuntut ilmu
Pada zaman kita saat ini, sangat jarang kita temukan ada seorang anak muda yang sudah semangat menuntut ilmu agama di umurnya yang masih belia. Biasanya, pada usia yang masih belia, mereka lebih menyukai kebebasan bermain dan beraktivitas. Akan tetapi, dahulu para ulama kita memiliki semangat untuk menuntut ilmu agama sejak usia mereka yang masih muda. Termasuk di antaranya adalah Imam Tirmidzi. Beliau memulai jihadnya dengan belajar agama sejak beliau masih muda. Beliau mengambil ilmu dari para syekh yang ada di negara beliau.
Kemudian beliau memulai melakukan perjalanan dalam menuntut ilmu ke berbagai negara yang ada di muka bumi ini. Yang mana perjalanan beliau itu hanya ditujukan untuk menimba ilmu agama. Beberapa daerah yang pernah beliau datangi pada saat itu adalah Khurasan, Iraq, Madinah, Mekkah, dan yang lainnya. 






                                                                                                                                                               
Guru Beliau
Bagi seorang penuntut ilmu, tidak bisa hanya mencukupkan diri dengan membaca buku-buku dalam rangka menimba ilmu agama. Karena jika hal tersebut dilakukan, maka kesalahanlah yang akan banyak dia dapat daripada kebenaran. Oleh karena itu para penuntut ilmu itu sangat membutuhkan kehadiran seorang guru dalam perjalanannya menuntut ilmu. Begitu pula apa yang telah dilakukan oleh Imam Ahli Hadis ini. Berbagai negara telah beliau singgahi, sehingga beliau telah banyak menimba ilmu dari para gurunya. Di antara para guru beliau adalah:
1.    Ishaq bin Rahawaih, yang merupakan guru pertama bagi Imam Tirmidzi.
2.    Imam Bukhari. Imamnya para ahli hadis ini adalah termasuk salah satu imam besar yang mana Imam Tirmidzi mengambil ilmu darinya. Beliau adalah guru yang paling berpengaruh bagi Imam Tirmidzi. Dari beliaulah Imam Tirmidzi mengambil ilmu ‘ilalul hadits.
3.    Imam Muslim. Beliau dan Imam Bukhari adalah dua imam ahli hadis terkenal yang ada di muka bumi ini. Kitab hadis karya mereka berdua adalah kitab yang paling benar setelah Alquran.
4.    Imam Abu Dawud.
5.    Qutaibah bin Sa’id.
Di antara ulama yang menjadi gurunya adalah; Qutaibah bin Sa’id al-Madani (lama belajar al-Tirmidzi diperkirakan lebih dari 35 tahun), Ishaq bin Rahawaih (di Khurasan), Muhammad bin ‘Amru as-Sawwaq al-Balki (di Naysabur), Muhammad Ibn Ghilan (di Merw, w. 39 H), Isma’il bin Musa al-Fazari, Abu Mus’ab al-Zuhri, Bisyri bin Mu’az al-‘Aqadi, al-Hasan bin Ahmad bin Abi Syu’aib, ‘Ali bin Hujr, Hannad, Yusuf bin Isa, Muhammad bin Yahya Khallad bin Aslam, Ahmad bin Muni’, Muhammad bin Isma’il, dan masih banyak lagi yang lainnya. Adapun di antara muridnya yang masyhur adalah Abu Bakar Ahmad bin Isma’il Ibn Amir al-Samarkandi, Abu Hamid Ahmad Ibn Abdullah Ibn Dawud a-Marwazi al-Tajir, Ahmad Ibn Yusuf al-Nasafi, Ahmad Ibn ‘Ali al-Maqari, al-Husain bin Yunus, Hammad bin Syakir dan lain-lain.
Di kalangan kritikus hadis, integritas pribadi dan kapasitas intelektual al-Tirmidzi tidak diragukan lagi. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan mereka sebagai berikut:
1.   Dalam kitab alTsiqat, Ibn Hibban menerangkan bahwa al-Tirmidzi adalah seorang penghimpun dan penyampai hadis, sekaligus pengarang kitab.
2.   Al-Khalili berkata, “al-Tirmidzi adalah seorang tsiqahmuttafaq ‘alaih (diakui oleh Bukhari dan Muslim)”.
3.   Al-Idris berpendapat bahwa al-Tirmidzi seorang ulama hadis yang meneruskan jejak ulama sebelumnya dalam bidang ‘Ulum alHadis.
4.   Al-Hakim Abu Ahmad berkata, aku mendengar ‘Imran bin ‘Alan berkata, “Sepeninggal Bukhari tidak ada ulama yang menyamai ilmunya, ke-wara’-annya, dan ke-zuhud-annya di Khurasan, kecuali Abu ‘Isa al-Tirmidzi.
Ibn Fadil menjelaskan, Bahwa al-Tirmidzi adalah pengarang kitab Jami’ dan Tafsirnya, dia juga ulama yang paling berpengetahuan
Dan masih banyak lagi yang lainnya. 

Murid-murid beliau
Suatu keutamaan bagi orang yang berilmu adalah dia akan menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang banyak dan keberadaannya sangat dibutuhkan bagi orang-orang yang sadar akan pentingnya ilmu. Setelah beliau menimba ilmu sekian lama dari para gurunya, beliau mengajarkan dan menyebarkan ilmu-ilmunya kepada manusia. Dan di antara muridnya adalah:
1.    Abu Bakar Ahmad bin Isma’il as Samarqand
2.    Abu Hamid al Marwazi
3.    Ar Rabi’ bin Hayyan al Bahiliy
Karya-karya emas beliau
Kesungguhan al-Tirmidzi dalam menggali hadis dan ilmu pengetahuan, tercermin dari karya-karyanya, yaitu:
Kitab alJami’ alShahih, yang kenal juga dengan alJami’alTirmidzi, atau lebih popular lagi Salah satu hal yang menyebabkan orang berilmu akan selalu terkenang namanya dan terus mengalir pahalanya adalah apabila dia menulis ilmu-ilmunya dalam suatu buku yang akan dibaca oleh manusia hingga akhir zaman. Dan di antara karya-karya beliau yang sampai saat ini dimanfaatkan oleh kaum muslimin terutama para ulama adalah:
1.   Al-Jami’ (Sunan at-Tirmidzi). Kitab yang satu ini adalah kitab beliau yang paling monumental dan dengan SunanalTirmidzi.
2. Kitab al‘Ilal alShaghir, kitab ini terdapat pada akhir kitabalJami’ alTirmidzi.
3.   Kitab al‘Ilal alMufrad atau al‘Ilal Kabir yang mendapat bahan dari al-Bukhari.
4.   Kitab alTarikh.
5.   Kitab alSyama’il alMuhammadiyyah.
6.   Kitab alZuhud yang merupakan kitab tersendiri, yang tidak sempat diamankan, sehingga tidak dapat ditemukan
7.   Kitab alAsma’ wa alKunya.
8.   Kitab alAsma’ alShahabah.
9.   Kitab alAtsar alMauqufah.
 Di antara karya al-Tirmidzi yang paling monumental adalah kitabal–Jami’ al–Shahih atau Sunan al–Tirmidzi, sementara kitab-kitab yang lain, seperti al–Zuhud, dan al–Asma’ wa al–Kunya kurang begitu dikenal di kalangan masyarakat umum.
Begitu populernya kitab alJami’ alShahih, maka muncul beberapa kitab syarah yang mensyarahi kitab tersebut. Di antaranya:
1.   Aridat alAhwadi ditulis oleh Abu Bakar ibn al-‘Arabi al-Maliki.
2.   AlMunqih alSyazi fi Syarh alTirmidzi oleh Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad yang terkenal dengan Ibn Sayyid al-Nas al-Syafi’i.
3.   Syarah Ibn Sayyid alNas disempurnakan oleh al-Hafz Zainuddin al-‘Iraqi.
4.   Syarah al-Tirmidzi oleh al-Hafiz Abu al-Fajar Zainuddin ‘Abd al-Rahman Ibn Syihabuddin Ahmad Ibn Hasan Ibn Rajab al-Baghdadi al-Hanbali.
5.   AlLubab oleh al-Hafiz Ibn Hajar al-‘Asqalani.
6.   Al-‘Urf alSyazi’ ala Jami’ alTimidzi oleh al-Hafiz ‘Umar ibn Ruslan al-Bulqini.
7.   Qat alMughtadi’ ‘ala Jami’ alTirmidzi oleh al-Hafiz al-Suyuti.
8.   Ta’liq alTirmidzi dan Syarah alAhwazi oleh Muhammad Tihir.
9.   Syarah Abu Thayyib alSindi.
10.Syarah Sirajuddin Ahmad alSarkandi.
11.Syarah Abu alHasan ibn ‘Abd alHadis alSindi.
12.Bahr alMazi Mukhtashar Shahih alTirmidzi oleh Muhammad Idris ‘Abd al-Ra’uf al-Marbawi al-Azhari.
13.Tuhfat alAhwazi oleh Abu ‘Ali Muhammad Abd al-Rahman Ibn ‘Abd al-Rahim al-Mubarakfuri.
14.Syarah Sunan alTirmidzi dengan alJami’ alShahih oleh Ahmad Muhammad Syakir.
15.Al-‘Urf alSyazi ‘ala Jami’ alTirmidzi oleh Muhammad Anwar Syah al-Kasymiri.
  Situasi dan Kondisi Ketika Kitab alJami’ alShahihDitulis.
Al-Tirmidzi adalah pakar hadis yang msyhur pada abad ke-3 Hijriyyah. Abad ke-3 H adalah puncak kemajuan ulama dalam mengembangkan pelbagai disiplin ilmu pengetahuan, di antaranya : hadis, fiqih, filsafat, ilmu kalam dan tasawuf.
Dalam kawasan hadis, periode ini merupakan periode “penyempurnaan dan pemilahan”, yaitu penanganan terhadap persoalan-persoalan yang belum sempat terselesaikan pada periode sebelumnya, seperti persoalan aljarh wa alta’dil, persambungan sanad dan kritik matan. Di samping itu, pemisahan hadis Nabi dan fatwa sahabat juga dilakukan ulama pada periode ini.
Upaya penyempurnaan dengan pemilahan ini pada akhirnya memunculkan kitab-kitab hadis dengan corak baru, yaitu kitabshahih yang hanya memuat hadis-hadis shahih yaitu kitab alJami’alShahih oleh Bukhari (w. 256 H), kitab alJami’ alShahih oleh Muslim (w. 261 H), dan kitab-kitab Sunan yang memuat seluruh hadis kecuali hadis yang sangat dha’if dan munkar, seperti kitabsunan yang disusun oleh Abu Dawud (w. 273 H), al-Tirmidzi (w. 279 H), al-Nasa’I (w. 303 H). Keberadaan kitab-kitab tersebut dimaksudkan untuk menangkal pemalsuan hadis dari golongan para pendusta dan mazhab teolog yang fanatik dalam membela golongannya.
Ulama pada abad itu juga berupaya menata hukum Islam berdasarkan sumber alQur’an dan alHadis, sehingga semua kitab hadis yang lahir pada abad ini berorientasi pada fiqih. Hal ini dapat dicermati dari metode penyusunan kitab-kitab tersebut terdiri atas bab-bab fiqih. Bahkan dengan tegas al-Tirmidzi mengatakan “Tidaklah hadis-hadis yang terdapat dalam kitab ini kecuali yang dipilih (diamalkan) fuqaha’”.
Pernyataan al-Tirmidzi tersebut menunjukkan, bahwa sebagai pakar hadis ia ingin menjaga keutuhan hadis sebagai dasar syari’at Islam. Ia lebih memilih menggunakan hadis dha’if laisa bihi matruk(hadis dha’if yang kelemahannya tidak menghalangi pengamalannya) dari pada hukum qiyas dan ijma’. Itulah sebabnya al-Tirmidzi menciptakan istilah hadis hasan, yang kedudukannya di bawah hadis shahih dan di atas hadis dha’if, namun dapat dipakai sebagai hujjah.





                         Pendapat Para Ulama
Terlepas dari kebesaran dan kontribusi yang telah diberikan oleh al-Tirmidzi melalui kitabnya, tetap muncul pelbagai pandangan kontroversial antara yang memuji dan mengkritik karya tersebut. Di antaranya adalah al-Hafiz al-‘Alim al-Idrisi, yang menyatakan bahwa al-Tirmidzi adalah seorang dari para Imam yang memberikan tuntunan kepada mereka dalam ilmu hadis, mengarang alJami’Tarikh‘Ilal, sebagai seorang penulis yang‘alim yang meyakinkan, ia seorang contoh dalam hafalan.[21]
Lain halnya dengan al-Hafiz Ibn Asihr (w. 524 H), yang menyatakan bahwa kitab al-Tirmidzi adalah kitab shahih, juga sebaik-baiknya kitab, banyak kegunaannya, baik sistematika penyajiannya dan sedikit sekali hadis-hadis yang terulang. Di dalamnya juga dijelaskan pula hadis-hadis yang menjadi amalan suatu mazhab disertai argumentasinya. Di samping itu al-Timidzi juga menjelaskan kualitas hadis, yaitu shahihsaqim dan gharib. Dalam kitab tersebut juga dikemukakan kelemahan dan keutamaan (alJarh wa alTa’dil) para perawi hadis. Ilmu tersebut sangat berguna untuk mengetahui keadaan perawi hadis yang menetukan apakah dia diterima atau ditolak.
Sementara Abu Isma’il al-Harawi (w. 581 H) berpendapat, bahwakitab alTirmidzi lebih banyak memberikan faedah dari pada kitabShahih Bukhari dan Shahih Muslim, sebab hadis yang termuat dalam kitab alJami’ alShahih alTirmidzi diterangkan kualitasnya, demikian juga dijelaskan sebab-sebab kelemahannya, sehingga orang dapat lebih mudah mengambil faedah kitab itu, baik dari kalangan fuqaha’muhadditsin, dan lainnya.
Al-‘Allamah al-Syaikh’ Abd al-‘Aziz berpendapat, bahwa kitab alJami’ alShahih alTirmidzi adalah kitab yang terbaik, sebab sistematika penulisannya baik, yaitu sedikit hadis-hadis yang disebutkan berulang-ulang, diterangkan mengenai mazhabmazhabfuqaha’ serta cara istidlal yang mereka tempuh, dijelaskan kualitas hadisnya, dan disebutkan pula nama-nama perawi, baik gelar maupun kunyahnya.
Seorang orientalis Jerman, Brockelman menyatakan ada sekitar 40hadis yang tidak diketahui secara pasti apakah hadishadis itu termasuk hadis Abi Isa al-Tirmidzi. Sekumpulan hadis itu dipertanyakan apakah kitab yang berjudul alZuhud atau alAsma’wa alKunya. Ada dugaan keras bahwa kumpulan hadis itu adalahalFiqh atau alTarikh, tetapi masih diragukan.
Ignaz Goldziher dengan mengutip pendapat al-Zahabi telah memuji kitab al-Jami’ al-Shahih dengan memberikan penjelasan bahwa kitab ini terdapat perubahan penetapan isnad hadis, meskipun tidak menyebabkan penjelasan secara rinci, tetapi hanya garis besarnya. Di samping itu, di dalam kitab alJami’ alShahih ini ada kemudahan dengan memperpendek sanad.
Kendati banyak yang memuji kitab alJami’ alTirmidzi, namun bukan berarti kemudian luput dari kritikan. AlHafiz Ibn alJauzi(w. 751 H) mengemukakan, bahwa dalam kitab alJami’ alShahihli alTirmidzi terdapat 30 hadis maudu’ (palsu), meskipun pada akhirnya pendapat tersebut dibantah oleh Jalaluddin al-Suyuti (w. 911 H) dengan mengemukakan, bahwa hadis-hadis yang dinilai palsu tersebut sebenarnya bukan palsu, sebagaimana yang terjadi dalam kitab Shahih Muslim yang telah dinilainya palsu, namun ternyata bukan palsu.
Di kalangan ulama hadis, al-Jauzi memang dikenal terlalu tasahul(mudah) dalam menilai hadis sebagai hadis palsu. Mengacu kepada pendapat al-Suyuti, dan didukung oleh pengakuan mayoritas ulama hadis seperti telah dikemukakan, maka penilaian Ibn al-Jauzi tersebut tidak merendahkan al-Tirmidzi dan kitab alJami’alShahih-nya.







 DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar