A.
Kedudukan
Kerja dalam Budaya Melayu
Dengan mengacukepada etos kerjanya,
nampaklah bahwa kerja yang semenggah (baik dan benar dengan niat yang ikhlas)
mendapat kedudukan pentingg dalam budaya Melayu. Di dalam ungkapan dikatakan “kerja disuruh sunnah, diperintah adat” maksudnya,
bekerja menjadi suruhan agama dan diwajibkan oleh adat resam Melayu.
Didalam ungkapan adat dikatakan, “kerja mengangkat tuah membangkit marwah”. Ungkapan
lain mengatakan:
Kerja menjauhkan
fitnah, menolak nista
Kerja menolak bala
Kerja membayar hutang
Kerja menutup malu
Kerja membuang aib
Uangkapan-ungkapan ini mencerminkan
sejauh mana pentingnya kedudukan kerja dalam budaya Melayu. Karenanya, kerja
tidak dapat diabaikan, dilecehkan, apalagi disia-siakan. Acuan ini pula yangg
menyebabkan orang mMelayu menghormati dan memandang tinggi orang yang bekerja
dengan tekun, jujur, taat dan setia serta ikhlas dan karena Lillah. Itu pula
yang mendorong orang Melayu untuk mencari jodoh anak atau keluarganya pada
orang yang bekerja, bukan pengangguran.
Dari sisi lain, kerja menunjukkan sikap
mandiri, tidak tergantung kepada orang lain, walaupun orang tua atau keluarga
atau keluarga dekatnya. Orang tua-tua mengatakan, “kalau hidup di celah ketiak orang, sampai tua takkan jadi orang” atau
dikatakan “kalau melekap di celah ketiak,
sampai mati tak dapat tegak”, maksudnya siapa saja yangg hidupnya
tergantung pada orangg lain, sampai matipun ia tidak mampu hidup mandiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar