Selasa, 17 Mei 2016

PENGERTIAN PERUBAHAN SOSIAL



A.    PERUBAHAN SOSIAL
1.      Pengertian Perubahan Sosial.
Segala sesuatu itu berubah dan akan menjadi lebih kompleks lagi. Perubahan dalam suatu area kehidupan akan membawa perubahan yang cepat dan berbeda-beda pada lainnya. Satu sama lainnya saling berkaitan. Penyebab satu akan menjadi penyebab lainnya[1]. Perubahan Sosial adalah proses sosial yang dialami oleh angota masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, dimana semua tingkat kehidupan masyarakat secara sukarela atau dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial lama kemudan menyesuaikan diri atau mengunakan pola-pola kehidupan, budaya dan sistem sosial baru.
Berikut pengertian perubahan sosial menurut para ahli.[2]
Kingsley Davis. Perubahan social adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya timbulnya organisasi buruh dala masyarakat kapitalis menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dan majikan dalam perusahaan. Perubahan ini bisa menyebabkan perubahan dalam organisasi ekonomi-politik. Misalnya adanya partai buruh.
Mac. Iver. perubahan sosial adalah perubahan dalam hubungan sosial (social relations) atau sebagai perubahan terhadap keseimbanan (equilibrium) dalam hubungan sosial.
Karl Marx. Perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi karena perkembangan teknologi atau kekuatan produktif, dan hubungan antara kelas-kelas sosial yang berubah.
Daniel Bell.  Adanya masyarakat post industry dengan ciri berorientasi pada orang, yakin pelayanan jasa. Meningkatnya pekerjaan professional dan teknis, misalnya hukum, kedokteran, kanselor dan lain-lain.
Everest M. Rogers. ada tiga macam perubahan sosial,
·         Immmage change, suatu bentuk perubahan social yang berasal dari dalam sistem itu sendiri dengan sedikit atau tanpa inisiatif dari luar.
·         Selective contract change, suatu perubahan sosial yang terjadi apabila outsider secara tidak sengaja dan spontan membawa ide-ide baru kepada anggota dari suatu sistem sosial.
·         Direct contact change, suatu perubahan sosial terjadi bila ide-ide atau cara-cara baru dibawa secara sengaja oleh outsider.
Johnson (1995) mengatakan perubahan sosial ditandai:
·         Hilangnya kepercayaan terhadap institusi-institusi sosial yang mapan terutama lembaga-lembaga ekonomi dan politik.
·         Otoritas yang terdapat dalam institusi-institusi sosial utama dipertanyakan.
·         Menurunnya etika kinerja tradisional.
·         Penolakan secara luas terhadap teknokrasi dan berbagai segi organisasi birokrasi.
Perubahan sosial terjadi ketika ada kesediaan anggota masyarakat untuk meninggalkan unsur-unsur budaya dan sistem sosial lama dan mulai beralih menggunakan unsur-unsur budaya dan sistem sosial baru. Perubahan sosial dipandang sebagai konsep yang serba mencakup seluruh kehidupan masyarakat baik pada tingkat individual, kelompok, masyarakat, Negara dan dunia yang mengalami perubahan.
Hal-hal penting dalam perubahan sosial menyangkut aspek-aspek sebagai berikut, yaitu: perubahan pola pikir masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, perubahan budaya materi.
Pertama perubahan pola pikir dan sikap masyarakat menyangkut persoalan  sikap masyarakat menyangkut persoalan sikap sikap masyarakat terhadap berbagai persoalan sosial dan budaya di sektarnya yang berakibat terhadap pemetaraan pola-pola pikir baru yang dianut oleh masyarakat sebagai sebuah sikap yang modern. Contohnya: sikap terhadap pekerjaan bahwa konsep dan pola pikir lama tentang pekerjaan adalah sektor formal (menjadi pegawai negeri sipil), sehingga konsep pekerjaan dibagi menjadi dua yaitu: sektor formal dan informal. Saat ini terjadi perubahan terhadap konsep kerja lama dimana  pekerjaan konsep tidak sebagai sektor formal (menjadi pegawai negeri), tetapi dikonsepkan sebagai sektor yang menghasilkan pendapatan maksimal.  Dengan demikian maka bekerja tidak saja di sektor formal, akan tetapi di mana saja yang penting menghasilkan uang yang maksimal, dengan demkian konsep kerja menjadi sektor formal, yaitu bekerja di pemerintahan, di sektor swata yaitu bekerja di perusahaan swasta besar, sektor informal seperti wiraswasta kecil, kaki lima, LSM dan sebagainya.
Kedua, perubahan perilaku masyarakat  menyangkut persoalan perubahan sistem-sistem sosial, dimana masyarakat meninggalkan sistem sosial lama dan menjalankan sistem sosial baru, seperti perubahan perilaku pengukuran kinerja suatu lembaga atau instansi. Apabila pada sistem lama, ukuran kinerjanya hanya dilihat dari aspek output dan proses tanpa harus mengukur sampai Dimana output dan proses itu dicapai, maka pada sistem social yang baru sebuah lembaga atau instansi diukur sampai pada tingkat kinerja output dan proses itu, yaitu dengan menggunakan standard sertifikasi BAN-PT pada perguruan tinggi dan sertifikasi ISO pada lembaga-lembaga umum termasuk pada peruruan tinggi.
Ketiga, perubahan budaya materi menyangkut perubahan artefak budaya yang digunakan oleh masyarakat, seperti model pakaian, karya fotografi, karya film, teknologi, dan sebagainya yang terus berubah dari waktu ke waktu menyesuaikan kebutuhan masyarakat.[3]
2.      Fase-fase Perubahan Sosial.
a.      Fase primitive, yaitu dimana manusia hidup secara terisolir dan berpindah-pindah sisesuaikan dengan lingkungan alam dan sumber makanan yang tersedia. Manusia saat ini hidup dalam kelompok-kelompok kecil (band) dan terpisah dengan kelompok manusia lainnya.
b.      Fase agrokultural, yaitu ketika lngkungan alam mulai tidak lagi mampu memberi dukungan terhadap manusia, termasuk juga karena populasi manusia mulai banyak, maka pilihan budayanya adalah bercocok tanam di suatu tempat dan memanen hasil pertanian itu serta berburu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
c.       Fase tradisional, yaitu dijalani oleh masyarakat dengan hidup secara menetap di suatu tempat yang dianggap strategis untuk penyediaan beragai kebutuhan hidup masyarakat, seperti di pinggir sungai, di pantai, di lereng bukit, di dataran tinggi, di dataran rendah dan sebagainya. Fase ini telah mulai mengenal kata desa di mana beberapa band memilih menetap dan saling berinterksi satu dan lainnya sehingga menjadi kelompok besar dan menjadi komunitas desa, mengembangkan budaya dan tradisi internal serta membina hubungan dengan masyarakat di sekitarnya.
d.      Fase transisi, yakni kehidupan desa sudah sangat maju, isolasi kehidupan hampir tidak ditemakan lagi dalam skala luas, transportasi sudah lancar walaupun untuk masyarakat desa tertentu masih menjadi masalah. Penggunaan media informasi sudah hampir merata. Namun secara geografis, masyarakat transisi berada di pingiran kota serta hidup mereka masih secara tradisional, termasuk pola pikir dan sistem sosial lama masih silih berganti di gunakan dan mengalami penyesuaian dengan hal-hal yang baru dan inovatif. Dengan demkian masyarakat transisi bersifat mendua atau ambigu terhadap sikap, pandangan, perilaku mereka sehari-hari. Pola pikir masyarakat masih tradisional dan masih memelhara kekerabatan namun perilaku sudah terlihat individualis. Sesuatu yang masih dominan dalam kehidupan masyarakat ini adalah proses asimilasi budaya dan sosial yang belum tuntas dan terlihat masih cangung di semua level masyarakat.
e.       Fase modern yaitu, denan peningkatan kualitas perubahan yang lebih jelas meninggalkan fase transisi. Kehidupan masyarakat sudah cosmopolitan dengan kehdupan individual yang sangat menonjol, profesionalisme di seala bidang dan penghargaan terhadap profesi menjadi kunci hubungan-hubungan sosial di antara elemen masyarakat. Di sisi lain, sekulerisme menjadi sangat dominan dalam sistem religi dan control social masyarakat serta sistem kekerabatan mulai diabaikan. Masyarakat modern umumnya berpendidikan relative lebih tinggi dari masyarakat transisi sehingga memiliki tingkat pengetahuan yang lebih luas dan pola pikir yang lebih rasional dari semua tahapan kehidupan masyarakat sebelumnya, walaupun kadang pendidikan formal saja tidak cukup untuk mengantarkan masyarakat pada tingkat pengetahuan dan pola pikir semacam itu.
f.       Fase post modern, yaitu sebuah fase perkembangan masyarakat yan pertama-tama dikenal di Amerika serikat pada akhir tahun 1980-an. Di Indonesia ciri masyarakat post modern dideteksi ada sejak 1990-an. Masyarakat post modern sesunguhnya adalah masyarakat modern yang secara finansial, pengetahuan,  relasi, dan semua prasyarat sebagai masyarakat modern sudah dilampauinya. Jadi dapat diketahui bahwa masyarakat post modern adalah masyarakat modern dengan kelebihan-kelebihan tertentu di mana kelebihan-kelebihan itu menciptakan pola sikap dan perilaku serta pandangan-pandangan mereka terhadap diri dan lingkungan sosial yang berbeda dengan masyarakat modern atau masyarakat sebelum itu. Sifat-sifat menonjol dari masyarakat post modern adalah sebagai berikut:
·         Memiliki pola hidup nomaden, artinya kehidupan mereka yang terus bergerak dari satu tempat ke tempat lain sehingga orang lain sulit menemukan mereka secara ajeg termasuk mendeteksi di mana tempat tinggal menetapnya. Hal ini desebabkan karena kesibukan mereka dengan berbagai usaha dan bisnis, akhirnya mereka bisa saja memiliki rumah dimana-mana di dunia ini.
·         Secara sosiologis mereka berada pada titik nadir, antara struktur dan agen, yaitu pada kondisi tertentu orang post modern patuh pada strukturnya, namun pada sisi lain ia mengekspresikan dirinya sebaai agen yang memproduksi struktur atau paling tidak agen yang terlepas dari strukturnya. berdasarkan hal tersebut maka berdasarkan pengamatan orang luar sesungguhnya pribadi post modern adalah pribadi yang secara permanen ambivalensia atau mereka yang ambigu dalam pilihan-pilihan hidup mereka.  Namun sesungguhnya pada pribadi-pribadi post modern hal tersebut ialah pilihan hidup yang demokratis dan ekspresi dari kebebasan pribadi orag-orang cosmopolitan.
·         Manusia post modern lebih suka menghargai privasi, dan kegemaran mereka melebihi apa yang mereka anggap berharga dalam hdup mereka, dengan demikian kegemaran spesifik mereka menjadi aneh-aneh dan unik.
·         Kehidupan pribadi yng bebas menyebabkan orang-orang post modern menjadi sangat sekuler, memiliki pemahaman nilai-nilai sosial yang subjektif dan liberal sehinga cenderung terlihat sangat mobile pada seluruh komunitas masyarakat dan agama serta berbagai pandangan politik sekalipun.
·         Pemahaman orang post modern yang bebas pula menyebabkan mereka cenderung melakukan gerakan back to nature, back to village, back to traditional atau back to religi, namun karena pemahaman mereka yang luas tentang persoalan kehidupan, maka gerakan kembali itu memiliki prespektif berbeda dengan orang lain yan selama ini sudah dan sedang ada di wilayah tersebut.[4]  
3.      Faktor-faktor di dalam Perubahan sosial
a.      Sebab-sebab dari masyarakat itu sendiri, 1) bertamah atau berkurannya penduduk, 2) penemuan-penemuan baru. 3)pertentangan dalam masyarakat. 4) terjadinya pemberontakan atau revolusi.
b.      Sebab-sebab yang besumber dari luar. 1) lingkungan alam. 2) peperangan. 3) pengaruh kebudayaan masyarakat lain.[5]
Menurut Spencer yang mengklasifikasikan factor-faktor di dalam perubahan sosial adalah faktor primer dan faktor sekunder.
·         Faktor primer adalah sifat individu masyarakat dan kondisi masyarakat yang ada. Yang dimaksud dengan indvidu di sini ialah sifat fisik, emosi, dan intelektualnya orang-orang di dalam masyarakat yan menyebabkan perubahan sosial di dalam kelompok itu. Spencer juga memperhitungkan akan adanya faktor-faktor lingkungan seperti iklim, temperatur, flora dan fauna. Dia juga mengingatkan kepada kita bahwa tingkat-tingkat pertama adanya evolusi sosial (seperti dalam ke adaan kehidupan primitive) adalah lebih menggantungkan pada kondisi lokal dari pada kondisi-kondisi yang lain. Kesemuanya ini menciptakan adanya banyak masalah yang harus dipecahkan oleh manusia bila manusia itu ingin dapat hidup terus.
·         Faktor sekunder ialah yang berasal dari perubahan manusia. Kesemuanya terdiri dari lima faktor. (1) modifikasi yang progresif mengenai lingkungan yang dujalankan oleh masyarakat. (2) ukuran masyarakat. Kepadatan penduduk secara langsung akan bertambah proporsinya karena adanya spesialisasi di dalam pekerjaan manusia. (3) pengaruh timbal balik antara masyarakat dan individu. Pengaruh keseluruhan terhadap bagian-bagian yang ada terhadap keseluruhan. (4) akumulasi produk superorganik, seperti objek materi, bahasa, pengetahuan, mite-mite dan sejenisnya. (5) perjuangan antara masyarakat, dengan masyarakat tetananya. Semua faktor tersebut kemudian digabungkan dengan berbagai cara yang selanjutnya dibawa menuju proses evolusi sosial.[6]
Menurut Mooris Ginsberg (1984) sebab-sebab terjadinya perubahan sosial adalah sebagai berikut:[7]
·         Keinginan individu dalam masyarakat untuk secara sadar mengadakan perubahan.
·         Sikap-sikap pribadi yang dopangruh oleh kondisi-kondisi yang berubah, perubahan-perubahan struktural dalam bidang sosial, ekonomi dan politik.
·         Pengaruh eksternal.
·         Munculnya pribadi-pribadi dan kelompok menonjol dalam masyarakat (kelas menengah).
·         Munculnya peristiwa-peristiwa tertentu, misalnya kekalahan jepang terhadap sekutu dalam PD II munyebabkan terjadinya perubahan ekonomi dan politik di jepang.
·         Tercapai konsesus masyarakat untuk mencapai sesuatu tujan bersama.
4.      Agent of Change
Agent of change adalah seseorang atau sekelompok orang (yang menghendaki perubahan) yang mendapat kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih kemasyarakatan. Social Engnering (rekayasa sosial) adalah cara-cara mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu.[8]
5.      Modernsasi
Pengertian modernisasi, menurut Soerjono Soekanto mengatakan meodernisasi adalah suatu tranformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti teknolgi serta organisasi sosial, ke arah pola-polaekonomis dan politis yang menjadi ciri Negara stabil.
Adapun persyaratan dari modernisasi adalah sebagai berikut: 1) cara berpikir ilmiah yang melembaga dalam kelas penguasa dan masyarakat. 2) sistem administrasi Negara atau swasta yang baik. 3) sistem pengumpulan data yang baik dan teratur dan terpusat pada suatu badan atau lembaga tertentu. 4) penciptaan iklim yang favourable dari masyarakat melalui penggunaan alat-alat komunikasi massa. 5) Tingkat organisasi tinggi. 6) Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial ( social planning).[9]


[1] Siahaan, Hotman M. 1986. Pengantar Kearah Sejarah dan Teori Sosiologi. Jakarta. Erlangga. Hal: 127-128.
[2] Philipus, NG dan Nurul Aini. 2004. Sosiologi dan Politik. Jakarta. PT RajaGravindo Persada. Hal: 55-57.
[3] Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta. Kencana.
[4] Bungin, Burhan. 2009. Lnya Sosioloi Komunikasi: Teori, Paradigma dan  Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta.  Kencana. Hal: 93-96.
[5] Philipus, Ng dan Nurul Aini. 2004. Sosiologi dan Politik. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
[6] Siahaan, Hotman M. 1986. Pengantar ke Arah Sejarah dan Teori Sosologi. Jakarta. Erlangga.Hal: 13
[7] Philipus, Ng dan Nurul Aini. 2004. Sosiologi dan politik. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada. Hal: 57
[8] Dalam buku Sosiologi Dan Politik. Hal: 60
[9] Philipus, Ng dan Nurul Aini. 2004. Dalam buku sosiologi dan poltik  Jakarta. PT RajaGrafindo Persada. Hal: 64

Tidak ada komentar:

Posting Komentar