Selasa, 17 Mei 2016

PENGERTIAN METODOLOGI PENELITIAN



1.      Pengertian Metode dan Metodologi
Sebelum penulis menjelaskan tentang metode apa yang digunakan untuk penulisan peneltian maka penulis terlebih dahulu akan menjelaskan sedikit tentang apa itu metode dan metodologi penelitian. Metode merupakan salah satu cara kerja untuk memahami suatu objek penelitian yang sistematis dan ntensif dari pelaksanaan penelitian ilmiah. “penulisan sejarah merupakan bentuk dan proses pengisahan atau peristiwa-peristiwa masa lalu umat manusia[1]
Pengertian metode dan metodologi mempunyai hubungan erat meskipun dapat dibedakan. Menurut definisi kamus webster’s third new international dictionary of English language (selanjtnya disebut webster’s dan kamus the new lexion) yang dimaksud denan metode pada umumnya ialah:[2]
-          Suatu prosedur atau proses untuk mendapatkan sesuatu objek
-          Suatu disiplin atau sistem yang acapkali dianggap sebagai suatu cabang logika yan erhubunan denan prinsip-prinsip yang dapat diterapkan untuk penyelidikan ke dalam atau eksposisi dan beberapa subjek.
-          Suatu prosedur, teknik, atau cara melakukan penyelididkan yang sistematis serta dapat dipakai oleh atau sesuai untuk suatu ilmu (sains), seni atau disiplin tertentu.
-          Suatu rencana sistematis yang didikuti dalam menyajikan materi untuk pengajaran.
-          Suatu cara memandang,mengorganisasi dan memberikan bentuk dan arti khusus pada materi-materi artistic. (1) suatu cara, teknk, atau proses dari atau untuk melakukan  sesuatu (2), suatu keseluruhan keterampilan-keterampilan (a body of skill) atau teknik-teknik (1966: 1422-1423)
Menurut kamus the new lexion metode ialah suatu cara untuk beruat sesuatu, suatu prosedur untuk mengerjakan sesuatu, keteraturan dalam berbuat, berencana dan lain-lain sehingga membentuk suatu susunan atau sistem yang teratus (1989: 628).
Sementara itu pengertian metodologi yang diberikan oleh kamus Webster’s ialah sebagai berikut:
-          Suatu a). keseluruhan (body) metode-metode, prosedur-prosedur, konsep-konsep kerja, aturan-aturan, dan postulat-postulat yang digunakan oleh ilmu pengetahuan, seni, atau disiplin, b). proses-teknik-teknik, atau pendekatn-pendektan yang dipakai dalam pemecahan suatu masalah atau di dala mengerjakan sesuatu, atau disebut juga suatu atau seperangkat prosedur-prosedur, c). dasar teoritis dari suatu doktrin filsafat, premis-premis, postulat-postulat dan konsep-konsep dasar dari suatu filsafat.
-          Suatu ilmu atau kajian tentang metode, menganalisis prinsip-prinsip atau prosedur-prosedur yang harus menuntun penyelidikan dalam suatu bidang [kajian] tertentu (webster’s 1966: 1423).
Menurut kamus the new lexion memberikan definisi umum tentang metodologi yang lebih singkat yaitu: suatu cban filsafat yang berhubungan dengan lmu tentang metode atau prosedur, suatu sistem tentan metode-metode dan aturan-aturan yang digunakan dalam sains (science)
Sementara menurut sartono kartodirdjo membedakan metode dengan metodologi, metode ialah bagaimana orang memperoleh pengetahuan (how to know),  dan metodologi ialah mengetahui bagaimana harus mengetahui (to know how to know), (sartono kartodirdjo, 1992: ix).[3] Dalam kaitannya dengan ilmu sejarah, dengan sendirinya metode sejarah ialah bagaimana mengetahui sejarah, sedangkan metodologi ialah mengetahui bagaimana mengetahui sejarah.
Jika seorang sejarawan ingin elakukan penelitian maka ia akan menempu secara sistematis prosedur penyelididkan dengan menggunakan teknik-teknik tertentu pengumulan bahan-bahan sejarah, baik dari arsip-arsip, perpustakaan-perpustakaan (dalam atau luar negeri) maupun dari wawancara dengan tokoh-tokoh yang masih hidup sehuungan dengan peristiwa sejarah itu, atau bisa juga orang-orang terdekat dengan tokoh itu (anggota keluara, sahabat) sehingga ia dapat menjaring informas selengkap mungkin. Selain itu seoran sejarawan juga harus dilengkapi dengan pengetahuan tentan etodologis, ataupun teoritis bahkan juga filsafat, yang artinya bagaimana sejarawan itu menggunakan ilmu metode pada tempat dan seharusnya.  
  Jika seorang sejarawan ingn menulis sejarah maka ia juga harus mengenal konsep-konsep termasuk teori-teori dn ilmu-ilmu social yan relevan seperti politikologi, sosiologi, ilmu ekonomi, antropologi,  psikologi untuk membantu menganalisis dan memahami lebih jauh mengenai peran tokoh-tokoh elit, kelompok-kelompok penekan (pressure group), gerakan-gerakan sosial, ideologi, perubahan sosial, modernisme, industrialisasi atau peristiwa-peristiwa sejarah lainnya yan menjadi fokus kajian.
Dalam hal ini maka diperlukan metode untuk sebuah penelitian penulisan sejarah yang digunakan sebagai patokan dalam meneliti dan menceritakan kisah sejarah yang akan memberikan rekonstruksi yang jelas dalam melukiskan peristiwa sejarah. “Yang dinamakan metode sejarah di sini ialah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau"[4]
Pengertian lainnya bahwa metode historis adalah[5]
Define the problems or questions to be investigated; search for sources of historical facts; summarize and evaluate the historical sources; and present the pertinent fact within and interpretative framework.
Menggambarkan permasalahan atau pertanyaan untuk diselidiki; mencari sumber tentang fakta hstoris; meringkas dan mengevaluasisumber-sumber historis; dan menyajikan fakta-fakta yang bersangkutan dalam suatu kerangka interpretatif.
Dalam penulisan karya ilmiah ini metode historis atau dokumenter, yang dapat digunakan dalam pendekatan permasalahan yang berhubungan dengan Gerakan Organisasi Freemason dan Pengaruhnya Terhadap kemunculan Nasionalisme Indonesia 1908-1928.
Sebuah metode dapat disebut historis atau dokumenter bila penyelidikan di tujukan pada penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu melalui sumber dokumen. Pada umumnya metode historis berlangsung mengikuti pola sebagai berikut: pengumpulan data, penafsiran data dan penyusunan data.
Wood Gray, et.al. (1964) mengemukakan bahwa sejarawan minimal harus memiliki enam tahap dalam penelitian sejarah yakni:[6]
1.      Memlih topik sesuai
2.      Mengusut semua evidensi atau bukti yang relevan dengan topic.
3.      Membuat catatan-catatan penting den relevan dengan topic yang ditemukan ketika penelitian diadakan.
4.      Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan atau melakukan kritik sumer secara eksternal dan internal.
5.      Mengusut hasil-hasil penelitian dengan mengumpulkan catatan fakta-fakta secara sistematis.
6.      Menyajikannya dalam suatu cara yang menarik serta mengomunikasikannya kepada para pembaca dengan menarik pula.
Terdapat Empat Tahap Proses Metode Sejarah yakni: [7]
1.      Heuristik, adalah proses mencari untuk menemukan sumber-sumber. Dalam bahasa jerman quellenkunde, yakni sebuah kegatan mencar sumber-sumber untuk mendapatkan data-data, atau materi sejarah, atau evidensi sejarah (Carrard, 1992: 2-4; Cf. Gee, 1950: 281)[8]. Jadi dengan sumber-sumber itulah penulis sedikit banyaknya bisa berbicara tentang peristiwa sejarah agar tidak melenceng dari kebenaran. Penulisan Sejarah pada kaidahnya ialah “takut menyatakan kebohongan dan tidak takut menyatakan kebenaran” (Gray: 10-12; Lucey, 1984: 15)[9]
2.      Kritik, yaitu pengujian sumber yang ditemukan yang bertujuan untuk menyeleksi data menjadi fakta. Ada dua macam kritik yakni kritik ekstern dan kritik intern. Dalam usaha mencari kebenaran (truth), sejarawan dihadapkan denan kebutuhan untuk membedakan apa yan benar dan apa yan tidak benar atau palsu dan apa yan meragukan atau mustahil. Masalahnya ialah selain manusia telah banyak berbuat hal-hal yang benar tidak sedikit pula manusia tersebut berbuat yang tidak benar, bahkan ada yang tidak segan-segan melakukan pemalsuan atau kejahatan, misalnya, seringkali ditemui pembaca-pembaca yang kritis mencoba membantah atau meluruskan asal dan/atau isi berita atau artikel yan dimuat sebelumnya, dan acapkali diralat oleh penulis atau surat kabar atau majalah yang bersangkutan.
Sehubungan dengan segala kemungkinan di atas, untuk dapat memutuskan ini semua para sejarawan harus mengerahkan segala kemampuan pikrannya, bahkan sering kali ia harus mengabungkan kemampuan pikirannya, pengetahuan, sikap ragu (skeptis), percaya begitu saja, menggunakan akal sehat dan melakukan tebakan inteligen (Jacques Barzun & Henry F. Graff, 1970: 99). Inilah fungsi kritik sehingga karya sejarah merupakan produk dari suatu proses ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, bukan hasil dari fantasi, manipulasi atau fibrikasi sejarawan. Kritik sumber umumnya dilakukan terhadap sumber-sumber pertama. Kritik sumber ini menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian mengenai kebenaran atau ketepatan (akursi) dari sumber itu. Dalam metode sejarah dikenal dengan kritik eksternal dan kritik internal.
a.       Kritik eksternal yakni cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek “luar” dari sumber sejarah. Adalah fungsi dari kritik eksternal atas dasar dua butir yang pertama ialah otentisitas dan integritas dari sumber itu. Adapun yang dimaksud dengan kritik eksternal ialah suatu penelitian atas asal-usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak asal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak.
b.      Kebalikan dari kritik eksternal ialah kritik dari dalam, merupakan isi dari sumber yang kita peroleh dari kritik eksternal. Misalnya kesaksian yang diperoleh dari kritik eksternal kemudian di verifikasi kembali kebenaran dari kesaksian itu sendiri melalui evaluasi kritik internal[10].    
3.      Interpretasi atau disebut juga penafsiran, yakni memahami serta mengartikan kembali data-data yang diperoleh baik itu yang terlihat atau tidak terlihat/ disebut juga tersirat.
4.      Historiografi, yaitu penulisan sejarah ( berasal dari Graphein dalam bahasa Yunani). Setelah menggunakan metode-metode sejarah dalam mengumpulkan sumber-sumber, subjek materi, dan dikumpulkan mengunakan analisis kritis dan barulah tahap selanjutnya adalah penulisan sejarah (historiografi). Sejarah ditulis bukan karena perstiwa masa lau itu dapat berubah-ubah. Sejarah tu ditulis agar bisa dijadikan pedoman  bagi para pembaca baik untuk masa sekarang ataupun nanti.  Penulsan sejarah itu bertujuan untuk menghidupkan kembali masa lalu ke pada masa sekarang dalam pentuk penulisan.


[1] Dudung Abdurrahman. 2007. Metodologi Peneltian Sejarah. Jogjakarta: Ar-ruuz Media. Hal: 16
[2] Kamus Webster’s Dan New Lexion (1966) Seperti Dikutip Oleh Sjamuddin.
[3] Sjamsuddin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Omak. Yogyakarta. Hal: 10-12.
[4] Louis Gottshalk (1986:32) seperti dikutip oleh Anju Nofarof  H, (Skripsi, 2015: 43)
[5] Edson, 1986: 20 seperti dikutip oleh Dadang Supardan, 2007: 306
[6] Winarmo Surahman, 1982: 132 seperti dikutip oleh Dadang Supardan, 2007: 307
[7] Di Dalam Buku Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer .Nugroho Notosusanto, 1984: 11-12 seperti dikutip oleh Syukrizal (skripsi, 2013:31)
[8] (Carrard, 1992: 2-4, Cf. Gee, 1950: 281) seperti dikutip oleh Sjamsuddin. 2012. Metodologi Sejarah. Ombak. Yogyakarta. Hal: 67.
[9] (Gray: 10-12; lucey, 1984: 15) seperti dikutp oleh Sjamsuddin. Hal: 71.
[10] Sjamsuddin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Ombak.Yogyakarta. Hal: 102-112.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar