A. PROPAGANDA
Manusia yang
berakal pastilah manusia yang selalu melakukan komunikasi, ini dikarenakan
komunikasi menjadi sesuatu yang tidak bisa dipasahkan dari ciri utama dari
manusia itu sendiri yakni manusia adalah makhluk sosial.
Tidak ada
literatur yang mengatakan manusia bisa menghindar untuk tidak
berkomunikasi. Dan bagaimana mungkin
manusia akan bisa mengemangkan jati dari kemanusiaannya, sebagaimana kebutuhan
hidupnya, tanpa perantaraan komunikasi. Bagaimana pula ia
bisa
memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa
komunikasi, ini pula yang mendasari berbagai teori sosial bahwa manusia itu
makhluk sosial yang di dalamnya ada proses hubungan (interaksi) antara satu
dengan yang lainnya yang sering disebut sebagai komunikasi. Ketidakmampuan
manusia berkomunikasi menyebabkan ia seperti katak dalam tempurung, yang
mempunya pengetahuan dan pengalaman serba terbatas. Berbagai ide, gagasan,
keinginan dan juga tuntutannya tidak bisa tersalurkan dan diketahui orang lain.
Ini juga mengakibatkan ia tak bisa berbuat banyak untuk diri da lingkungannya.
Dalam posisi
ini pun komunikasi tidak hanya dipahami sebagai kegiatan yang menggunakan bunyi
ujaran, bahasa atau media tertulis yang sering disebut sebagai sifat verbal.
Namun, komunikasi juga mempunyai sifat nonverbal yakni lambang, isyarat
(gestural communication) atau gambar (pictorical communicaton). Jika diperinci secara kongkrit
metode komunikasi dalam dunia kontemporer saat in yang merpakan pengembangan
dari komunikasi verbal dan noverbal meliputi sebagai berikut: Jurnalistik, Hubungan
masyarakat., Periklanan., Pameran., Peropaganda, Publikasi.
Jika kita
melihat metode dalam berkomunikas seperti tersebut tadi, semakin jelas kiranya,
bahwa propaganda menjadi salah satu metode dalam komunikasi. Sama dengan metode
yang lain, propaganda mempunya ciri khas dan atribut sama dengan metode
komunikasi lain yang akan dibahas dalam penulisan ini. Propaganda yang merupakan bagian dari
komunikasi tadi memliki tujuan-tujuan yang tertentu pula yaitu untuk
mempengaruhi sikap dan perilku orang lain, jika digunakan oleh orang yang
berbeda tentu akan berdampak lain pula.
a. Pengertian Propaganda.
Sebagaimana yang tertulis sebelumnya
pengertian propaganda sangat beragam, ini dikarenakan masing-masing definisi
itu dikemukakan oleh pihak, kelompok atau indivdu yang mempunyai latarbelakang,
kurun waktu, tujuan yang berlainan. Atribut yang melekat pada diri seseorang
tersebut akan menentukan penilaian dirinya terhadap suatu gejala sosial.
Ini disebabkan pandangan dunia manusia
terpengaruh oleh tiga faktor utama: (1) kecenderungan personal, (2) pandangan
kultural, dan (3) kedudukan sosialnya (Aali dan Wardi, 1989).
Pada awalnya manusia terpengaruh dalam
pemikirannya oleh sistem prakonsepsi dan nilai-nilai yang telah tertanam dalam
benaknya semenjak masa kanak-kanak akibat pengaruh lingkungan sosialnya. Prakonsepsi
dan nilai-nilai itu tersembunyi di relung-relung tak sadar dari pukirannya.
Manusia menerapkannya pada ojek-objek yang dilihatnya dan seringkali menganggapnya
sebagai dasar alam yang telah dierima secara umum.
Oleh karena itu, jika ada kebudayaan lain,
dia melihat beberapa nilai tertentu yang menyimpang dari nilai-nilai yang biasa
di alaminya (dalam kebudayaannya sendiri), dia merasa kagum, tetapi (kadang)
juga jengkel. Dia cenderung menganggap nilai-nilai menyimpang itu sebagai
keliru atau tidak alami (menurut persepsi dirinya).
Selanjutnya pikiran manusia dipengaruhi
oleh klasifikasi kelas kelompok da posisi sosialnya. Misalnya, kelas penguasa
akan memandang revolusi sebagai suatu
pemangkangan dan pelakunya harus dienyahkan, dihukum dan dibunuh karena
dianggap merusak ketentraman umum atau mengacaukan tatanan umum yang sudah
dianggapnya mapan. Sebaliknya, kelas bawah memandang revolusi sebagai fenomena
rahmat atau tindakan tuhan untuk menegmbalikan “tatanan sosial” yang lebih
baik.
Adapun Definisi Propaganda Antara Lain
Menurut Beberapa Sumber
1) Dalam Encyclopedia International dikatakan propaganda adalah suatu jenis
komunikasi yang bersaha memperngaruhi pandangan dan reaksi, tnpa mengindahkan
tentang nilai benar atau tidak benarnya pesan yang disampaikan.
2) Everyman’s Encyclopedia diungkapkan bahwa propaganda adalah suatu
seni untuk penyebaran dan meyakinkan suatu kepercayaan, khususnya suatu
kepercayaan agama atau politik.
3) Qualter mengatakan bahwa propaganda adalah suatu
usaha yang dilakukan secara sengaja oleh beberapa individu atau kelompok untuk
mementuk, mengawasi atau mengubah sikap dari kelompok-kelompok lain dengan
menggunakan media komunikasi dengan tujuan bahwa pada setiap situasi yang
tersedia, reaksi dari mereka yang dipengaruhi akan seperti yang diinginkan oleh
propagandis.
4) Harold D. Laswel dalam tulisannya propaganda (1937)
mengatakan propaganda adalah teknik untuk mempengaruhi kegiatan manusia dengan
memanipulasikan representasinya (“propaganda in broadest sense is the
technique of influencing human action by the manipulation of representations”).
Definisi lainnya dari Lasswel dalam bukunya propaganda “technique in the
world war” (1927) menyebutkan propaganda adalah semata-mata adalah kontrol
opini yang dilakukan melalui simbol-simbol yang mempunyai arti, atau
menyampaikan pendapat yang kongkrit dan akurat (teliti), melalui sebuah cerita,
rumor laporan gambar-gambar dan bentuk-bentuk lain yang yang
bisa digunakan dalam komunikasi sosial (it refers [propaganda, pen]
solely to the control of public opinion by significant symbols, or to speak
more concretely and less accurately, by the stories, romours, report, pictures
and other form of social communication).
5) Arnays mengatakan, propaganda modern adalah suatu
usaha yang bersifat konsisten dan terus menerus untuk menciptakan atau membentuk
peristiwa-peristiwa guna memperngaruhi hubungan publik terhadap suatu usaha atu
kelompok.
6) Ralp D. Casey berkata propaganda adalah suatu usaha yang
dilakukan secara sengaja dan sadar untuk memantapkan suatu sikap atau merupakan
suatu pendapat yang berkaitan dengan suatu doktrin
atau program dan pihak lain, merupakan usaha yang sadar dari
lembaga-lembaga komunikasi untuk menyebarkan fakta dalam semangat objektivitas
dan kejujuran.
7) Leonarld W. Dobb mengatakan, propaganda adalah usaha
sistematis yang dilakukan oleh individu yang masing-masing berkepentingan untuk
mengontrol sikap kelompok individu lainnya dengan cara menggunakan sugesti dan
sebagai akibatnya mengontrol kegiatan tersebut
Melihat beberapa definisi yang dikemukakan
tersebut di atas ada beberapa komponen dalam propaganda yang perlu dicermati
sebagai berikut:
1. Dalam propaganda selalu ada pihak yang
dengan sengaja melakukan proses penyebaran pesan untuk mengubah sikap dan
perilaku sasaran propaganda. Dalam propaganda yang melakukan kegiatan ini
sering disebut sebagai propagandis. Propagandis bisa berupa indivdu, individu
yang dilembagakan (the institutionalized person) atau lembaga itu sendiri.
Orang yang dilembagakan yang dimaksud adalah setiap kegiatannya selalu
dikaitkan atau atas nama lembaga. Misalnya Nazi Hitler yang memiliki departemen
propaganda yang dipmpin Goebbels.
2. Propaganda dilakukan secara terus menerus
(continue). Ini perlu digarsbawahi karena untuk membedakannya dengan kampanye.
Jika propaganda dilakukan secara terus menerus sejauh kepentingan dari
propagandis, tetapi kampanye dilakukan secara temporer, meskipun dalam kampanye
bisa jadi digunakan teknik atau cara propaganda.
3. Ada proses penyampaian ide, gagasan,
kepercayaan atau doktrin. Proses penyampaian pesan ini melibatkan cara
tertentu, misalnya seperti sugesti, agitasi dan rumor. Oleh karena itu
propaganda bagi pemahaman orang tertentu harus tertanam sifat objektivitas dan
kejujuran, namun bagi yang lain kebohongan dan manipulasi juga dibenarkan.
4. Mempunyai tujuan untuk mengubah pendapat,
sikap dan perlaku individu atau kelompok lain. Tujuan ini sedemikian pentingnya,
sehingga ada sindiran bahwa apapun akan dilakukan propagandis untuk mewujudkan
tujuannya tersebut. Ini pula yang sering dituduhkan oleh orang secara sinis
pada propaganda yang melibatkan “menghalalkan segala cara” (tanpa mengindahkan
nilai benar atau tidaknya) untuk mencapai tujuan.
5. Propaganda adalah usaha sadar, dengan
demikian propaganda adalah sebuah cara yang sistematis, prosedural dan
perencanaan matang. Perencanaan matang ini juga meliputi siapa yang menjadi
sasaran, caranya bagamana, lewat media apa, hal ini mengingatkan kita pada
pendapat Laswell “who, says what, in which channel, to whom and what effect”.
6. Sebagai sebuah program yang mempunyai
tujuan kongkrit, maka propaganda akan mencapai sasarannya secara efektif jika
menggunakan media yang tepat, media yang biasanya sangat efektif digunakan
adalah media massa, meskipun ada media lain seperti komunikasi lisan, buku dan
juga film.[1]
b. Teknik Propaganda
Untuk mencapai sasaran dan tujuannya,
propaganda seperti halnya komunikasi, sangat mebutuhkan teknik. Sebab dengan
teknik yang tepat akan menghasilkan capaian yang optimal seperti yang
diharapkan oleh propagandis. Ini juga sangat berkaitan erat dengan objek
sasaran yang dituju.
Dalam menghadapi masyarakat yang tingkat
pendidikannya belum begitu tinggi, teknik komunikasi dengan tatap muka akan
lebih efektif dari pada komunikasi lewat media massa. Sama seperti komunikasi orang
tua kepada anaknya. Jika komunikasi itu akan menghasilkan sesuai yang diharapkan
oleh orang tua, ia harus melihat keadaan objeknya. Tentu ini akan mendasari
pula pemilihan teknik berkomunikasi jika yang dihadapi adalah anak-anak.
Fakta inilah
yang mendasari pula bahwa propaganda membutuhkan sebuah teknik yang tepat. Jika
diamati secara lebih dalam, ada beberapa teknik yang bisa digunakan dalam
melancarkan propaganda. Efektif tidaknya dan pilihan mana yang digunakan sangat
bergantung pada kondisi komunikan, kemampuan komunikator (propagandis) dan
lingkungan sosial politik. Berikut beberapa teknik propaganda tersebut.
1. Name Calling, adalah propaganda dengan memerkan sebuah
ide atau label yang buruk. Tujuannya adalah agar orang menolak dan menyangsikan
ide tertentu tanpa mengoreksinya/memeriksanya terlebih dahulu. Salah satu ciri
yang melekat pada teknik propaganda ini adalah propaganda menggunakan kata-kata
atau sebutan-sebutan buruk pada lawan yang dituju. Seperti : Jahanam, Biang
Kerok, PKI, Pengacau. Contoh : tuduhan PKI pada kelompok masyarakat yang kritis
terhadap pemerintah Orba (orde baru) menjadi alat propaganda yang efektif bagi
pemerintah. Orang akan tertekan fisik dan psikisnya ketika dituduh PKI.
Propaganda ini muncul disebabkan memanfaatkan trauma masyarakat pada PKI di
masa lalu.
2. Glittering Generalities, yaitu propaganda yang mengasosiasikan
sesuatu dengan suatu bijak “kata bijak” yang membuat seseorang menerima dan
menyetujui hal tanpa memeriksanya terlebih dahulu. Teknik propaganda ini digunakan
untuk menonjolkan propgandis dengan mengidentifikasi dirinya dengan segala apa
yang serba luhur dan agung. Dengan kata lain propagandis menyanjung dirinya mewakili sesuatu yang
luhur dan agung. Ungkapan kata-kata “demi keadilan dan kebenaran” menjadi salah satu ciri dari teknik propaganda
ini. Contoh : “demi keadilan dan kebenaran, maka demokrasi harus ditegakan
dalam semua bentuknya” yang pernah sangat marak ketika era Reformasi tiba
dan banyak diteriakkan oleh mahasiswa.
3. Transfer, yaitu propaganda yang meliputi kekuasaan,
sanksi dan pengaruh sesuatu yang lebih dihormati serta dipuja dari hal lain
agar membuat sesuatu lebih bisa diterima. Teknik propaganda transfer bisa digunakan
dengan memakai pengaruh seseorang tokoh yang paling dikagumi dan berwibawa
dalam lingkungan tertentu. Propagandis dala hal ini mempunyai maksud agar
komunikan terpengaruh secara psikologis terhadap apa yang sedang dipropagandakan.
Contoh, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam berbagai kesempatan
(terutama menjelang pemilu) sering memakai pengaruh Bung Karno yang sangat
dikagumi dan berwibawa bagi masyarakat
Indonesia (juga di lingkungan tertentu
seperti golongan nasionalis). Karena dia sebagai proklamator, intelektual dan
orator ulung. Transfer juga bisa digunakan dengan menggunakan dengan
menggunakan cara simbolik. Seperti seorang calon presiden yang kurang terkenal
dari Chicago bernama Lar Daley biasa berkampanye menggunakan pakaian khas “Paman
Sam”. Presiden Richard Nixon sendiri biasa menggunakan sebuah bendera Amerika pada
bagian depan leher baju pada saat kampanye pula.
4. Testionials, yatu propaganda yang berisi perkataan manusia
yang paling dihormati atau dibenci bahwa ide atau program/produk adalah baik
atau buruk. Propaganda ini sering digunakan dalam kaitan komersial, meskipun
juga bisa digunakan untuk kegiatan politik. Dalam teknik ini digunakan nama
seseorang terkemuka yang mempunyai otoritas dan prestise sosial tinggi di dalam
menyodorkan dan meyakinkan sesuatu hal dengan jalan menyatakan ahwa hal
tersebut didukung oleh orang-orang yang terkemuka tadi. Contoh: iklan mie
instan Karomah memakai KH Zainuddin MZ dengan ungkapan “Alhamdulillah, sekarang
sudah ada karomah”. Iklan ini seolah menganggap hanya karomahlah yang didukung
oleh seorang kiai (dan bisa jadi mengklaim yang paling halal).
5. Plai Folk, yaitu propaganda dengan menggunakan cara
memberi identifikasi terhadap suatu ide. Teknik ini mengidentikkan yang dipropagandakan milik
atau mengabdi pada komunikan. Misalnya dengan kata-kata milik rakyat atau dari
rakyat. Golkar pernah mempropagandakan Soeharto sebagai milik rakyat serta
dikehendaki oleh rakyat (meskipun rakyat yang mana, tidak begitu jelas). PDIP juga
pernah mempropagandakan hal ini sebagai partai politiknya Wong Cilik.
Seolah-olah partai itulah yang bisa mewakili kelas tersebut.
6. Card Stacking yaitu propaganda yang meliputi seleksi dan
kegunaan fakta atau kepalsuan, ilustrasi atau kebingungan dan masuk akal atau
tidak masuk akal suatu pernyataan agar memberikan kemungkinan terburuk atau
terbaik untuk suatu gagasan, program, manusia dan barang. Teknik propaganda ini
hanya menojolkan hal-hal atau segi baiknya saja, sehingga publik hanya melihat
satu sisi saja. Contoh: program pak harto adalah bapak pembangunan yang pernah
dicanangkan oleh Ali Moertopo seolah mengkalim hanya dialah pelopor dan
penggerak pemangunan di Indonesia dengan menafikan sisi buruknya.
7. Bandwagon Technique, yaitu teknik yan dilakukan dengan
menggembar-gemborkan sukses yang dicapai oleh seseorang, suatu lembaga atau
organisasi. Contoh dalam bidang ekonomi digunakan untuk propaganda menarik
minat pembeli akan suatu produk. Dibidang politik Golkar sering menggembar-gemborkan
propaganda kesuksesan pembangunan nasional.
8. Reputable Mounthpiece , yaitu teknik yan dilakukan dengan
menemukakan sesuatu yang tidak sesuai kenyataan. Teknik biasanya digunakan oleh
seorang yang menyanjung pemimpin, akan tetapi tidak tulus. Contoh: Bung Karno pernah
diangkat sebagai Waliyul Amri dan panglima Besar Revolusi. Teknik ini dilakukan
karena ada ambisi seseorang atau sekelompok orang yang ingin aman di lingkaran
kekuasaan. Atau bisa jadi teknik ini untuk
memerosokkan peimpin dengan mengemukakan yang baik-baik saja, sehingga
sang pemimpn jadi lupa diri. Ini dimungkinkan sebab dengan cara lain tidak bisa
dilakukan, maka jalan memuji yang pada prinsipnya ingin menjatuhkanpun
dilakukan.
9. Using All Forms Of Persuations, yaitu teknik yan digunakan untuk membujuk
orang lain dengan rayuan dan himbauan dan iming-imimg. Teknik propaganda ini
sering digunakan dalam kampanya pemilu. Di Indonesia untuk mendapat simpati
masyarakat, ada sebuah parpol yang menjajnjikan pada masyarakat untuk mengenyam
pendidikan gratis jika partainya menang. Ada pula parpol yang menjanjijkan akan
mengaspal suatu jalan jika warga daerah tersebut memenangkan partai tertentu.
c. Media Propaganda
Beberapa contoh media yang basanya
digunakan dalam kegiatan propaganda
1. Media massa. Media yang dimaksudkan secara spesifik adalah
media elektronik dan media cetak salah
satu keunggulan media ini adalah jangkauannya yang luas. Media massa merupakan
alat untuk berkomunkasi dengan berbagai tujuan untuk menyampaikan informasi
secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula atau disebut
juga kepada kepada khalayak luas.[2] Peran media massa untuk kegiatan propaganda
sangat efektif. Sampai-sampai Napoleon Bonaparte harus mengurangi surat kabar dari 13 buah
menjadi 4 buah saja dengan melarang pers mengkritik kebijakan pemerintah. Bahkan
Napoleon mengekang kebebasan dan melakukan sensor media. Ini tak lain karena
media massa sangat berpengaruh dalam propaganda.
2. Buku, media yang selanjutnya bisa dikatakan
efektif adalah buku karena sangat mempengaruhi pemikiran orang yang membaca isi
buku tersebut. Kira-kira pada 3000 tahun yang lalu, bangsa Tionghoa menemukan
media penyimpanan pertama yang sempurna dalam sejarah manusia yaitu buku. Di
zaman Sumerias dan Mesir kuno, buku dipahat pada batu ubin besar, tanah liat
atau daun papyrus, kemudian lambat laun menggunakan perkamen yang dibuat dari
kulit hewan karena alasan efisiensi dan mutu yang lebih baik. Pada tahap
berikutnya ketika ditemukan bertas sekitar 1500 tahun lalu, maka media
penyimpanan dibuat dalam bentu buku seperti sekarang ini[3]. Seperti
yang kita ketahui isi dari buku yang dibaca cukup berpengaruh kepada pemikiran
dan pemahaman seseorang. Dan pemikiran akan memengaruhi sikap dan perilaku.
Buku propaganda yang cukup terkenal adalah uncle tom’s cabin
(gubuk paman tom) yang berisi protes perbudakan di Amerika. Di Indonesia bentuk
propaganda yang dilakukan dengan buku adalah pelaksanaan dan sosialisasi Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Program ini di samping
dipropagandakan lewat media massa, mimbar-mimbar juga dalam bentuk buku. Bahkan
karena semangatnya untuk membentuk perilaku Pancasilais pemerintah memaksa
setiap setiap instansi atau bentuk
kegiatan baru harus didahului dengan penataran
P4. Mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Meskipun
menjemukan masyarakat namun harus tetap menerima dengan suka ataupun terpaksa.
Setelah sekian lama dan iklim politik berubah baru terasa bahwa program ini tidak
efektif memboroskan biaya dan cenderung memaksa.
3. Film, media yang satu ini juga bisa dijadikan media
propaganda. Amerika adalah Negara yang sengaja atau tidak melakukan propaganda
lewat film-filmnya. Kepahlawanan tentara Amerika ditunjukkan dalam perang
dengan setting “Perang Vietnam” untuk menyebut contoh antara lain coming home (Hal
Ashby, 1978), The Deer Hunter (Michael Comino, 1978), Rambo First
Blood Part II (George F. Cosmatus, 1985), Platon (Olivier Stone,
1986), Full Metal Jacket (Stanley Kubrick, 1987), dan Apocalypse Now
(Franciz, 1979). Tak terkecuali film yang mengambil tokoh utama seperti Saddam
Hussein dan George W Bush. Serta film-film yang bernuansakan sara akan agama,
yang memberikan kesan kepada agama islam sebagai agama yang teroris dan suka
akan pembunuhan. Tujuan propaganda itu adalah membentuk image bahwa amerika
yang terbaik dan juru selamat. Sementara propaganda di Indonesia adalah film
penghianatan G30S/PKI. Pada masa pemerintahan Soeharto setiap setahun sekali
(malam 30 september) diputar di stasiun TVRI. Sekitar tahun 80-an rilis film
ini siswa-siswa sekolah wajib untuk menontonnya. Pesan yang terkandung dalam
propaganda film tersebut adalah bahwa bangsa Indonesia waspada bahaya laten
terhadap PKI. Dan Soeharto digambarkan sebagai satu-satunya pahlawan dalam
menumpas pemberontakan itu. Judul film nasional lainnya yang di berisi
propaganda adalah Janur Kuning, Enam Jam Di Jogja dan Serangan
Fajar. Propaganda lewat film kadang membenarkan (dengan tujuan mempengaruhi
persepsi publik)
4. Selebaran, media selebaran ini biasanya digunakan
oleh kelompok tertentu yang ada dalam masyarakat untuk memengaruhi pemikiran
masyarakat tersebut serta merubah kebijakan pulik pemerintahnya.
d. Jenis Propaganda
Ada beberapa propaganda yang dikemukakan oleh beberapa pengamat.
Sehubungan dengan cara yang dilakukannya atas isi pesan, ada propaganda
tersembunyi dan terbuka (dob, 1966)
Dalam propaganda tersembunyi sang propagandis menyembunyakan tujuan utamanya
dalam kemasan suatu pesan lain. Sedangkan propaganda teruka adalah setiap
kemasan pesan, cara dan perilakunya dikemukakan secara transparan tanpa dikemas
dengan pesan lain. Contoh kampanye seorang calon pemimpin, pilihlah saya
sebagai presiden, karena saya akan mengantarkan serta mengatasi bangsa ini dari
krisis ekonomi.
Sedangkan Ellul (1965) membagi jenis propaganda menjadi
propaganda vertikal dan propaganda horizontal. Propaganda vertikal adalah yang
dilakukan oleh satu pihak kepada orang banyak dan biasanya menggunakan media
massa untuk menyampaikan pesan-pesannya. Sedangkan propaganda horizontal adalah
propaganda yan dilakukan oleh seorang pemimpin suatu oranisasi atau kelompok
pada anggota organisasi atau kelompok itu melalui tatap muka/komunikasi antar
pesona dan biasanya tidak mengandalka media assa. Contoh: biasanya digunakan
parpol dengan mengadakan silaturahmi, temu kader dan lain-lain.[4]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar