A.
Pandangan
Orang Melayu Terhadap Kerja
Orang Melayu yang mendasarkan budayanya
dengan teras Islam selalu memandang bekerja merupakan ibadah, kewajiban, dan
tanggung jawab. Bekerja sebagai ibadah merupakan hasil pemahaman orang Melayu
terhadap Al-Quran dan hadist Nabi. Terdapat ayat Al-Quran yang mengatakan, “apabila kamu telah selesai melaksanakan
shalat, bertebaran kamu dipermukaan bumi (untuk mencari rezki dan rahmat Allah).
Pada ayat yang lain dikatakan “maka
apabila telah selesai (dari suatu urusan), kerjakan dengan
sungguh-sungguh(urusan) yang lain”(Q.S. Alam Nasyrah: 7). Beberapa hadist
Nabi yang mendukung dan budaya Etos kerja Melayu diantaranya : “bekerjalah kamu untuk duniamu, seakan-akan
kamu hidup selama-lamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan kamu
besok pagi” (H.R. Muslim).hadist lain mengatakan “sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang bekerja dan
terampil.barangsiapa bersusah-payahmencari nafkah untuk keluarganya, maka dia
serupa seorang mujahid di jalan Allah Azza Wajalla” (H.R. Ahmad).
Selaras dengan itu, terdapat ungkapan
adat yang dianggap sebagai ungkapan tunjuk ajar tentang Etos kerja dan etika
kerja yang mengatakan:
Apa tanda orang beradat
Wajib bekerja ianya
ingat
Kalau mengaku orang
Melayu
Wajib bekerja ianya
tahu
Apa tanda orang berakal
Dalam bekerja hatinya
pukal
Apa tanda orang beriman
Bekerja keras tiada
segan
Apa tanda orang berilmu
Bermalas-malas ianya
malu
Ungkapan-ungkapan diatas mencerminkan
bagaimana utamanya kedudukan kerja dalam pandangan orang Melayu. Orang yang
mampu bekerja keras, dianggap bertanggung jawab, baik terhadap diri dan
keluarganya maupun terhadap masyarakat, agama, adat-istiadat dan norma-norma
sosial yang mereka jadikan pegangan dan sandaran. Sebaliknya, orang yang malas,
culas dan memilih-milih kerja, disebut bebal dan tak tahu diri. Orang ini
menjadi ejekan oleh masyarakatnya, seperti tertuang dalam pantun:
Tak adanya gunanya
berbaju tebal
Hari panas badan
berpeluh
Tak ada guna Melayu
bebal
Diri pemalas kerja
bertangguh
Tak ada guna kayu
diukir
Bila dipakai dimakan
ulat
Tak ada guna Melayu
pander
Bekerja lalai makannya
kuat
Apa guna merajut baju
Kalau ditetas butangnya
lepas
Apa guna disebut Melayu
Kalau malas bekerja
keras
Dari sisi lain, orang memandang kerja
bukan semata-mata untuk kepentingan
hidup didunia, tetapi juga untuk keselamatan hidup di akhirat. Oleh karenanya,
kerja haruslah mampu membawa peningkatan tarap hidup dan kesejahteraan duniawi,
tetapi juga mampu menjadi bekal dan kesejahteraan hidup di akhirat. Rezeki yang
didapat juga hendaknya menjadi modal untuk beribadat seperti berpuasa di bulan
Ramadhan, bersedekah, infak, berzakat, dan haji ke Baitullah. Untuk itu, pekerjaan
hendaklah yang halal, dilakukan secara baik dan benar serta ikhlas. Dalam
ungkapan dikatakan:
Apabila kerja menurut
Sunnah
Manfaatnya sampai ke
dalam tanah
Apabila bekerja menurut
syariat
Berkah melimpah dunia
akhirat
Apabila bekerja niatnya
ikhlas
Dunia akhirat Allah
membalas
Apabila kerja pada yang
hala
Duni akhirat beroleh
bekall
Acuan ini, menyebabkan orang tua-tua
mengatakan bahwa: “bila bekerja karena
lillah, disitulah ia jadi ibadah”. Ungkapan ini menunjukkan pula, bahwa
orang Melayu memandang kerja yang halal yang dilakukan dengan niat yang tulus
ikhlas dapat menjadi ibadah bagi seseorang. Pandangan ini tentulah semakin
mengokohkan keutamaan kerja dalam kehidupan orang Melayu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar