Selasa, 17 Mei 2016

PANDANGAN ORANG MELAYU TERHADAP KERJA



A.    Pandangan Orang Melayu Terhadap Kerja
Orang Melayu yang mendasarkan budayanya dengan teras Islam selalu memandang bekerja merupakan ibadah, kewajiban, dan tanggung jawab. Bekerja sebagai ibadah merupakan hasil pemahaman orang Melayu terhadap Al-Quran dan hadist Nabi. Terdapat ayat Al-Quran yang mengatakan, “apabila kamu telah selesai melaksanakan shalat, bertebaran kamu dipermukaan bumi (untuk mencari rezki dan rahmat Allah). Pada ayat yang lain dikatakan “maka apabila telah selesai (dari suatu urusan), kerjakan dengan sungguh-sungguh(urusan) yang lain”(Q.S. Alam Nasyrah: 7). Beberapa hadist Nabi yang mendukung dan budaya Etos kerja Melayu diantaranya : “bekerjalah kamu untuk duniamu, seakan-akan kamu hidup selama-lamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan kamu besok pagi” (H.R. Muslim).hadist lain mengatakan “sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang bekerja dan terampil.barangsiapa bersusah-payahmencari nafkah untuk keluarganya, maka dia serupa seorang mujahid di jalan Allah Azza Wajalla” (H.R. Ahmad).
Selaras dengan itu, terdapat ungkapan adat yang dianggap sebagai ungkapan tunjuk ajar tentang Etos kerja dan etika kerja yang mengatakan:
Apa tanda orang beradat
Wajib bekerja ianya ingat

Kalau mengaku orang Melayu
Wajib bekerja ianya tahu

Apa tanda orang berakal
Dalam bekerja hatinya pukal

Apa tanda orang beriman
Bekerja keras tiada segan

Apa tanda orang berilmu
Bermalas-malas ianya malu   
Ungkapan-ungkapan diatas mencerminkan bagaimana utamanya kedudukan kerja dalam pandangan orang Melayu. Orang yang mampu bekerja keras, dianggap bertanggung jawab, baik terhadap diri dan keluarganya maupun terhadap masyarakat, agama, adat-istiadat dan norma-norma sosial yang mereka jadikan pegangan dan sandaran. Sebaliknya, orang yang malas, culas dan memilih-milih kerja, disebut bebal dan tak tahu diri. Orang ini menjadi ejekan oleh masyarakatnya, seperti tertuang dalam pantun:
Tak adanya gunanya berbaju tebal
Hari panas badan berpeluh
Tak ada guna Melayu bebal
Diri pemalas kerja bertangguh

Tak ada guna kayu diukir
Bila dipakai dimakan ulat
Tak ada guna Melayu pander
Bekerja lalai makannya kuat

Apa guna merajut baju
Kalau ditetas butangnya lepas
Apa guna disebut Melayu
Kalau malas bekerja keras

Dari sisi lain, orang memandang kerja bukan semata-mata  untuk kepentingan hidup didunia, tetapi juga untuk keselamatan hidup di akhirat. Oleh karenanya, kerja haruslah mampu membawa peningkatan tarap hidup dan kesejahteraan duniawi, tetapi juga mampu menjadi bekal dan kesejahteraan hidup di akhirat. Rezeki yang didapat juga hendaknya menjadi modal untuk beribadat seperti berpuasa di bulan Ramadhan, bersedekah, infak, berzakat, dan haji ke Baitullah. Untuk itu, pekerjaan hendaklah yang halal, dilakukan secara baik dan benar serta ikhlas. Dalam ungkapan dikatakan:
Apabila kerja menurut Sunnah
Manfaatnya sampai ke dalam tanah

Apabila bekerja menurut syariat
Berkah melimpah dunia akhirat

Apabila bekerja niatnya ikhlas
Dunia akhirat Allah membalas

Apabila kerja pada yang hala
Duni akhirat beroleh bekall 

Acuan ini, menyebabkan orang tua-tua mengatakan bahwa: “bila bekerja karena lillah, disitulah ia jadi ibadah”. Ungkapan ini menunjukkan pula, bahwa orang Melayu memandang kerja yang halal yang dilakukan dengan niat yang tulus ikhlas dapat menjadi ibadah bagi seseorang. Pandangan ini tentulah semakin mengokohkan keutamaan kerja dalam kehidupan orang Melayu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar