Selasa, 17 Mei 2016

PENGERTIAN PROPAGANDA MENURUT PARA PAKAR



A.    PROPAGANDA
Manusia yang berakal pastilah manusia yang selalu melakukan komunikasi, ini dikarenakan komunikasi menjadi sesuatu yang tidak bisa dipasahkan dari ciri utama dari manusia itu sendiri yakni manusia adalah makhluk sosial.
Tidak ada literatur yang mengatakan manusia bisa menghindar untuk tidak berkomunikasi.  Dan bagaimana mungkin manusia akan bisa mengemangkan jati dari kemanusiaannya, sebagaimana kebutuhan hidupnya, tanpa perantaraan komunikasi. Bagaimana pula ia
bisa memenuhi kebutuhan  hidupnya tanpa komunikasi, ini pula yang mendasari berbagai teori sosial bahwa manusia itu makhluk sosial yang di dalamnya ada proses hubungan (interaksi) antara satu dengan yang lainnya yang sering disebut sebagai komunikasi. Ketidakmampuan manusia berkomunikasi menyebabkan ia seperti katak dalam tempurung, yang mempunya pengetahuan dan pengalaman serba terbatas. Berbagai ide, gagasan, keinginan dan juga tuntutannya tidak bisa tersalurkan dan diketahui orang lain. Ini juga mengakibatkan ia tak bisa berbuat banyak untuk diri da lingkungannya.    
Dalam posisi ini pun komunikasi tidak hanya dipahami sebagai kegiatan yang menggunakan bunyi ujaran, bahasa atau media tertulis yang sering disebut sebagai sifat verbal. Namun, komunikasi juga mempunyai sifat nonverbal yakni lambang, isyarat (gestural communication) atau gambar (pictorical  communicaton). Jika diperinci secara kongkrit metode komunikasi dalam dunia kontemporer saat in yang merpakan pengembangan dari komunikasi verbal dan noverbal meliputi sebagai berikut: Jurnalistik, Hubungan masyarakat., Periklanan., Pameran., Peropaganda, Publikasi.
Jika kita melihat metode dalam berkomunikas seperti tersebut tadi, semakin jelas kiranya, bahwa propaganda menjadi salah satu metode dalam komunikasi. Sama dengan metode yang lain, propaganda mempunya ciri khas dan atribut sama dengan metode komunikasi lain yang akan dibahas dalam penulisan ini.  Propaganda yang merupakan bagian dari komunikasi tadi memliki tujuan-tujuan yang tertentu pula yaitu untuk mempengaruhi sikap dan perilku orang lain, jika digunakan oleh orang yang berbeda tentu akan berdampak lain pula.
a.      Pengertian Propaganda.
Sebagaimana yang tertulis sebelumnya pengertian propaganda sangat beragam, ini dikarenakan masing-masing definisi itu dikemukakan oleh pihak, kelompok atau indivdu yang mempunyai latarbelakang, kurun waktu, tujuan yang berlainan. Atribut yang melekat pada diri seseorang tersebut akan menentukan penilaian dirinya terhadap suatu gejala sosial.
Ini disebabkan pandangan dunia manusia terpengaruh oleh tiga faktor utama: (1) kecenderungan personal, (2) pandangan kultural, dan (3) kedudukan sosialnya (Aali dan Wardi, 1989).
Pada awalnya manusia terpengaruh dalam pemikirannya oleh sistem prakonsepsi dan nilai-nilai yang telah tertanam dalam benaknya semenjak masa kanak-kanak akibat pengaruh lingkungan sosialnya. Prakonsepsi dan nilai-nilai itu tersembunyi di relung-relung tak sadar dari pukirannya. Manusia menerapkannya pada ojek-objek yang dilihatnya dan seringkali menganggapnya sebagai dasar alam yang telah dierima secara umum.
Oleh karena itu, jika ada kebudayaan lain, dia melihat beberapa nilai tertentu yang menyimpang dari nilai-nilai yang biasa di alaminya (dalam kebudayaannya sendiri), dia merasa kagum, tetapi (kadang) juga jengkel. Dia cenderung menganggap nilai-nilai menyimpang itu sebagai keliru atau tidak alami (menurut persepsi dirinya).
Selanjutnya pikiran manusia dipengaruhi oleh klasifikasi kelas kelompok da posisi sosialnya. Misalnya, kelas penguasa akan  memandang revolusi sebagai suatu pemangkangan dan pelakunya harus dienyahkan, dihukum dan dibunuh karena dianggap merusak ketentraman umum atau mengacaukan tatanan umum yang sudah dianggapnya mapan. Sebaliknya, kelas bawah memandang revolusi sebagai fenomena rahmat atau tindakan tuhan untuk menegmbalikan “tatanan sosial” yang lebih baik.
Adapun Definisi Propaganda Antara Lain Menurut Beberapa Sumber
1)      Dalam Encyclopedia International dikatakan propaganda adalah suatu jenis komunikasi yang bersaha memperngaruhi pandangan dan reaksi, tnpa mengindahkan tentang nilai benar atau tidak benarnya pesan yang disampaikan.
2)      Everyman’s Encyclopedia diungkapkan bahwa propaganda adalah suatu seni untuk penyebaran dan meyakinkan suatu kepercayaan, khususnya suatu kepercayaan agama atau politik.
3)      Qualter mengatakan bahwa propaganda adalah suatu usaha yang dilakukan secara sengaja oleh beberapa individu atau kelompok untuk mementuk, mengawasi atau mengubah sikap dari kelompok-kelompok lain dengan menggunakan media komunikasi dengan tujuan bahwa pada setiap situasi yang tersedia, reaksi dari mereka yang dipengaruhi akan seperti yang diinginkan oleh propagandis.
4)      Harold D. Laswel dalam tulisannya propaganda (1937) mengatakan propaganda adalah teknik untuk mempengaruhi kegiatan manusia dengan memanipulasikan representasinya (“propaganda in broadest sense is the technique of influencing human action by the manipulation of representations”). Definisi lainnya dari Lasswel dalam bukunya propaganda “technique in the world war” (1927) menyebutkan propaganda adalah semata-mata adalah kontrol opini yang dilakukan melalui simbol-simbol yang mempunyai arti, atau menyampaikan pendapat yang kongkrit dan akurat (teliti), melalui sebuah cerita, rumor laporan gambar-gambar dan bentuk-bentuk lain yang  yang  bisa digunakan dalam komunikasi sosial (it refers [propaganda, pen] solely to the control of public opinion by significant symbols, or to speak more concretely and less accurately, by the stories, romours, report, pictures and other form of social communication).
5)      Arnays mengatakan, propaganda modern adalah suatu usaha yang bersifat konsisten dan terus menerus untuk menciptakan atau membentuk peristiwa-peristiwa guna memperngaruhi hubungan publik terhadap suatu usaha atu kelompok.
6)      Ralp D. Casey berkata propaganda adalah suatu usaha yang dilakukan secara sengaja dan sadar untuk memantapkan suatu sikap atau merupakan suatu pendapat yang berkaitan dengan suatu  doktrin  atau program dan pihak lain, merupakan usaha yang sadar dari lembaga-lembaga komunikasi untuk menyebarkan fakta dalam semangat objektivitas dan kejujuran.
7)      Leonarld W. Dobb mengatakan, propaganda adalah usaha sistematis yang dilakukan oleh individu yang masing-masing berkepentingan untuk mengontrol sikap kelompok individu lainnya dengan cara menggunakan sugesti dan sebagai akibatnya mengontrol kegiatan tersebut
Melihat beberapa definisi yang dikemukakan tersebut di atas ada beberapa komponen dalam propaganda yang perlu dicermati sebagai berikut:
1.      Dalam propaganda selalu ada pihak yang dengan sengaja melakukan proses penyebaran pesan untuk mengubah sikap dan perilaku sasaran propaganda. Dalam propaganda yang melakukan kegiatan ini sering disebut sebagai propagandis. Propagandis bisa berupa indivdu, individu yang dilembagakan (the institutionalized person) atau lembaga itu sendiri. Orang yang dilembagakan yang dimaksud adalah setiap kegiatannya selalu dikaitkan atau atas nama lembaga. Misalnya Nazi Hitler yang memiliki departemen propaganda yang dipmpin Goebbels.
2.      Propaganda dilakukan secara terus menerus (continue). Ini perlu digarsbawahi karena untuk membedakannya dengan kampanye. Jika propaganda dilakukan secara terus menerus sejauh kepentingan dari propagandis, tetapi kampanye dilakukan secara temporer, meskipun dalam kampanye bisa jadi digunakan teknik atau cara propaganda.
3.      Ada proses penyampaian ide, gagasan, kepercayaan atau doktrin. Proses penyampaian pesan ini melibatkan cara tertentu, misalnya seperti sugesti, agitasi dan rumor. Oleh karena itu propaganda bagi pemahaman orang tertentu harus tertanam sifat objektivitas dan kejujuran, namun bagi yang lain kebohongan dan manipulasi juga dibenarkan.
4.      Mempunyai tujuan untuk mengubah pendapat, sikap dan perlaku individu atau kelompok lain. Tujuan ini sedemikian pentingnya, sehingga ada sindiran bahwa apapun akan dilakukan propagandis untuk mewujudkan tujuannya tersebut. Ini pula yang sering dituduhkan oleh orang secara sinis pada propaganda yang melibatkan “menghalalkan segala cara” (tanpa mengindahkan nilai benar atau tidaknya) untuk mencapai tujuan.
5.      Propaganda adalah usaha sadar, dengan demikian propaganda adalah sebuah cara yang sistematis, prosedural dan perencanaan matang. Perencanaan matang ini juga meliputi siapa yang menjadi sasaran, caranya bagamana, lewat media apa, hal ini mengingatkan kita pada pendapat Laswellwho, says what, in which channel, to whom and what effect”.
6.      Sebagai sebuah program yang mempunyai tujuan kongkrit, maka propaganda akan mencapai sasarannya secara efektif jika menggunakan media yang tepat, media yang biasanya sangat efektif digunakan adalah media massa, meskipun ada media lain seperti komunikasi lisan, buku dan juga film.[1]  

b.      Teknik Propaganda
Untuk mencapai sasaran dan tujuannya, propaganda seperti halnya komunikasi, sangat mebutuhkan teknik. Sebab dengan teknik yang tepat akan menghasilkan capaian yang optimal seperti yang diharapkan oleh propagandis. Ini juga sangat berkaitan erat dengan objek sasaran yang dituju.
Dalam menghadapi masyarakat yang tingkat pendidikannya belum begitu tinggi, teknik komunikasi dengan tatap muka akan lebih efektif dari pada komunikasi lewat media massa. Sama seperti komunikasi orang tua kepada anaknya. Jika komunikasi itu akan menghasilkan sesuai yang diharapkan oleh orang tua, ia harus melihat keadaan objeknya. Tentu ini akan mendasari pula pemilihan teknik berkomunikasi jika yang dihadapi adalah anak-anak.
Fakta inilah yang mendasari pula bahwa propaganda membutuhkan sebuah teknik yang tepat. Jika diamati secara lebih dalam, ada beberapa teknik yang bisa digunakan dalam melancarkan propaganda. Efektif tidaknya dan pilihan mana yang digunakan sangat bergantung pada kondisi komunikan, kemampuan komunikator (propagandis) dan lingkungan sosial politik. Berikut beberapa teknik propaganda tersebut.
1.      Name Calling, adalah propaganda dengan memerkan sebuah ide atau label yang buruk. Tujuannya adalah agar orang menolak dan menyangsikan ide tertentu tanpa mengoreksinya/memeriksanya terlebih dahulu. Salah satu ciri yang melekat pada teknik propaganda ini adalah propaganda menggunakan kata-kata atau sebutan-sebutan buruk pada lawan yang dituju. Seperti : Jahanam, Biang Kerok, PKI, Pengacau. Contoh : tuduhan PKI pada kelompok masyarakat yang kritis terhadap pemerintah Orba (orde baru) menjadi alat propaganda yang efektif bagi pemerintah. Orang akan tertekan fisik dan psikisnya ketika dituduh PKI. Propaganda ini muncul disebabkan memanfaatkan trauma masyarakat pada PKI di masa lalu.
2.      Glittering Generalities, yaitu propaganda yang mengasosiasikan sesuatu dengan suatu bijak “kata bijak” yang membuat seseorang menerima dan menyetujui hal tanpa memeriksanya terlebih dahulu. Teknik propaganda ini digunakan untuk menonjolkan propgandis dengan mengidentifikasi dirinya dengan segala apa yang serba luhur dan agung. Dengan kata lain propagandis menyanjung dirinya mewakili sesuatu yang luhur dan agung. Ungkapan kata-kata “demi keadilan dan kebenaran menjadi salah satu ciri dari teknik propaganda ini. Contoh : “demi keadilan dan kebenaran, maka demokrasi harus ditegakan dalam semua bentuknya” yang pernah sangat marak ketika era Reformasi tiba dan banyak diteriakkan oleh mahasiswa.
3.      Transfer, yaitu propaganda yang meliputi kekuasaan, sanksi dan pengaruh sesuatu yang lebih dihormati serta dipuja dari hal lain agar membuat sesuatu lebih bisa diterima. Teknik propaganda transfer bisa digunakan dengan memakai pengaruh seseorang tokoh yang paling dikagumi dan berwibawa dalam lingkungan tertentu. Propagandis dala hal ini mempunyai maksud agar komunikan terpengaruh secara psikologis terhadap apa yang sedang dipropagandakan. Contoh, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam berbagai kesempatan (terutama menjelang pemilu) sering memakai pengaruh Bung Karno yang sangat dikagumi dan berwibawa bagi  masyarakat Indonesia  (juga di lingkungan tertentu seperti golongan nasionalis). Karena dia sebagai proklamator, intelektual dan orator ulung. Transfer juga bisa digunakan dengan menggunakan dengan menggunakan cara simbolik. Seperti seorang calon presiden yang kurang terkenal dari Chicago bernama Lar Daley biasa berkampanye menggunakan pakaian khas “Paman Sam”. Presiden Richard Nixon sendiri biasa menggunakan sebuah bendera Amerika pada bagian depan leher baju pada saat kampanye pula.
4.      Testionials, yatu propaganda yang berisi perkataan manusia yang paling dihormati atau dibenci bahwa ide atau program/produk adalah baik atau buruk. Propaganda ini sering digunakan dalam kaitan komersial, meskipun juga bisa digunakan untuk kegiatan politik. Dalam teknik ini digunakan nama seseorang terkemuka yang mempunyai otoritas dan prestise sosial tinggi di dalam menyodorkan dan meyakinkan sesuatu hal dengan jalan menyatakan ahwa hal tersebut didukung oleh orang-orang yang terkemuka tadi. Contoh: iklan mie instan Karomah memakai KH Zainuddin MZ dengan ungkapan “Alhamdulillah, sekarang sudah ada karomah”. Iklan ini seolah menganggap hanya karomahlah yang didukung oleh seorang kiai (dan bisa jadi mengklaim yang paling halal).
5.      Plai Folk, yaitu propaganda dengan menggunakan cara memberi identifikasi terhadap suatu ide. Teknik  ini mengidentikkan yang dipropagandakan milik atau mengabdi pada komunikan. Misalnya dengan kata-kata milik rakyat atau dari rakyat. Golkar pernah mempropagandakan Soeharto sebagai milik rakyat serta dikehendaki oleh rakyat (meskipun rakyat yang mana, tidak begitu jelas). PDIP juga pernah mempropagandakan hal ini sebagai partai politiknya Wong Cilik. Seolah-olah partai itulah yang bisa mewakili kelas tersebut.
6.      Card Stacking yaitu propaganda yang meliputi seleksi dan kegunaan fakta atau kepalsuan, ilustrasi atau kebingungan dan masuk akal atau tidak masuk akal suatu pernyataan agar memberikan kemungkinan terburuk atau terbaik untuk suatu gagasan, program, manusia dan barang. Teknik propaganda ini hanya menojolkan hal-hal atau segi baiknya saja, sehingga publik hanya melihat satu sisi saja. Contoh: program pak harto adalah bapak pembangunan yang pernah dicanangkan oleh Ali Moertopo seolah mengkalim hanya dialah pelopor dan penggerak pemangunan di Indonesia dengan menafikan sisi buruknya.
7.      Bandwagon Technique, yaitu teknik yan dilakukan dengan menggembar-gemborkan sukses yang dicapai oleh seseorang, suatu lembaga atau organisasi. Contoh dalam bidang ekonomi digunakan untuk propaganda menarik minat pembeli akan suatu produk. Dibidang politik Golkar sering menggembar-gemborkan propaganda kesuksesan pembangunan nasional.
8.      Reputable Mounthpiece , yaitu teknik yan dilakukan dengan menemukakan sesuatu yang tidak sesuai kenyataan. Teknik biasanya digunakan oleh seorang yang menyanjung pemimpin, akan tetapi tidak tulus. Contoh: Bung Karno pernah diangkat sebagai Waliyul Amri dan panglima Besar Revolusi. Teknik ini dilakukan karena ada ambisi seseorang atau sekelompok orang yang ingin aman di lingkaran kekuasaan. Atau bisa jadi teknik ini untuk  memerosokkan peimpin dengan mengemukakan yang baik-baik saja, sehingga sang pemimpn jadi lupa diri. Ini dimungkinkan sebab dengan cara lain tidak bisa dilakukan, maka jalan memuji yang pada prinsipnya ingin menjatuhkanpun dilakukan.
9.      Using All Forms Of Persuations, yaitu teknik yan digunakan untuk membujuk orang lain dengan rayuan dan himbauan dan iming-imimg. Teknik propaganda ini sering digunakan dalam kampanya pemilu. Di Indonesia untuk mendapat simpati masyarakat, ada sebuah parpol yang menjajnjikan pada masyarakat untuk mengenyam pendidikan gratis jika partainya menang. Ada pula parpol yang menjanjijkan akan mengaspal suatu jalan jika warga daerah tersebut memenangkan partai tertentu.

c.       Media Propaganda
Beberapa contoh media yang basanya digunakan dalam kegiatan propaganda
1.      Media massa. Media yang dimaksudkan secara spesifik adalah media  elektronik dan media cetak salah satu keunggulan media ini adalah jangkauannya yang luas. Media massa merupakan alat untuk berkomunkasi dengan berbagai tujuan untuk menyampaikan informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula atau disebut juga kepada kepada khalayak luas.[2]  Peran media massa untuk kegiatan propaganda sangat efektif. Sampai-sampai Napoleon Bonaparte  harus mengurangi surat kabar dari 13 buah menjadi 4 buah saja dengan melarang pers mengkritik kebijakan pemerintah. Bahkan Napoleon mengekang kebebasan dan melakukan sensor media. Ini tak lain karena media massa sangat berpengaruh dalam propaganda.
2.      Buku, media yang selanjutnya bisa dikatakan efektif adalah buku karena sangat mempengaruhi pemikiran orang yang membaca isi buku tersebut. Kira-kira pada 3000 tahun yang lalu, bangsa Tionghoa menemukan media penyimpanan pertama yang sempurna dalam sejarah manusia yaitu buku. Di zaman Sumerias dan Mesir kuno, buku dipahat pada batu ubin besar, tanah liat atau daun papyrus, kemudian lambat laun menggunakan perkamen yang dibuat dari kulit hewan karena alasan efisiensi dan mutu yang lebih baik. Pada tahap berikutnya ketika ditemukan bertas sekitar 1500 tahun lalu, maka media penyimpanan dibuat dalam bentu buku seperti sekarang ini[3].   Seperti yang kita ketahui isi dari buku yang dibaca cukup berpengaruh kepada pemikiran dan pemahaman seseorang. Dan pemikiran akan memengaruhi sikap dan perilaku. Buku propaganda yang cukup terkenal adalah uncle tom’s cabin (gubuk paman tom) yang berisi protes perbudakan di Amerika. Di Indonesia bentuk propaganda yang dilakukan dengan buku adalah pelaksanaan dan sosialisasi Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Program ini di samping dipropagandakan lewat media massa, mimbar-mimbar juga dalam bentuk buku. Bahkan karena semangatnya untuk membentuk perilaku Pancasilais pemerintah memaksa setiap setiap instansi  atau bentuk kegiatan baru harus didahului dengan penataran  P4. Mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Meskipun menjemukan masyarakat namun harus tetap menerima dengan suka ataupun terpaksa. Setelah sekian lama dan iklim politik berubah baru terasa bahwa program ini tidak efektif memboroskan biaya dan cenderung memaksa.
3.      Film, media yang satu ini juga bisa dijadikan media propaganda. Amerika adalah Negara yang sengaja atau tidak melakukan propaganda lewat film-filmnya. Kepahlawanan tentara Amerika ditunjukkan dalam perang dengan setting “Perang Vietnam” untuk menyebut contoh antara lain coming home (Hal Ashby, 1978), The Deer Hunter (Michael Comino, 1978), Rambo First Blood Part II (George F. Cosmatus, 1985), Platon (Olivier Stone, 1986), Full Metal Jacket (Stanley Kubrick, 1987), dan Apocalypse Now (Franciz, 1979). Tak terkecuali film yang mengambil tokoh utama seperti Saddam Hussein dan George W Bush. Serta film-film yang bernuansakan sara akan agama, yang memberikan kesan kepada agama islam sebagai agama yang teroris dan suka akan pembunuhan. Tujuan propaganda itu adalah membentuk image bahwa amerika yang terbaik dan juru selamat. Sementara propaganda di Indonesia adalah film penghianatan G30S/PKI. Pada masa pemerintahan Soeharto setiap setahun sekali (malam 30 september) diputar di stasiun TVRI. Sekitar tahun 80-an rilis film ini siswa-siswa sekolah wajib untuk menontonnya. Pesan yang terkandung dalam propaganda film tersebut adalah bahwa bangsa Indonesia waspada bahaya laten terhadap PKI. Dan Soeharto digambarkan sebagai satu-satunya pahlawan dalam menumpas pemberontakan itu. Judul film nasional lainnya yang di berisi propaganda adalah Janur Kuning, Enam Jam Di Jogja dan Serangan Fajar. Propaganda lewat film kadang membenarkan (dengan tujuan mempengaruhi persepsi publik)
4.      Selebaran, media selebaran ini biasanya digunakan oleh kelompok tertentu yang ada dalam masyarakat untuk memengaruhi pemikiran masyarakat tersebut serta merubah kebijakan pulik pemerintahnya.



d.      Jenis  Propaganda
Ada beberapa propaganda yang dikemukakan oleh beberapa pengamat. Sehubungan dengan cara yang dilakukannya atas isi pesan, ada propaganda tersembunyi dan terbuka (dob, 1966)
Dalam propaganda tersembunyi sang propagandis menyembunyakan tujuan utamanya dalam kemasan suatu pesan lain. Sedangkan propaganda teruka adalah setiap kemasan pesan, cara dan perilakunya dikemukakan secara transparan tanpa dikemas dengan pesan lain. Contoh kampanye seorang calon pemimpin, pilihlah saya sebagai presiden, karena saya akan mengantarkan serta mengatasi bangsa ini dari krisis ekonomi.
Sedangkan Ellul (1965) membagi jenis propaganda menjadi propaganda vertikal dan propaganda horizontal. Propaganda vertikal adalah yang dilakukan oleh satu pihak kepada orang banyak dan biasanya menggunakan media massa untuk menyampaikan pesan-pesannya. Sedangkan propaganda horizontal adalah propaganda yan dilakukan oleh seorang pemimpin suatu oranisasi atau kelompok pada anggota organisasi atau kelompok itu melalui tatap muka/komunikasi antar pesona dan biasanya tidak mengandalka media assa. Contoh: biasanya digunakan parpol dengan mengadakan silaturahmi, temu kader dan lain-lain.[4]





[1] Nurudin. 2008. Komunikasi Propaganda. Bandung. PT Remaja Rosdakarya  Hal: 7-11.
[2] Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi Komuniasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta. Kencana.
[3] Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta. Kencana.
[4] Nurudin. 2008. Komunikasi Propaganda. Bandung. PT Remaja  Rodakarya. Hal:  29-39.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar