Pembangunan
politik adalah bagian dari pembangunan nasional secara keseluruhan, dimana
pembangunan itu diarahkan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang demokratis
sehingga terwujudnya suatu ketertiban politik. Pembangunan politik merupakan
salah satu aspek pembangunan nasional yang bisa dipandang sebagai wahana bagi
aspek pembangunan lainnya. Yang disebabkan oleh adanya saling keterkaitan,
misalnya pembangunan ekonomi dapat mendorong pembangunan politik serta
bidang-bidang lainnya.Suatu
Negara jika dari segi ekonominya maju, akan mendorong kemajuan dalam bidang
yang lain, sebab dengan semakin makmurnya masyarakat, akan terciptanya suatu
masyarakat yang semakin maju. Pembangunan politik apabila dikaitkan dengan
Marxisme, dilihat dari segi ekonomi karena Marxisme berbasis ekonomi dan supra
- strukturnya banyak,seperti ideologi, agama, politik, budaya, dan sebagainya.
Marxisme menginginkan keseimbangan kelas / kesetaraan kelas untuk terwujudnya
pembangunan dan kesejahteraan bersama.Berbicara
mengenai Marxisme mungkin alam pikiran kita akan langsung dibawa kepada
Negara-negara berhaluan sosialis-komunis seperti Cina, Kore Utara, Vietnam,
Kuba, Negara-negara eks Uni Soviet (yang kemudian pecah menjadi 14 negara
republik), dan eks Jerman Timur. Paradigma ini telah tersusun begitu kuat
hingga kita akan selalu berpikir bahwa Marxis adalah paham mengenai sosialis-
komunis. Apakah memang benar realitanya demikian?Ideologi
Marxis tidak disangkal lagi memang sangat berkaitan dengan sosialis -komunis,
akan tetapi Marxisme bukanlah paham yang 100% sosialis-komunis seperti yang
kita bayangkan. Ada sebuah pencampuradukan makna yang seringkali membuat
kerancuan antara pengertian Marxisme yang sebenarnya dengan paham
sosialis-komunis. Menurut Franz Magnis Suseno istilah “Marxisme” tidak sama
dengan komunisme. Komunisme (dalam hal ini komunisme internasional) adalah
gerakan dan kekuatan politik partai-partai komunis yang menjadi kekuatan
politis dan ideologis internasional di bawah pimpinan W.I Lenin. Ajaran komunis
Lenin ini merupakan ideologi komunisme dunia (selanjutnya disebut dengan
ideology Marxisme-Leninisme) dan Marxisme hanyalah salah satu komponen dalam
komunisme yang dikenal selama ini (Suseno, 1999). Kaum komunis memang selalu
mengklaim interpretasi atas ajaran Marx sebagai ideology mereka agar dipandang
sebagai pewaris sah ajaran Marx ini. Istilah komunisme sendiri sebelum disahkan
oleh Lenin sebagai paham komunisnya ternyata telah ada di dalam masyarakat jauh
sebelum digaungkan oleh Lenin. Komunisme merupakan suatu cita-cita utopis
masyarakat dimana segala hak milik pribadi dihapus dan semuanya dimiliki
bersama.Secara
praktis dan ringkas pemikiran Karl Marx sebenarnya muncul dikarenakan adanya
eksploitasi dari kaum borjuis terhadap kaum proletar dalam suatu proses
produksi sebagai akibat dari adanya sistem kapitalisme (Woodfin, 2008). Sistem
kapitalisme yang terjadi setelah revolusi industrinya berlangsung (yang
menandai berakhirnya sistem feodal) dimana dipergunakan tekhnologi dalam
industri yang menyebabkan peran buruh menjadi kurang. Pihak borjuis yang
menguasai sarana produksi dapat dengan mudahnya mendapatkan penghasilan karena
bisa melakukan proses produksi. Sebaliknya kaum proletar yang pendapatannya
tergantung dengan kaum borjuis semakin terpojok akibat kapitalisme yang menggantikan
posisi mereka dengan tekhnologi baru (Pozzolini, 2006). Berawal dari sinilah
terjadinya antagonisme kelas antara kaum borjuis dan proletar.Marx
menolak secara tegas adanya ketidakseimbangan kelas antara proletar dan
borjuis, ia menghendaki adanya revolusi proletariat. Inilah tugas yang
seharusnya dilakukan oleh kaum proletar untuk mendapatkan kesetaraan dan haknya
kembali yakni menggulingkan kapitalisme dengan mengebrak kaum borjuis (
Pozzolini, 2008). Dengan adanya revolusi maka kesetaraan akan didapatkan
kembali dan utopianisme untuk membuat masyarakat dunia yang sosialis akan
terbantahkan. Dunia yang dicita-citakan dimana hak milik pribadi dihapuskan dan
menjadi hak bersama bukanlah hal yang mustahil (Suseno, 1999). Hal ini pun akan
semakin membuktikan bahwa pemikirn Karl Marx bukan hanya bersifat filsafati
namun sangat ilmiah (sosiologis) dan dapat diaplikasikan.Sangat
menarik membicarakan tentang Marxisme ini dalam rangka untuk mewujudkan
cita-cita kaum marxis yang anti kapitalis. Studi Pembangunan Politik dapat
membantu kita dalam memahami perjuangan kaum marxis yang anti kapitalisme dan
untuk menuju masyarakat yang berkeadilan sosial dan ekonomi. 1.2
RUMUSAN MASALAHUntuk
mempermudah dalam penyusunan makalah ini, maka penulisan dibatasi sebagai
berikut :1.2.1
Bagaimanakah konsep Marxisme-lennisme dalam Pembangunan Politik?1.2.2
Bagaimana pegaruh dari merxisme-lennisme 1.3
TUJUAN PENULISANAda
beberapa alasan mengapa tulisan ini dibuat penulis, yaitu :1.3.1
Menjelskan pengertian marxisme-lennisme1.3.2
Menjelaskan konsep Marxisme-lennisme1.3.3
Menjelaskan pengaruh marxisme-lennisme BAB
IIPEMBAHASAN 2.1
MARXISME-LENNISMEMarxisme-Leninisme
adalah suatu teori politik dan ekonomi yang dirumuskan Lenin dalam kerangka
tafsirannya terhadap pemikiran Marx. Teori politik dan ekonomi ini nantinya
akan menjadi ideologi yang mendasari semua partai komunis pada abad kedua
puluh. Di dalam teori ini, pada hematnya, ada satu pandangan yang kiranya cukup
menarik untuk dibahas, yakni tentang konsep masyarakat komunis yang ideal, dan
upaya-upaya yang kiranya diperlukan untuk mewujudkannya. Komunisme sendiri,
sebagai bagian dari Marxisme-Leninisme, adalah suatu paham yang menyatakan
bahwa negara haruslah ditata berdasarkan pada kepemilikan kolektif (collective
ownership) atas semua harta benda, dan pengaturan di dalam tata politik ini
dilakukan oleh pemerintah yang juga bertanggungjawab pada kepentingan semua
warganya.konsep
masyarakat komunis yang ideal hanya dapat terwujud, jika konsep kekuasaan
diktator proletariat dan konsep partai revolusioner telah ada terlebih dahulu.
Partai revolusioner, yang memiliki tugas untuk menciptakan kesadaran
revolusioner di dalam kaum proletar, dan kekuasaan diktator proletariat, yang
diperlukan untuk melawan musuh-musuh yang hendak menentang terciptanya
masyarakat komunis, adalah kondisi-kondisi kemungkinan bagi terciptanya
masyarakat komunis yang ideal. Argumen ini sebenarnya sudah ada di dalam
tulisan-tulisan Lenin. Yang saya lakukan hanyalah mengangkatnya menjadi satu
tema tulisan secara spesifik. Tidaklah
berlebihan jika dikatakan, bahwa Leninlah yang membawa pemikiran Marx, sedikit
banyak, menjadi realitas. Di dalam tulisan-tulisannya, Marx memang sudah
menuliskan bahwa kapitalisme akan hancur pada akhirnya, dan kemudian
terciptalah masyarakat sosialis. Akan tetapi, Leninlah yang memikirkan,
bagaimana supaya kapitalisme bisa hancur. Dialah pendiri Uni Soviet, sebuah
negara yang menjadi pusat gerakan komunisme internasional, sekaligus negara
adikuasa kedua di dunia selama hampir seluruh abad kedua puluh. Pada masa-masa
jayanya, komunisme menjadi bentuk pemerintahan dari 18 negara di dunia melalui
pikiran dan tindakannya yang agresif-revolusioner, Lenin membantu tegaknya
komunisme di Russia pada revolusi 1917. pada relasi Lenin dengan Marx? Apakah
pemikiran mereka berdua sama, atau berbeda? Dan jika berbeda, dimana
perbedaannya? Yang pasti, tidak lama setelah Lenin meninggal pada 1924, Stalin,
penggantinya, langsung memberikan label pada pemikiran-pemikiran Lenin sebagai
Leninisme. Dengan demikian, pemikiran Lenin kemudian lebih dikenal sebagai
Marxisme-Leninisme. Ajaran inilah yang nantinya akan menjadi inti dari seluruh
ideologi Komunisme di seluruh dunia. Ajaran ini jugalah yang menjadi inspirasi
bagi perjuangan revolusioner hampir di keseluruhan abad kedua puluh. Kiranya
tidaklah berlebihan apa yang ditulis Magnis-Suseno, bahwa komunisme, sebagai
kekuatan politik yang paling ditakuti pada abad keduapuluh, tidak akan pernah
ada tanpa Lenin. Kiranya,
dalam hal relasi antara Lenin dengan Marx, ada dua konsep yang relevan untuk
dibicarakan, yakni tentang konsep proletariat sebagai penguasa, dan tentang
konsep partai revolusioner. Seperti sudah disinggung pada bagian pendahuluan,
kedua konsep ini dapat dipandang sebagai sesuatu yang diperlukan untuk
mewujudkan ideal masyarakat komunis, yang akan dibahas pada bagian selanjutnya. Konsep
partai revolusioner berangkat dari pengandaian, bahwa kaum proletariat tidak
bisa secara sendirian mengembangkan kesadaran revolusioner mereka. Mereka
memerlukan partai untuk menyuntikkan kesadaran tersebut. Hal ini tentunya
bertentangan langsung dengan pemikiran Marx. Menurut Marx, apa yang disebut
sebagai kesadaran revolusioner bukanlah suatu konsep yang dihasilkan dari
refleksi para intelektual, melainkan hasil dari dialektika perjuangan
proletariat itu sendiri.[7] Jadi, kesadaran revolusioner proletariat akan
tumbuh dan berkembang di dalam pergulatannya. Jika kesadaran revolusioner itu
dipompakan dari luar oleh partai, apakah kesadaran tersebut masih
sungguh-sungguh otentik? Jika hal itu yang terjadi, maka perjuangan kaum
proletariat adalah suatu tandan penindasan baru, yakni penindasan partai.
Emansipasi pun tidak akan bisa berlangsung. Buruh akan tetap bergantung pada
kekuatan dari luar. Dengan kata lain, konsep partai revolusioner menggambarkan
apa yang secara jelas akan ditolak oleh Marx sejak awal, yakni ketertindasan
dari luar.[8] Lenin
sendiri berpendapat, bahwa revolusi tidak akan secara niscaya datang. Kesadaran
revolusioner kaum buruh pun tidak otomatis tumbuh. Oleh karena itu
dibutuhkanlah sebuah partai yang akan mendorong terciptanya kesadaran tersebut.
Ada tidaknya revolusi sangat tergantung dari kehendak revolusioner, dan
kehendak revolusioner tidak dapat otomatis ada, melainkan harus ‘diadakan’.
Disitulah fungsi partai revolusioner. Dalam arti ini, revolusi adalah sesuatu
yang dikehendaki, sesuatu yang harus secara aktif diperjuangkan. Setelah
kekuasaan di Russia berada di tangan Kaum Bolshevik, Lenin lalu menghapus semua
hak-hak demokratis masyarakat, dan secara sistematik menghancurkan semua
pemberontakan. Kekuasaan yang diperlukan untuk membangun sebuah masyarakat
komunis, hanya dapat diraih dan dipertahankan dengan adanya kediktatoran kaum
proletariat. Jelas, Marx tidak pernah merumuskan ide semacam ini. Ia tidak
memikirkan keberadaan sebuah partai yang akan melakukan represi guna
menciptakan masyarakat komunis. Baginya, revolusi baru dapat terjadi, jika
mayoritas masyarakat adalah kaum proletariat yang akan berhadapan langsung
dengan para pemilik modal. Untuk sementara, kaum proletar memang harus
menjalankan pemerintahan dengan tangan besi guna menumpas semua pemberontakan
dari pemilik modal. Akan tetapi, ini pun hanya berlangsung sebentar. Jika
seluruh masyarakat terdiri atas kaum proletar yang tidak lagi mempunyai musuh,
maka kekuasaan tangan besi itu pun tidak lagi diperlukan. Secara
historis, kondisi yang dihadapi oleh Lenin pada jamannya sangatlah berbeda
dengan apa yang dipikirkan Marx. Pada masa itu, kelas yang merebut kekuasaan
adalah kelas yang merupakan minoritas di Russia. Sementara, kelompok lainnya
secara jelas menentang kekuasaan partai Bolshevik dan penerapan sosialisme.
Dalam situasi semacam itu diperlukanlah suatu bentuk kediktatoran untuk menata
keadaan. “Hanya dengan menindas segala perlawanan dan melalui tindakan
diktatoris”, demikian tulis Magnis-Suseno tentang Lenin, “sosialisme akan dapat
dibangun dan kelas-kelas yang berbeda lama-kelamaan dileburkan menjadi satu
kelas pekerja”.[10] Dalam kasus Lenin, kediktatoran partai tersebut akan
berlangsung secara permanen. Dua
konsep ini, yakni keberadaan partai revolusioner dan keberadaan partai proletar
yang memiliki kekuasaan permanen, akan menjadi penyangga bagi masyarakat
komunis yang dirumuskan oleh Lenin. Dengan kata lain, untuk mendirikan
masyarakat komunis, seperti yang menjadi cita-cita Marxisme-Leninisme, dua
konsep tersebut haruslah ada terlebih dahulu. Tanpanya, masyarakat komunis
tidak akan pernah bisa diwujudkan. Lalu, masyarakat komunis macam apakah yang
sungguh menjadi cita-cita Marxisme-Leninisme? Pada bab berikutnya, saya akan
mencoba menjelaskan versi masyarakat komunis yang menjadi impian Lenin, yang
kemudian upaya perwujudannya diteruskan oleh Partai Komunis Uni Soviet. 3.
Masyarakat Komunis Di
dalam merumuskan pandangannya mengenai ideal masyarakat komunis, Lenin jelas
banyak berhutang pada Marx. Pada bab ini, saya akan mencoba untuk membaca
tulisan Marx, Lenin, dan Engels untuk memberikan gambaran umum tentang apa yang
dimaksud dengan masyarakat komunis. Tentang masyarakat komunis, Marx pernah
menulis, “..
Setelah subordinasi yang memperbudak dari individu kepada pembagian kerja, dan
dengan itu antitesis antara kerja fisik dan kerja mental telah hilang; setelah
kerja tidak lagi merupakan alat untuk hidup melainkan tujuan utama dari hidup
itu sendiri; setelah kekuatan-kekuatan produktif telah berkembang sejalan
dengan perkembangan individu, … hanya dengan begitulah, masyarakat dapat
menyatakan hal ini: Dari setiap orang sesuai dengan kemampuannya, kepada setiap
orang sesuai dengan kebutuhannya.” Masyarakat
komunis adalah masyarakat yang ditata berdasarkan sistem masyarakat tanpa kelas
(classless society). Di dalam masyarakat tersebut, semua sistem diatur berdasar
kepemilikkan publik dan kesetaraan bagi semua orang. Tidak ada hak milik
pribadi. Prinsip ‘dari setiap orang sesuai kemampuannya dan kepada setiap orang
sesuai dengan kebutuhannya’ pun akan terwujud. “Komunisme”, menurut definisi
yang diberikan oleh Partai Komunis Uni Soviet pada 1962, “adalah masyarakat
yang terorganisir secara rapi yang terdiri dari orang-orang bebas, yang sadar
secara sosial… dan bekerja demi kebaikan bagi semua orang.”[12] Orang-orang
yang hidup di dalam masyarakat komunis adalah orang-orang yang sadar betul,
bahwa pekerjaan mereka bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
sebagai keseluruhan, dan bukan kesejahteraan mereka sendiri. Seperti
yang menjadi judul tulisan ini, prinsip dasar dari masyarakat komunis adalah
‘dari setiap orang sesuai dengan kemampuannya, dan kepada setiap orang sesuai
dengan kebutuhannya’. Apa yang dimaksud dengan dari setiap orang sesuai dengan
kemampuannya? Pertama, dengan memastikan bahwa setiap orang dapat
merealisasikan bakat-bakat mereka sepenuhnya, maka setiap orang akan bekerja
sesuai dengan minat dan kemampuannya, dan tingkat produktivitas pun akan
meningkat dengan niscaya. Kedua, dengan adanya penghapusan pembagian kerja
(division of labour), setiap orang akan bekerja tidak atas paksaan atau
perintah dari orang lain, tetapi atas apa yang menjadi kecocokannya, yang
membuat hidupnya bermakna. Dengan itu, kepribadian dan kemanusiaan setiap orang
akan berkembang sejalan dengan pekerjaan yang mereka jalani. Ketiga -dan inilah
yang membedakan komunisme dari sosialisme- jika di dalam masyarakat sosialis,
penghasilan diberikan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan, sebaliknya, di
dalam masyarakat komunis, setiap orang bekerja dengan dorongan moral (moral
stimuli) mereka. Dengan kata lain, setiap orang bekerja tanpa bayaran. Kepuasan
bahwa mereka sudah mengabdi pada masyarakat yang lebih luas sudah menjadi bayaran
yang lebih dari cukup. Jelaslah,
di dalam masyarakat komunis, kegiatan bekerja bukanlah suatu kegiatan yang
didasarkan pada keterpaksaan, melainkan sebuah tujuan tertinggi dari hidup. Hal
ini muncul bukan hanya karena kesadaran masyarakatnya saja yang sudah berubah,
melainkan juga karena hakekat dari kerja itu sendiri yang telah diubah di dalam
masyarakat komunis. Kerja tidak lagi merupakan suatu bentuk eksploitasi
terhadap manusia. Kerja-kerja yang dianggap eksploitatif, seperti kerja-kerja
fisik, kini digantikan oleh mesin. Sementara, setiap manusia hanya diharuskan
bekerja sesuai dengan apa yang menjadi kemampuan dan minatnya. Hakekat kerja
yang lama, yakni yang eksploitatif dan melumpuhkan manusia, kini digantikan
oleh kerja yang mengembangkan manusia sebagai keseluruhannya. Inilah hakekat
kerja di dalam masyarakat komunis. Partai
Komunis Uni Soviet menggarisbawahi beberapa hal operasional mengenai hakekat kerja
di dalam masyarakat komunis. Pertama, seperti sudah dijelaskan sebelumnya,
setiap orang melakukan pekerjaan sesuai dengan minat dan kemampuannya. Kedua,
setiap orang boleh berganti pekerjaan, bila ia merasa bahwa pekerjaannya yang
lama telah membuatnya tidak berkembang. Ketiga, setiap orang bekerja 20-25 jam
dalam seminggu. Artinya, setiap orang bekerja empat sampai lima jam sehari,
bahkan kurang. Keempat, semua bakat dan kemampuan yang ada di dalam setiap
orang akan dikembangkan semaksimal mungkin, baik di dalam kegiatan kerja
mereka, maupun di dalam aktivitas mereka di waktu santai. Kelima, setiap orang
tidak usah berpikir tentang berapa penghasilan yang mereka peroleh dari
kerja-kerja mereka, karena pemerintah telah menjamin bahwa semua kebutuhan setiap
orang akan dipenuhi. Keenam, setiap pekerja akan memperoleh penghormatan
tertinggi di masyarakat. Apa yang dikerjakan oleh seseorang akan menjadi cermin
dari kualitas orang itu sebenarnya. Di
dalam kondisi semacam itu, kerja akan menjadi suatu tindakan yang bebas dan
volunter. Dan seperti yang pernah ditulis oleh Engels, kerja menjadi
“kenikmatan tertinggi yang diketahui oleh manusia.”[16] Kerja memberikan
kebahagiaan kepada setiap orang yang melakukannya. Orang tidak memerlukan
hiburan instan guna mencapai kebahagiaan, karena dengan pekerjaannya pun orang
bisa merasa bahagia. “Seorang pekerja yang bebas”, demikian tulis Marx,
“misalnya seorang penggubah lagu, adalah sekaligus kerja yang membahagiakan dan
sekaligus kerja yang serius, yang membutuhkan ketegangan yang intensif.” Jadi,
setiap pekerjaan, entah itu seorang penulis, seorang komponis, atapun seorang
guru, adalah sekaligus pekerjaan yang membahagiakan dan serius. Setiap
pekerjaan adalah sekaligus mekanis dan sekaligus kreatif. Di
dalam masyarakat komunis, kebahagiaan dan kepuasan hidup pun akan lebih bisa
didapatkan, karena orang tidak hanya sibuk dengan urusan kerja untuk memenuhi
kebutuhan hidup semata, yang memang sudah tidak diperlukan, tetapi mereka juga
bisa terlibat dalam kegiatan-kegiatan lainnya yang bermakna, seperti seni, ilmu
pengetahuan, dan literatur. Harapannya adalah, kebudayaan di dalam masyarakat
komunis akan berkembang begitu pesat, dan ini nantinya akan membuat kemakmuran
masyarakat tersebut bertambah. Dengan
demikian, kita dapat menemukan pengandaian-pengandaian yang bersifat humanistik
di dalam konsep masyarakat komunis, tepat karena komunisme bertujuan untuk
membuat hidup setiap orang menjadi lebih bebas dan lebih bermakna, terutama
dengan memberikan waktu luang untuk melakukan hal-hal yang mereka sungguh
sukai, demi perkembangan relasi mereka dengan orang lain, ataupun perkembangan
pribadi mereka sendiri. Prinsip
dasar pembagian kekayaan di dalam masyarakat komunis adalah, ‘kepada setiap
orang sesuai dengan kebutuhannya’. Dengan kata lain, setiap orang, siapapun dan
apapun status sosialnya, akan menerima semua kebutuhannya secara gratis dari
pemerintah. Dengan pemahaman ini, yang berubah bukan hanya pemahaman tentang
kerja, tetapi seluruh relasi antar manusia, seperti hilangnya konsumsi
berlebihan oleh satu pihak karena daya beli yang tinggi, dan relasi antar
manusia yang dihitung tidak lagi dengan menggunakan logika ekonomi dan
komoditi. Pertimbangan-pertimbangan yang bersifat egoistis akan hilang.
Dorongan untuk mencari kekayaan material secara berlebihan juga akan lenyap. Kebijakan
yang hendak memberikan secara gratis semua kebutuhan hidup bagi setiap orang
akan mengubah cara berpikir masyarakat. Orang tidak lagi dibebani oleh tanggung
jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar. Di dalam paradigma semacam ini, orang
akan bebas dari keinginan untuk mengejar pendapatan ataupun hak milik pribadi,
sesuatu yang seolah menjadi ‘makna’ bagi orang-orang yang hidup di dalam
masyarakat kapitalis. Dan pada akhirnya, setiap orang akan menyibukkan diri
mereka dengan hal-hal yang sungguh bermakna dan memiliki budaya yang tinggi.
Inilah yang sungguh dihargai di dalam masyarakat komunis. Seperti
yang sudah disinggung sebelumnya, distribusi kekayaan di dalam masyarakat
komunis akan dibagi seadil-adilnya. Di dalamnya termasuk juga kebutuhan ekonomi
material maupun kebutuhan yang bersifat spiritual. Proses ini akan
menguntungkan kedua belah pihak, baik masyarakat sebagai keseluruhan, maupun
individu-individu partikular yang hidup di dalam masyarakat tersebut.
“Distribusi”, demikian tulis Engels, “sejauh itu diatur dengan pertimbangan
yang murni ekonomis, akan ditata dengan kepentingan yang mengacu pada produksi,
dan produksi itu akan mendorong modus distribusi yang memungkinkan setiap
anggota masyarakat mengembangkan, mempertahankan, dan melatih kemampuan mereka
dengan universalitas yang maksimal.” Pada
titik ini, kita bisa mengajukan pertanyaan kritis. Jika setiap kebutuhan
dipenuhi oleh pemerintah, lalu bukankah setiap orang akan menuntut dipenuhi keinginan-keinginannya,
seperti keinginan akan rumah yang besar, ataupun kendaraan yang mewah? Lalu,
bagaimana jika ada orang yang ingin menjadi kolektor perhiasan ataupun
benda-benda seni yang memiliki nilai tinggi? Apakah mereka juga bisa
menuntutnya dari pemerintah? Pertanyaan
itu memang tepat untuk diajukan, tetapi persis menggambarkan kesalahpahaman
terhadap konsepsi masyarakat komunis. Sistem pengaturan masyarakat komunis
memang berusaha memenuhi kebutuhan hidup setiap anggota masyarakatnya. Akan tetapi,
kebutuhan yang dipenuhi adalah kebutuhan yang bersifat mendasar, dan bukan
kebutuhan akan barang-barang mewah. Tujuan dari proses pengaturan ini adalah
“untuk menjamin kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan yang masuk akal..” Memang,
ada pengandaian yang cukup problematis disini. Siapakah yang punya otoritas
untuk menentukan, kebutuhan mana yang masuk akal, dan kebutuhan mana yang
tidak? Jawabannya, tidak ada! Setiap orang yang hidup di dalam masyarakat
komunis sudah memiliki kesadaran penuh untuk tidak menuntut sesuatu yang tidak
masuk akal dari pemerintahnya. “Komunisme”, demikian tulis Lenin, “mengandaikan
produktivitas tenaga kerja..dan bukan… orang-orang yang memiliki kemampuan
untuk merusak kekayaan publik untuk bersenang-senang dan dengan menuntut yang
tidak mungkin.”[21] Di
dalam masyarakat komunis, pola konsumsi masyarakat juga akan berubah. Konsumsi
akan berada di level yang lebih tinggi. Selera masyarakat akan berubah, dan
akan menjadi semakin tidak individual. Pemerintah akan menciptakan alat
transportasi publik yang nyaman, sambil secara perlahan menghilangkan alat
transportasi pribadi. Rumah mewah personal akan digantikan dengan rumah
peristirahatan publik. Klub-klub eksklusif akan dibongkar, dan digantikan oleh
arena publik yang terbuka untuk setiap orang. Semua hal ini, menurut Lenin,
akan membawa keuntungan bagi masyarakat sebagai keseluruhan. Dan yang terutama,
masyarakat akan dijauhkan dari hasrat untuk memperoleh hak milik pribadi yang
hanya boleh digunakan untuk dirinya sendiri. Sekolah
di dalam masyarakat komunis akan mendidik setiap orang untuk tidak menjadikan
konsumsi sebagai tolok ukur. Bukanlah kemewahan dan tingkat kemampuan konsumsi
yang menjadi nilai dari seseorang, tetapi kemampuannya untuk mengapresiasi keindahan
di dalam segala bentuknya, mulai dari seni sampai ilmu pengetahuan. Keindahan
tersebut tidak hanya berguna bagi orang itu sendiri, tetapi juga bisa berguna
untuk masyarakat sebagai keseluruhan. Pola pendidikan di dalam masyarakat
komunis adalah pola pendidikan yang mengedepankan keindahan dan kesadaran orang
untuk mengabdi pada kepentingan publik.Marxisme
adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx. Marx
menyusun sebuah teori besar yang berkaitan tentang konflik kelas antara kaum
borjuis dengan proletar yang berbasis pada ekonomi dan supra - strukturnya
terdiri dari ideologi, agama, politik dan budaya. Para pengikut teori ini
disebut sebagai Marxis. Teori ini merupakan dasar teori komunisme modern. Teori
ini tertuang dalam buku Manifesto Komunis yang dibuat oleh Karl Marx dan
sahabat karibnya, Friedrich Engels. Marxisme merupakan bentuk protes Marx
terhadap paham kapitalisme. Menurutnya bahwa kaum kapital mengumpulkan uang
dengan mengorbankan kaum proletar.Keadaan
para kaum proletar yang sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam
dengan upah sangat minimum sementara hasil keringat mereka dinikmati oleh kaum
kapitalis. Banyak kaum proletar yang harus hidup dalam penderitaan, tinggal di
daerah pinggiran dan kumuh. Menurut Marx, masalah ini disebabkan oleh adanya
“kepemilikan pribadi” atas alat-alat produksi oleh kaum borjuis. Marx
menginginkan penghapusan “kepemilikan pribadi” tadi, untuk kemudian menjadi
kepemilikan bersama. Adapun hal lain yang juga penting sebagai upaya untuk
mensejahterakan kaum proletar, menurut Marx paham kapitalisme diganti dengan
paham komunisme. Jika kepemilikan bersama dan paham komunisme tidak terwujud,
kaum proletar akan memberontak untuk menuntut keadilan. Itulah dasar dari
marxisme.Lima
tahap perkembangan ide marxisme: Hegel= bagaimana membebaskan manusia dari
penindasan, struktur politik yang revolusioner (tahap 1), Feurbach= alienasi ,
keterasingan dari dirinya sendiri (tahap 2), F Engels = sosialisme klasik,
manusia dapat dibebaskan asal penindasan dari kaum buruh dihapuskan (tahap 3),
perkembangan dari ekonomi yang menentukan sejarah perkembangan manusia, bukan
ideologi, politik dan lainnya(tahap 4) Kontradiksi internal sistem produksi
kapitalis akhirnya yang akan menghapus hak milik pribadi atas alat-alat
produksi dan mewujudkan masyarakat kapitalis tanpa kelas= Sosialisme ilmiah
(tahap 5). Tahap 1-3 disebut dengan Marx muda dan tahap 4-5 Marx tua.Adapun
prinsip-prinsip pokok program politik Marxis, antara lain : Orientasi
Internasionalis dan masalah kepemilikan alat-alat produksi.1)
Orientasi InternasionalisDalam
pikiran Marx pentingnya internasionalisme tidak bisa disangkal, namun
internasionalisme Marxis bukanlah komitmen moral yang bersifat abstrak
(sebetulnya liberal borjuis) kepada semacam “persaudaraan internasional semua
bangsa”, melainkan mendasarkan diri terhadap keberadaan proletariat sebagai
kelas internasional, yang diciptakan oleh pasar kapitalis sedunia, dan terpaksa
harus berjuang di tingkat internasional untuk melawan sistem kapitalisme itu.Sifat
dasar dari internasionalisme Marxis adalah prioritasnya kepada kepentingan
global kelas buruh. Secara lebih konkrit bias dijelaskan sebagai berikut: misal
seorang buruh revolusioner yang belum pernah meninggalkan kampong halamannya
dan tidak dapat berbahasa asing, tetapi melawan pemerintah nasional di masa
perang, maka ia disebut sebagai seorang internasionalis. Sedangkan seorang
professor terhormat yang pernah berkeliling dunia, yang fasih dalam banyak
bahasa, tetapi di masa perang tetap menyokong pemerintah borjuis adalah seorang
nasionalis.2)
Kepemilikan alat-alat produksi. Banyak pengamat (pengamat borjuis tetapi juga
banyak yang menganggap dirinya “Marxis”) percaya bahwa prinsip utama Marxisme
dan sosialisme adalah nasionalisasi alat-alat produksi tersebut. Argumentasi
Kaum sosialis: kapitalisme, yang sama dengan kepemilikan swasta, adalah
irasional dan tidak adil , dan menyebabkan krisis ekonomi serta kemiskinan,
perang, dan sebagainya. Seandainya perusahaan-perusahaan ada di tangan aparatur
Negara dan disertai dengan perencanaan ekonomi, maka keadaan akan lebih
rasional dan adil. Perjuangan kelas buruh dimengerti sebagai cara untuk
mencapai tujuan (nasionalisasi) itu. Jika timbul cara alternative, seperti
perang gerilya atau proses parlementer, cara-cara ini mungkin saja dianggap
cocok juga. Proses nasionalisasi adalah tujuan dan perjuangan kelas buruh
sebagai alat.Sedangkan
pendekatan Marxis jauh berbeda, proletariat sedang berjuang melawan kaum
kapitalis yang menghisap dan menindas kaum buruh. Maka satu-satunya cara untuk
memenangkan perjuangan ini dan membebaskan diri dengan mengalahkan kelas
kapitalis di kancah politik serta merebut alat-alat produksi mereka. Hal itu
mungkin terjadi jika proletariat menciptakan apparatus Negara yang baru.
Pendekatan ini dijelaskan dalam manifesto komunis: Telah
kita lihat di atas, bahwa langkah pertama dalam revolusi kelas buruh, adalah
mengangkat proletariat pada kedudukan kelas yang berkuasa, memenangkan
perjuangan demokrasi. Proletariat akan menggunakan kekuasaan politiknya untuk
merebut, selangkah demi selangkah, semua capital dari borjuasi, memusatkan
semua perkakas produksi ke dalam tangan Negara, artinya proletariat yang
terorganisasi sebagai kelas yang berkuasa; dan untuk meningkatkan jumlah
tenaga-tenaga produktif secepat mungkinUntuk
kaum marxis, pembebasan kelas buruh merupakan tujuannya; dan nasionalisasi
perkakas produksi adalah sebagai caranya.Perselisihan
ini “kedua jiwa sosialisme” sangatlah penting, dan kita akan kembali ke hal itu
berkali-kali. Tujuan sosialis yang terakhir yaitu masyarakat tanpa perbedaan
kelas-tentunya adalah aspirasi umat manusia sejak dahulu kala. Namun marxisme
berbeda karena mendasarkan aspirasi ini, sebagai kemungkinan realistis, pada
perkembangan proletariat, ‘sebuah kelas yang karena posisinya dalam masyarakat,
hanya dapat membebaskan diri dengan menghapuskan semua kekuasaan yang berkelas,
semua perhambaan dan penghisapan. Secara teoritis, peralihan dari kapitalisme
ke komunisme (diktatur proletariat) ialah hanya kelanjutan dari perjuangan kaum
buruh sampai ke kemenangan. Namun bentuk khusus diktator tersebut tidak
ditemukan baik oleh Marx maupun pemikir Marxis yang lainnya, melainkan oleh
kaum buruh revolusioner sendiri.
Kelas
buruh sebagai kelas tertindas tidak pernah dan tidak akan bisa memperbaiki
taraf hidup mereka. Kelas ini tidak memiliki alat-alat dan bentuk-bentuk
produksi seperti yang dimiliki kelas borjuasi. Yang dilakukan mereka hanyalah
menjual tenaga kerja kepada kelas penindas hanya sekedar untuk tetap bisa
hidup. Hidup mereka, karena sistem kerja yang eksploitatif, hanya diabdikan
untuk menciptakan dan akumulasi capital. Hubungan eksploitatif antara dua kelas
itu menurut Marx akan menciptakan antagonism kelas (class antagonism) yang
kemudian akan melahirkan krisis revolusioner. Bila situasi sudah demikian, maka
kaum proletar atau kelas pekerja melalui proses sosial tertentu akan menjadi
kelas revolusioner. Mereka menjadi kelas yang menghendaki perubahan struktural,
mengambil alih kekuasaan dengan paksa dan melakukan transformasi struktur
sosial secara revolusioner.Marx
berharap kelas pekerja menjadi kelas penguasa bila berhasil merebut kekuasaan
dan kapital kaum borjuis kapitalis dan memusatkan semua alat-alat produksi di
tangan kelas pekerja. Akhir perjuangan kaum pekerja menentang kelas kapitalis
adalah terciptanya masyarakat tanpa kelas (class less society). Masyarakat
tanpa kelas, menurut Marx, ditandai oleh lenyapnya perbedaan-perbedaan kelas
dan produksi dikuasai oleh bangsa serta kekuasaan Negara akan kehilangan
karakter politiknya. Maksudnya kekuasaan politik (organized power) itu tidak
lagi bersifat opressif dan menindas masyarakat.Yang
dimaksud Marx dengan revolusi jelas bukan revolusi damai (glorious
revolution)seperti di Inggris abad XIII, melainkan revolusi kekerasan. Dalam
revolusi itu, konflik antara proletar dan borjuis tidak terelakkan. Marx dan
Engels selalu menekankan makna pentingnya konflik kelas (driving force of
history). Menurut Marx tanpa konflik kelas, tidak akan ada kemajuan karena hal
itu merupakan hokum yang selalu menyertai peradaban (sejak dahulu) hingga
sekarang . Oleh karena itu hanya konflik kelaslah yang dapat mengubah secara
structural kehidupan masyarakat dan setiap kelas yang berkonflik selalu menunjukan
hubungan dialektis dalam pengertian Hegelian. Yaitu satu kelas menjadi thesis
dan kelas lainnya menjadi antithesis.Akar-akar
konflik itu menurut Marx tidak disebabkan hanya karena perbedaan pendapat
capital dalam bentuk kekayaan pasif, melainkan perbedaan tajam menyangkut
hubungan, pemilikan dan penggunaan bentuk serta kekuatan-kekuatan produksi
aktif. faktor-faktor ini penting karena, hubungan produksi-hubungan otoritas
yang terbentuk karena ketimpangan dalam distribusi kekayaan dalam produksi industrial,
misalnya merupakan unsure konstitutif konflik kelas dan perkembangannya. 2.2
MEKANISME PERUBAHAN MANUSIA
Marx
berpendapat bahwa setiap perubahan social mesti bersifat revolusioner. Tidak
ada perubahan perlahan-lahan. Sejarah dimengerti sebagai pergantian terus
menerus antara keadaan-keadaan yang stabil dan tidak berubah.Inti
pandangan materialis sejarah adalah bahwa selama masyarakat terdiri dari
kelas-kelas social yang berbeda, bidang ekonomi memuat dua unsur yang
kontradiktif, dan bahwa kontradiktif ini niscaya cepat atau lambat akan
mengakibatkan perubahan secara revolusioner. Di satu pihak ada unsur yang
menentang segala perubahan yaitu struktur kekuasaan ekonomis atau struktur
pemilikan modal. Kelas-kelas atas yang menguasai masyarakat dengan sendirinya
berkepentingan mempertahankan kedudukan mereka. Maka mereka menentang segala
perubahan social kelas-kelas bawah tidak dapat memperbaiki kedudukan mereka.
Tetapi di lain pihak kelas-kelas atas berkepentingan untukterus menerus
meningkatkan produktivitas pekerjaan. Lama kelamaan hubungan-hubungan social
yang tetap tidak dirubah semakin tidak memadai dengan tuntutan-tuntutan
rasionalitas ekonomi yang terus meningkat. Kontradiksi ini terungkap dalam
ketegangan antara kelas-kelas pekerja dan pemilik yang semakin tajam. Akhirnya
struktur kekuasaan ekonomi sedemikian irrasional sehingga tidak dapat
dipertahankan lagi. Perlawanan kelas-kelas pekerja tidak dapat ditindas lagi ,
dan terjadilah suatu perubahan revolusioner 2.3
DARI KAPITALISME KE MASYARAKAT TANPA KELASYang
membedakan masyarakat kapitalis dari semua masyarakat sebelumnya dalam
pandangan Marx ialah bahwa revolusi yang akan mengakhirinya, revolusi sosialis
akan menghasilkan masyarakat tanpa kelas.Dalam
masyarakat kapitalis nafsu mencari untung, yang dalam masyarakat prakapitalis
diselubungi dalam berbagai ideologi yang suci yang diakui secara resmi sebagai
nilai utama. Uang atau modal dan bukan konsumsi menjadi tujuan kegiatan
ekonomis. Maka terjadi akselerasi perkembangan produksi dan penyederhanaan
struktur-struktur social. Desakan untuk menaikan produktifitas semakin besar
dan persaingan antara para kapitalis semakin tajam. Kantong-kantong produksi
dengan gaya prakapitalis, perusahaan-perusahaan kecil dan menengah semakin
terserap ke dalam proletariat. Maka jumlah buruh semakin bertambah. Meluasnya
kelas buruh dan rasionalisasi produksi yang semakin mengurangi jumlah buruh
yang masih mendapat pekerjaan, semakin memiskinkan kelas buruh. Perkembangan
ini membuat kaum buruh menjadi sadar akan situasi mereka dan semakin militant.
Akhirnya tinggal dua kelas saja yang saling berhadapan: segelintir pemilik
modal yang terus merasionalisasikan produksi dan massa kaum buruh yang tidak
lagi dapat membeli produksi itu karena mereka terlalu miskin. Itulah saat
revolusi sosialis tidak terelak lagi karena merupakan satu-satunya jawaban
rasional atas situasi ini.Mengapa
Marx percaya bahwa dalam situasi ini Negara akan hilang dengan sendirinya?
Menurut Marx Negara hanya dibutuhkan pada permulaan sosialisme. Sebagai langkah
pertama didirikan “dictator proletariat”. Yang dimaksud dengan istilah itu,
bahwa kaum buruh memastikan bahwa kaum kapitalis tidak dapat bangkit lagi.
Sesudah sisa kapitalis melebur dengan buruh, masyarakat seluruhnya hanya
terdiri dari buruh saja, jadi sudah tidak ada kelas-kelas yang berbeda lagi.
Baru sesudah itu setiap orang dapat bekerja dengan bebas dan kreatif: “Dalam
masyarakat komunis, dimana masing-masing orang tidak terbatas pada bidang
kegiatan ekslusif, melainkan dapat mencapai kecakapan dalam bidang apapun juga.
Masyarakat mengatur produksi umum. Itulah saat dimana Negara, alat penindas
kelas atas terhadap kelas bawah, tidak diperlukan lagi karena “tidak ada lagi
yang dapat ditindas”. Negara tidak dihapus, ia mati dengan sendirinya. Proses
produksi dipimpin oleh persekutuan bebas semua individu. 2.4
REVOLUSI RUSIARevolusi
Rusia merupakan sebuah gerakan yang dimotori oleh Lenin, seorang penganut
ajaran Karl Marx. Nama asli dari Lenin adalah Vladimir Ilyich Ulyanov ,
kemudian nama samaran nya "Nikolai Lenin", dia lahir pada tahun 1870.
Ayahnya seorang inspektur sekolah-sekolah di daerah Volga yang patuh terhadap
negara. Namun dia mempunyai kakak yang bernama Alexander, seorang yang turut
aktif dalam gerakan populis radikal, karena berkomplot untuk membunuh Tsar,
kakaknya dihukum mati pada tahun 1887. Beberapa bulan kemudian Vladimir Ilyich
ikut berdemonstrasi di kampus dan dikeluarkan dari universitas. Selama beberapa
tahun dia mencari akal tentang jalan mana yang harus ditempuhnya, apakah jalan
populis seperti kakaknya atau jalan lain. Awalnya Lenin terpengaruh oleh
populisme, namun setelah mempelajari "Das Kapital" Lenin semakin
cenderung ke arah Marxis. Pada umur dua puluh tiga Lenin sudah menjadi seorang
Marxis yang berkobar-kobar. Bulan Desember 1895 dia ditahan oleh pemerintah
Tsar karena kegiatan revolusionernya dan dijebloskan ke dalam penjara selama
empat belas bulan. Sesudah itu dia dibuang ke Siberia.Selama
tiga tahun di Siberia (yang tampaknya tidak digubrisnya sebagai siksaan) dia
kawin dengan wanita yang juga berfaham revolusioner dan menulis buku
Pertumbuhan Kapitalisme di Rusia. Masa pembuangannya di Siberia berakhir bulan
Februari 1900 dan beberapa bulan kemudian Lenin melakukan perjalanan ke Eropa
Barat. Tak kurang dari tujuh belas tahun lamanya dia berkelana, menjadi seorang
mahaguru revolusioner. Kemudian dia sebagai pimpinan dari Partai Bolsheviks,
yaitu sebuah partai pecahan dari Partai Buruh Sosial-Demokrat Rusia yang
terpecah menjadi dua bagian, Bolsheviks merupakan pecahan yang lebih besar di
antara pecahan yang satunya.Perang
Dunia I membuka peluang besar buat Lenin. Perang ini membawa malapetaka baik
militer maupun ekonomi bagi Rusia dan akibatnya menambah ketidakpuasan rakyat
kepada sistem pemerintahan Tsar. Akhirnya pemerintah Tsar ini digulingkan di
bulan Maret tahun 1917 dan untuk sementara waktu tampaknya Rusia dipimpin oleh
sebuah pemerintah demokratis. Begitu mendengar kejatuhan Tsar, Lenin buru-buru
pulang ke .Rusia dan sesampainya di negeri asalnya ia dengan cepat dapat
melihat dan mengambil kesimpulan bahwa partai-partai demokratis --walau sudah
mendirikan pemerintahan sementara-- tak punya daya kekuatan cukup dan kondisi
ini sangat baik buat partai Komunis yang punya pegangan disiplin kuat untuk
menguasai keadaan biarpun anggotanya sedikit. Karena itu Lenin mendorong kaum
Bolshevik melompat kedepan mengguhngkan pemerintahan sementara dan menggantinya
dengan pemerintahan Komunis. Percobaan pemberontakan di bulan Juli tidak
berhasil dan memaksa Lenin menyembunyikan diri. Percobaan kedua di bulan
Nopember 1917 berhasil dan Lenin menjadi kepala negara baru.Selaku
kepala pemerintahan, Lenin keras tetapi di lain pihak dia amat pragmatis.
Mula-mula dia ajukan tekanan yang tak kenal kompromi adanya masa transisi
singkat menuju masyarakat yang ekonominya sepenuhnya berdasar sosialisme.
Ketika ini tidak jalan, dengan luwes Lenin mundur dan mengambil jalan sistem
ekonomi campuran kapitalis-sosialistis. Ini berjalan di Uni Soviet selama
beberapa tahun.Di
bulan Mei 1922 Lenin sakit keras sehingga antara serangan sakit itu hingga
wafatnya tahun 1924 praktis Lenin tidak bisa berbuat apa-apa. Begitu wafat,
jasadnya dengan cermat dibalsem dan dipelihara, dibaringkan di musoleum di
Lapangan Merah hingga saat ini. 2.5
HUBUNGAN MARXISME DENGAN PEMBANGUNAN POLITIK-
Spirit yang dibangun masyarakat pada dasarnya adalah melakukan kritik terhadap
kapitalisme dengan tujuan untuk menuju masyarakat yang berkeadilan social dan
ekonomi-
Pada Karangan Karl Marx yaitu Das Capital jilid 1, berargumen tentang hal yang
tidak mengesankan dari kapitalisme, yakni mengenai komoditas-
Kapitalisme menurut Marx adalah system sosio ekonomi yang dibangun untuk
mencari keuntungan yang didapat dari proses produksi, bukan dari perdagangan, riba,
memeras, atau mencari secara langsung, tetapi melalui cara mengorganisasikan
mekanisme produksi secara tertentu sehingga mengurangi biaya produksi seminimal
mungkin atau melalui suatu mode of production BAB
IIIPENUTUP 3.1
KESIMPULAN1.
Marxisme adalah suatu faham dari Karl Marx yang dilatari dari konflik kelas,
yaitu antara kelas borjuis dengan kelas proletar. Dimana adanya suatu
eksploitasi dari kaum borjuis terhadap kaum proletar dalam suatu proses
produksi sebagai akibat dari adanya sistem kapitalisme Yang kemudian
menimbulkan perlawanan dan perjuangan kelas buruh melawan sistem kapitalis, dan
juga untuk mewujudkan obsesi kemenangan gerakan sosialis dimana mereka
menginginkan penghapusan kelas, penghapusan kepemilikan pribadi, dan perubahan
kapitalisme menjadi komunisme. Marxisme ini berbasis pada ekonomi yang kemudian
menciptakan supra-struktur (politik-ideologi dll)—hubungan-hubungan ekonomi
menghasilkan fenomena-fenomena sosial, budaya dan politik yang meliputi semua
hal termasuk diantaranya ideologi, kesadaran politik hingga budaya yang
berhubungan dengan media. Ide-ide utama dalam Marxisme meliputi Eksploitasi,
Alienasi, Basis dan Superstructure, Kesadaran Kelas (Class Consciousness),
Ideologi, Materialisme Historis, dan Ekonomi Politik.2.
Di setiap perubahan social mesti bersifat revolusioner. Tidak ada perubahan
perlahan-lahan. Selama di dalam suatu masyarakat terdiri dari kelas-kelas
social yang berbeda, misal perbedaan kelas dari segi ekonomi, kelas borjuis
dengan kelas proletar. Maka cepat atau lambat akan terjadi suatu perubahan
secara revolusioner. Hal itu disebabkan oleh ketidakseimbangan kelas, dan juga
bentuk eksploitasi oleh kaum borjuis terhadap kaum proletar, yang membuat kaum
proletar tidak puas sehingga ketegangan antara kelas borjuis dengan kelas
proletar pun tidak terelakan. Bila situasi sudah demikian, maka kaum proletar
atau kelas pekerja melalui proses sosial tertentu akan menjadi kelas
revolusioner. Mereka menjadi kelas yang menghendaki perubahan struktural,
mengambil alih kekuasaan dengan paksa dan melakukan transformasi struktur
sosial secara revolusioner.3.
Kapitalisme akan diakhiri oleh sebuah revolusi, revolusi oleh kaum yang
tertindas yang kemudian akan menciptakan masyarakat tanpa kelas atau
penghapusan atas kelas. Dimana kapitalisme itu dianggap sebagai suatu bentuk
ketidakadilan, yang membuat kaum buruh semakin miskin dan menderita. Atas
keadaan yang demikian kaum buruh menjadi sadar akan situasi mereka dan semakin
militant. Maka revolusi sosialis lah yang menjadi satu-satunya jawaban rasional
atas situasi ini. Kaum buruh bangkit, merebut pabrik dan modal dari tangan kaum
kapitalis, mencampakkan mereka ke dalam kelas buruh juga dan sendiri
mengorganisasikan proses produksi. Sesudah sisa kapitalis melebur dengan kaum buruh,
masyarakat seluruhnya hanya terdiri dari buruh saja, jadi sudah tidak ada lagi
kelas-kelas yang berbeda4.
Lenin merupakan seorang yang menganut paham dari Karl Marx. Lenin mendirikan
komunisme di Rusia melalui revolusi partai yang dipimpinnya yaitu Partai
Bolsheviks. Dia mempunyai peran besar atas tersebarnya komunisme di dunia.
Keadaan Rusia yang awalnya tumbuh suatu kapitalisme yang kemudian terjadi
revolusi kaum proletar, hal itu cocok dengan Marxisme Karl Marx dimana situasi
yang sama juga terjadi pada masanya. Revolusi Rusia terjadi pada tahun 1917,
setelah menggulingkan pemerintahan Tsar untuk sementara waktu tampaknya Rusia
dipimpin oleh sebuah pemerintah demokratis. Partai-partai demokratis --walau
sudah mendirikan pemerintahan sementara-- tak punya daya kekuatan cukup dan
kondisi ini sangat baik buat partai Komunis yang punya pegangan disiplin kuat
untuk menguasai keadaan biarpun anggotanya sedikit. Karena itu Lenin mendorong
kaum Bolshevik melompat kedepan menggulingkan pemerintahan sementara dan
menggantinya dengan pemerintahan Komunis. Percobaan pemberontakan di bulan Juli
tidak berhasil dan memaksa Lenin menyembunyikan diri. Percobaan kedua di bulan
Nopember 1917 berhasil dan Lenin menjadi kepala negara baru. Ciri penting dari
Lenin adalah dia seorang yang cepat bertindak sehingga dialah orang yang
mendirikan pemerintahan Komunis di Rusia. Dia menganut ajaran Karl Marx dan
menterjemahkannya dalam bentuk tindakan politik praktis yang nyata. Sejak bulan
Nopember 1917 telah terjadi ekspansi kekuatan Komunis ke seluruh dunia. Kini,
sekitar sepertiga penduduk dunia menganut faham Komunis. Jelas Komunisme adalah
gerakan besar yang punya arti penting sejarah. Tidaklah jelas benar siapakah
yang bisa dianggap paling berpengaruh dalam gerakan ini, Marx atau Lenin. Marx
punya arti lebih penting karena dia mendahului dan mempengaruhi Lenin. Tetapi
masih bisa dibantah anggapan ini karena kemampuan politik praktis Lenin
merupakan faktor yang amat ruwet dalam hal mendirikan Komunisme di Rusia. Tanpa
peranan Lenin, Komunis rasanya mesti menunggu bertahun-tahun untuk punya
kesempatan memegang kekuasaan dan akan menghadapi perlawanan yang lebih
terorganisir. Karena itu, bukan mustahil tidak bisa berhasil.5.
Hubungan antara Marxisme dengan Pembangunan Politik yaitu spirit yang dibangun
masyarakat pada dasarnya adalah melakukan kritik terhadap kapitalisme dengan
tujuan untuk menuju masyarakat yang berkeadilan sosial dan ekonomi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar