A.
Pantangg
Larang Kerja
Budaya Melayu menunjukkanpula pantang
larang dalam melakukan sesuatu pekerjaan. Pantangan itu pada hakekatnya
tercermin dari berbagai ungkapan tradisionalnya. Diantaranya adalah pantangan
yang telah ditetapkan dalam agama, syarak, dan norma-norma yang dianut
masyarakat. Dalam ungkapan pantangan dimaksud adalah:
Pantang kerja tidak
bismillah
Kerja menyalah tak ada
faedah
Pantang kerja niat
menyalah
Dunia akhirat tak ada
faedah
Pantang kerja tipu
menipu
Kalau dibuat hati
berbulu
Pantang kerja aniaya
menganiaya
Kalau dibuat tibalah
bala
Pantang kerja maksa
memaksa
Kalau dibuat badan
binasa
Pantang kerja
memandai-mandai
Kalau dibuat kerja
terbengkalai
Pantang kerja
mengada-ngada
Kalaulah dibuat
buruklah pada
Pantang kerja tidak
beriman
Kalau dibuat kerja
menyeman
Pantang kerja
berlengah-lengah
Kalau dibuat takkan
semenggah
Pantang kerja mengambil
muka
Kalau dibuat kutuk menimpa
Pantang kerja
mengangkat lampah
Kalau dibuat makan
sumpah
Pantang kerja bentak
membentak
Kalau dibuat marwah
tercampak
Pantang kerja
bermain-main
Kalau dibuat badanpun
lenjin
Pantang kerja
semena-mena
Kalau dibuat badan
merana
Pantang kerja keras
kepala
Kalau dibuat di timpa
bala
Pantang kerja iri
mengiri
Kalau dibuat celakalah
diri
Pantang kerja tidak
berbudi
Kalau dibuat takkan
menjadi
Pantang kerja tidak
berakal
Kalau dibuat badan
terjual
Pantang kerja didalam
bodoh
Kalau dibuat takkan
senonoh
Pantang kerja umpat
mengumpat
Kalau dibuat celak yang
dapat
Pantang kerja
fitnah-memfitnah
Kalau dibuat aib
tersimbah
Pantang kerja
meningalkan adat
Kalau dibuat badan
melarat
Pantang kerja
meninggalkan syarak
Kalau dibuat badanpun
rusak
Pantang kerja malu
bertanya
Kalau dibuat tersia-sia
Pantang kerja melanggar
pantang
Kalau dibuat tumbuhlah
hutang
Pantangan kerja ini hakekatnya untuk
mendorong orang supaya melakukan pekerjaan dengan baik dan benar, tulus dan
ikhlas, jujur dan setia, sehingga apapun yang mereka kerjakan memberikan
manfaat dunia dan akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar