A. PERUBAHAN SOSIAL
1. Pengertian Perubahan Sosial.
Segala
sesuatu itu berubah dan akan menjadi lebih kompleks lagi. Perubahan dalam suatu
area kehidupan akan membawa perubahan yang cepat dan berbeda-beda pada lainnya.
Satu sama lainnya saling berkaitan. Penyebab satu akan menjadi penyebab lainnya[1]. Perubahan
Sosial adalah proses sosial yang dialami oleh angota masyarakat serta semua
unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, dimana semua tingkat kehidupan
masyarakat secara sukarela atau dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal
meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial lama kemudan
menyesuaikan diri atau mengunakan pola-pola kehidupan, budaya dan sistem sosial
baru.
Berikut
pengertian perubahan sosial menurut para ahli.[2]
Kingsley Davis.
Perubahan social adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur
dan fungsi masyarakat. Misalnya timbulnya organisasi buruh dala masyarakat
kapitalis menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan dalam hubungan antara
buruh dan majikan dalam perusahaan. Perubahan ini bisa menyebabkan perubahan
dalam organisasi ekonomi-politik. Misalnya adanya partai buruh.
Mac. Iver. perubahan sosial adalah perubahan dalam
hubungan sosial (social relations) atau sebagai perubahan terhadap keseimbanan (equilibrium)
dalam hubungan sosial.
Karl Marx. Perubahan sosial merupakan perubahan yang
terjadi karena perkembangan teknologi atau kekuatan produktif, dan hubungan
antara kelas-kelas sosial yang berubah.
Daniel Bell.
Adanya masyarakat post industry
dengan ciri berorientasi pada orang, yakin pelayanan jasa. Meningkatnya
pekerjaan professional dan teknis, misalnya hukum, kedokteran, kanselor dan
lain-lain.
Everest M.
Rogers. ada tiga macam perubahan sosial,
·
Immmage change, suatu bentuk perubahan social yang
berasal dari dalam sistem itu sendiri dengan sedikit atau tanpa inisiatif dari
luar.
·
Selective contract change, suatu perubahan sosial yang
terjadi apabila outsider secara tidak sengaja dan spontan membawa ide-ide baru
kepada anggota dari suatu sistem sosial.
·
Direct contact change, suatu perubahan sosial terjadi
bila ide-ide atau cara-cara baru dibawa secara sengaja oleh outsider.
Johnson (1995) mengatakan perubahan sosial ditandai:
·
Hilangnya kepercayaan terhadap institusi-institusi sosial
yang mapan terutama lembaga-lembaga ekonomi dan politik.
·
Otoritas yang terdapat dalam institusi-institusi sosial
utama dipertanyakan.
·
Menurunnya etika kinerja tradisional.
·
Penolakan secara luas terhadap teknokrasi dan berbagai
segi organisasi birokrasi.
Perubahan
sosial terjadi ketika ada kesediaan anggota masyarakat untuk meninggalkan unsur-unsur
budaya dan sistem sosial lama dan mulai beralih menggunakan unsur-unsur budaya
dan sistem sosial baru. Perubahan sosial dipandang sebagai konsep yang serba
mencakup seluruh kehidupan masyarakat baik pada tingkat individual, kelompok,
masyarakat, Negara dan dunia yang mengalami perubahan.
Hal-hal
penting dalam perubahan sosial menyangkut aspek-aspek sebagai berikut, yaitu:
perubahan pola pikir masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, perubahan
budaya materi.
Pertama perubahan pola pikir dan sikap masyarakat menyangkut persoalan sikap masyarakat menyangkut persoalan sikap
sikap masyarakat terhadap berbagai persoalan sosial dan budaya di sektarnya
yang berakibat terhadap pemetaraan pola-pola pikir baru yang dianut oleh
masyarakat sebagai sebuah sikap yang modern. Contohnya: sikap terhadap
pekerjaan bahwa konsep dan pola pikir lama tentang pekerjaan adalah sektor
formal (menjadi pegawai negeri sipil), sehingga konsep pekerjaan dibagi menjadi
dua yaitu: sektor formal dan informal. Saat ini terjadi perubahan terhadap
konsep kerja lama dimana pekerjaan
konsep tidak sebagai sektor formal (menjadi pegawai negeri), tetapi dikonsepkan
sebagai sektor yang menghasilkan pendapatan maksimal. Dengan demikian maka bekerja tidak saja di sektor
formal, akan tetapi di mana saja yang penting menghasilkan uang yang maksimal,
dengan demkian konsep kerja menjadi sektor formal, yaitu bekerja di
pemerintahan, di sektor swata yaitu bekerja di perusahaan swasta besar, sektor
informal seperti wiraswasta kecil, kaki lima, LSM dan sebagainya.
Kedua, perubahan perilaku masyarakat menyangkut
persoalan perubahan sistem-sistem sosial, dimana masyarakat meninggalkan sistem
sosial lama dan menjalankan sistem sosial baru, seperti perubahan perilaku
pengukuran kinerja suatu lembaga atau instansi. Apabila pada sistem lama,
ukuran kinerjanya hanya dilihat dari aspek output dan proses tanpa harus
mengukur sampai Dimana output dan proses itu dicapai, maka pada sistem social
yang baru sebuah lembaga atau instansi diukur sampai pada tingkat kinerja output
dan proses itu, yaitu dengan menggunakan standard sertifikasi BAN-PT pada
perguruan tinggi dan sertifikasi ISO pada lembaga-lembaga umum termasuk pada
peruruan tinggi.
Ketiga, perubahan budaya materi menyangkut perubahan artefak
budaya yang digunakan oleh masyarakat, seperti model pakaian, karya fotografi,
karya film, teknologi, dan sebagainya yang terus berubah dari waktu ke waktu
menyesuaikan kebutuhan masyarakat.[3]
2. Fase-fase Perubahan Sosial.
a. Fase primitive, yaitu dimana manusia hidup
secara terisolir dan berpindah-pindah sisesuaikan dengan lingkungan alam dan
sumber makanan yang tersedia. Manusia saat ini hidup dalam kelompok-kelompok
kecil (band) dan terpisah dengan kelompok manusia lainnya.
b. Fase agrokultural, yaitu ketika lngkungan
alam mulai tidak lagi mampu memberi dukungan terhadap manusia, termasuk juga
karena populasi manusia mulai banyak, maka pilihan budayanya adalah bercocok
tanam di suatu tempat dan memanen hasil pertanian itu serta berburu untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
c. Fase tradisional, yaitu dijalani oleh
masyarakat dengan hidup secara menetap di suatu tempat yang dianggap strategis
untuk penyediaan beragai kebutuhan hidup masyarakat, seperti di pinggir sungai,
di pantai, di lereng bukit, di dataran tinggi, di dataran rendah dan
sebagainya. Fase ini telah mulai mengenal kata desa di mana beberapa band
memilih menetap dan saling berinterksi satu dan lainnya sehingga menjadi
kelompok besar dan menjadi komunitas desa, mengembangkan budaya dan tradisi
internal serta membina hubungan dengan masyarakat di sekitarnya.
d. Fase transisi, yakni kehidupan desa sudah
sangat maju, isolasi kehidupan hampir tidak ditemakan lagi dalam skala luas,
transportasi sudah lancar walaupun untuk masyarakat desa tertentu masih menjadi
masalah. Penggunaan media informasi sudah hampir merata. Namun secara
geografis, masyarakat transisi berada di pingiran kota serta hidup mereka masih
secara tradisional, termasuk pola pikir dan sistem sosial lama masih silih
berganti di gunakan dan mengalami penyesuaian dengan hal-hal yang baru dan
inovatif. Dengan demkian masyarakat transisi bersifat mendua atau ambigu
terhadap sikap, pandangan, perilaku mereka sehari-hari. Pola pikir masyarakat
masih tradisional dan masih memelhara kekerabatan namun perilaku sudah terlihat
individualis. Sesuatu yang masih dominan dalam kehidupan masyarakat ini adalah
proses asimilasi budaya dan sosial yang belum tuntas dan terlihat masih cangung
di semua level masyarakat.
e. Fase modern yaitu, denan peningkatan
kualitas perubahan yang lebih jelas meninggalkan fase transisi. Kehidupan
masyarakat sudah cosmopolitan dengan kehdupan individual yang sangat menonjol,
profesionalisme di seala bidang dan penghargaan terhadap profesi menjadi kunci
hubungan-hubungan sosial di antara elemen masyarakat. Di sisi lain, sekulerisme
menjadi sangat dominan dalam sistem religi dan control social masyarakat serta
sistem kekerabatan mulai diabaikan. Masyarakat modern umumnya berpendidikan
relative lebih tinggi dari masyarakat transisi sehingga memiliki tingkat pengetahuan
yang lebih luas dan pola pikir yang lebih rasional dari semua tahapan kehidupan
masyarakat sebelumnya, walaupun kadang pendidikan formal saja tidak cukup untuk
mengantarkan masyarakat pada tingkat pengetahuan dan pola pikir semacam itu.
f. Fase post modern, yaitu sebuah fase
perkembangan masyarakat yan pertama-tama dikenal di Amerika serikat pada akhir
tahun 1980-an. Di Indonesia ciri masyarakat post modern dideteksi ada sejak
1990-an. Masyarakat post modern sesunguhnya adalah masyarakat modern yang secara
finansial, pengetahuan, relasi, dan
semua prasyarat sebagai masyarakat modern sudah dilampauinya. Jadi dapat
diketahui bahwa masyarakat post modern adalah masyarakat modern dengan
kelebihan-kelebihan tertentu di mana kelebihan-kelebihan itu menciptakan pola
sikap dan perilaku serta pandangan-pandangan mereka terhadap diri dan
lingkungan sosial yang berbeda dengan masyarakat modern atau masyarakat sebelum
itu. Sifat-sifat menonjol dari masyarakat post modern adalah sebagai berikut:
·
Memiliki pola hidup nomaden, artinya kehidupan mereka
yang terus bergerak dari satu tempat ke tempat lain sehingga orang lain sulit
menemukan mereka secara ajeg termasuk mendeteksi di mana tempat tinggal
menetapnya. Hal ini desebabkan karena kesibukan mereka dengan berbagai usaha
dan bisnis, akhirnya mereka bisa saja memiliki rumah dimana-mana di dunia ini.
·
Secara sosiologis mereka berada pada titik nadir,
antara struktur dan agen, yaitu pada kondisi tertentu orang post modern patuh
pada strukturnya, namun pada sisi lain ia mengekspresikan dirinya sebaai agen
yang memproduksi struktur atau paling tidak agen yang terlepas dari
strukturnya. berdasarkan hal tersebut maka berdasarkan pengamatan orang luar
sesungguhnya pribadi post modern adalah pribadi yang secara permanen ambivalensia
atau mereka yang ambigu dalam pilihan-pilihan hidup mereka. Namun sesungguhnya pada pribadi-pribadi post
modern hal tersebut ialah pilihan hidup yang demokratis dan ekspresi dari
kebebasan pribadi orag-orang cosmopolitan.
·
Manusia post modern lebih suka menghargai privasi, dan
kegemaran mereka melebihi apa yang mereka anggap berharga dalam hdup mereka,
dengan demikian kegemaran spesifik mereka menjadi aneh-aneh dan unik.
·
Kehidupan pribadi yng bebas menyebabkan orang-orang
post modern menjadi sangat sekuler, memiliki pemahaman nilai-nilai sosial yang
subjektif dan liberal sehinga cenderung terlihat sangat mobile pada seluruh
komunitas masyarakat dan agama serta berbagai pandangan politik sekalipun.
·
Pemahaman orang post modern yang bebas pula menyebabkan
mereka cenderung melakukan gerakan back to nature, back to village, back to
traditional atau back to religi, namun karena pemahaman mereka yang luas
tentang persoalan kehidupan, maka gerakan kembali itu memiliki prespektif
berbeda dengan orang lain yan selama ini sudah dan sedang ada di wilayah
tersebut.[4]
3. Faktor-faktor di dalam Perubahan sosial
a. Sebab-sebab dari masyarakat itu sendiri, 1) bertamah atau berkurannya penduduk, 2)
penemuan-penemuan baru. 3)pertentangan dalam masyarakat. 4) terjadinya pemberontakan
atau revolusi.
b. Sebab-sebab yang besumber dari luar. 1) lingkungan alam. 2) peperangan. 3)
pengaruh kebudayaan masyarakat lain.[5]
Menurut Spencer yang mengklasifikasikan factor-faktor
di dalam perubahan sosial adalah faktor primer dan faktor sekunder.
·
Faktor primer adalah sifat individu masyarakat dan
kondisi masyarakat yang ada. Yang dimaksud dengan indvidu di sini ialah sifat
fisik, emosi, dan intelektualnya orang-orang di dalam masyarakat yan
menyebabkan perubahan sosial di dalam kelompok itu. Spencer juga
memperhitungkan akan adanya faktor-faktor lingkungan seperti iklim, temperatur,
flora dan fauna. Dia juga mengingatkan kepada kita bahwa tingkat-tingkat
pertama adanya evolusi sosial (seperti dalam ke adaan kehidupan primitive)
adalah lebih menggantungkan pada kondisi lokal dari pada kondisi-kondisi yang
lain. Kesemuanya ini menciptakan adanya banyak masalah yang harus dipecahkan
oleh manusia bila manusia itu ingin dapat hidup terus.
·
Faktor sekunder ialah yang berasal dari perubahan
manusia. Kesemuanya terdiri dari lima faktor. (1) modifikasi yang progresif
mengenai lingkungan yang dujalankan oleh masyarakat. (2) ukuran masyarakat.
Kepadatan penduduk secara langsung akan bertambah proporsinya karena adanya
spesialisasi di dalam pekerjaan manusia. (3) pengaruh timbal balik antara
masyarakat dan individu. Pengaruh keseluruhan terhadap bagian-bagian yang ada
terhadap keseluruhan. (4) akumulasi produk superorganik, seperti objek materi,
bahasa, pengetahuan, mite-mite dan sejenisnya. (5) perjuangan antara
masyarakat, dengan masyarakat tetananya. Semua faktor tersebut kemudian
digabungkan dengan berbagai cara yang selanjutnya dibawa menuju proses evolusi sosial.[6]
Menurut Mooris Ginsberg (1984)
sebab-sebab terjadinya perubahan sosial adalah sebagai berikut:[7]
·
Keinginan individu dalam masyarakat untuk secara sadar
mengadakan perubahan.
·
Sikap-sikap pribadi yang dopangruh oleh kondisi-kondisi
yang berubah, perubahan-perubahan struktural dalam bidang sosial, ekonomi dan
politik.
·
Pengaruh eksternal.
·
Munculnya pribadi-pribadi dan kelompok menonjol dalam masyarakat
(kelas menengah).
·
Munculnya peristiwa-peristiwa tertentu, misalnya
kekalahan jepang terhadap sekutu dalam PD II munyebabkan terjadinya perubahan
ekonomi dan politik di jepang.
·
Tercapai konsesus masyarakat untuk mencapai sesuatu
tujan bersama.
4. Agent of Change
Agent of
change adalah seseorang atau sekelompok orang (yang menghendaki perubahan) yang
mendapat kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih
kemasyarakatan. Social Engnering (rekayasa sosial) adalah cara-cara mempengaruhi
masyarakat dengan sistem yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu.[8]
5. Modernsasi
Pengertian
modernisasi, menurut Soerjono Soekanto mengatakan meodernisasi adalah
suatu tranformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam
arti teknolgi serta organisasi sosial, ke arah pola-polaekonomis dan politis
yang menjadi ciri Negara stabil.
Adapun
persyaratan dari modernisasi adalah sebagai berikut: 1) cara berpikir ilmiah
yang melembaga dalam kelas penguasa dan masyarakat. 2) sistem administrasi
Negara atau swasta yang baik. 3) sistem pengumpulan data yang baik dan teratur dan
terpusat pada suatu badan atau lembaga tertentu. 4) penciptaan iklim yang
favourable dari masyarakat melalui penggunaan alat-alat komunikasi massa. 5) Tingkat
organisasi tinggi. 6) Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial
( social planning).[9]
[1] Siahaan, Hotman M. 1986. Pengantar Kearah
Sejarah dan Teori Sosiologi. Jakarta. Erlangga. Hal: 127-128.
[2] Philipus, NG dan Nurul Aini. 2004. Sosiologi dan
Politik. Jakarta. PT RajaGravindo Persada. Hal: 55-57.
[3] Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi:
Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat.
Jakarta. Kencana.
[4] Bungin, Burhan. 2009. Lnya Sosioloi Komunikasi:
Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat. Jakarta.
Kencana. Hal: 93-96.
[6] Siahaan, Hotman M. 1986. Pengantar ke Arah
Sejarah dan Teori Sosologi. Jakarta. Erlangga.Hal: 13
[7] Philipus, Ng dan Nurul Aini. 2004. Sosiologi dan
politik. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada. Hal: 57
[9] Philipus, Ng dan Nurul Aini. 2004. Dalam buku sosiologi dan poltik Jakarta. PT RajaGrafindo Persada. Hal: 64
Tidak ada komentar:
Posting Komentar