A. SEJARAH
Istilah Sejarah.
Dalam bahasa
Inggris sejarah disebut “history”. Secara etimologis kata ini berasal
dari bahasa yunani historia yang berarti: inkuiri (inquiry), wawancara
(interview), interoasi dari seorang saksi mata, dan juga laporan mengenai
hasil-hasil tindakan itu. Seorang saksi (witness), seorang hakim (judge), seorang
yang tahu.(Topolski 1956: 46-47). F.
Muller seperti dikutip oleh Topolski. Menunjukkan bahwa dalam teks-teks yunani
kuno stilah historia mempunyai tiga arti: [1] penelitian (research) dan laporan
tentang penelitian itu, [2] cerita puitis dan [3] suatu deskripsi yang persis
tentang fakta-fakta. (topolski, 44-45).
Dari yunani,
istilah historia masuk ke bahasa-bahasa lain, terutama melalui perantaraan
bahasa latin. Dalam dalam proses selanjutnya terjadi makna yang lebih persis
yang digunakan sampai sekarang yakni: hstory, historie, storia, istoria,
historia. Dalam bahasa latin klasik, historia maknanya masih tetap dalam bahasa
yunani, sehingga tekanan diletakkan pada pengamatan langsung (direct
observation), penelitian (research), dan laporan-laporan hasilnya.
Sejarawan tacitus (69-96) menggunakan istilah untuk judul bukunya historiae
untuk laporan-laporannya mengenai periode yang lebih awal (14-68 M) diberinya
judul Annals.
Selanjutnya
dalam periode rennisance konsep history atau geschicte menghubungkan dua
kecenderunan dasar dalam perhatian manusia mengenai peristiwa-peristiwa masa
lalu. Salah satu diantaranya ditandai dengan element narasi yang berkembang
atas dasar Mythography (penulisan mitos) dan Zeigeschichte, Gesta, Vitae, dan
sejarah “suc” atau semacamnyadari abad pertengahan.[1]
Menurut Prof.
Sartono Kartodirdjo Pada umumnya orang memakai Istilah sejarah untuk menunjuk Cerita
sejarah, pengetahuan sejarah, gambaran sejarah, yan kesemuanya itu sebenarnya
adalah sejarah dalam arti subjektif. Disebut subjektif tidak lain karena
sejarah memuat unsur-unsur dan isi subjek (pengarang, penulis). Baik
pengetahuan ataupun gambaran sejarah adalah hasil penggambaran atau
rekonstruksi dari pengarang, maka mau tak mau memuat sifat-sifatnya, gaya
ahasanya, struktur pemkirannya, pandangannya, dan lain sebagainya.
Dalam arti
subjektif adalah suatu konstruk, ialah bangunan yang disusun penulis sebagai
suatu uraian atau cerita. Uraian atau cerita itu merupakan suatu kesatuan atau
unit yan mencakup fakta-fakta terangkaikan untuk menggambarkan suatu gejalah
sejarah, baik proses maupun strukter. Kesatuan itu menunjukkan koherensi,
artinya pelbagai unsur bertalian satu sama lain dan merupakan satu kesatuan.
Fungsi unsur-unsur itu saling menopang dan saling tergantung satu sama lain. Sejarah
dalam arti objektif menunjuk kepada kejadian peristiwa itu sendiri, ialah
proses sejarah dalam aktualitasnya. Kejadian itu sekali terjadi tidak dapat di
ulang atau terulang lagi.
Pengertian
lain dari sejarah adalah, sejarah merupakan sebagai cerita atau narrative
tentang peristiwa di masa lampau, yang kecuali mengungkapka fakta mengenai apa,
siapa, kapan, dan di mana, juga menerangkan bagaimana sesuatu telah terjadi.[2]
Setelah
kebudayaan barat masuk ke Indonesia yang membawa istilah-istilah yang ekuivalen
dengan sejarah, yaitu history (ingris), geschiedenis (belanda), geschichte
(jerman). Yang dapat diartiakan dalam tiga pengertian yaitu kejadian-kejadian,
peristiwa seluruhnya ang berhubungan dengan Negara, manusia, benda, dan sebagainya.
Atau bisa juga disingkat yaitu seluruh perubahan yan nyata di dalam diri
manusiasekitar kita. Pengertian selanjutnya adalah cerita yang tersusun secara
sistematis dari kejadian-kejadian dan peristiwa umum serta ilmu yang bertugas
menyelidiki perkembangan Negara, peristiwa-peristiwa dan kejadian di masa
lampau. Pelajaran ilmu pengetahuan.
R. Moh. Ali dalam pengantar ilmu sejarah Indonesia
dengan singkat menegaskan , bahwa sejarah mengandung arti yang mengacu pada:
1. sejumlah perubahan-perubahan, kejadian-kejadian
dan peristiwa-peristiwa dalam kenyataan sekitar kita.
2. Cerita tentang perubahan-perubahan,
kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang merupakan realitas tersebut.
3. Ilmu yang bertugas menyelidiki
perubahan-perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwa yang merupakan realitas
tersebut. (R. Moh. Ali 1965: 7-8).[3]
Dalam
historiografi tradisional Nusantara, kita kenal dengan sejumlah istilah seperti
babad, seratkanda, sejarah, cerita, wawacan, hikayat, tutur, silsilah,
cerita-cerita manurung (Soedjatmoko, ed., 1965). Semuanya naratif dalam bentuk
prosa maupun puisi (syair). Istilah sejarah berasal dari kata arab syajaratun
yang artinya “pohon” yang mirip pengertiannya sama dengan salasilah (salsilah,
silsilah) yang artinya pohon keluarga.(family tree, stamboom),
kemudian diadopsi menjadi sejarah yang akhirnya digunakan secara umum yang sama
maksudnya denan istilah History sebagai hasil dari sebuah penelitian ilmiah
dalam bahasa Inggris, atau Historie dalam bahasa Prancis, Geschiedenis
dalam bahasa Belanda, Geschichte dalam bahasa Jerman.[4]
Sejarah Menurut Pakar Internasional .[5]
a. E. Bernheim mengatakan bahwa sejarah adalah
suatu sains mengenai perkembangan kemanusiaan.
b. R.G. Collingwood menyatakan bahwa sejarah
adalah mengenai tindakan-tindakan manusia pada masa lalu.
c. J. Hizuinga merumuskan ide yang sama
sehingga ia menganggap sejarah sebagai bentuk intelektual di masa suatu
peradaban menceritakan dirinya sendiri mengenai masa lalunya.
d. R. Aron, mengungkapkan sejarah adalah
kajian tentang masa lalu manusia.
e. Marc Bloch menunjukkan aktivitas-aktivitas
manusia pada masa lalu.
f. Lucien Febvre, menekankan bahwa sejarah
adalah mengkaji bukan orang, manusia (man), melainkan
masyarakat-masyarakat manusia (human societies), dengan
kelompok-kelompok terorganisasi (organized group).
g. E. Callot memberikan pengertian sejarah
adalah suatu sains deskriptif yang mengkaji suatu masyarakat tertentu secara
keseluruhan dalam aspek temporalnya.
h. V.H. Galbrait, K. Jaspers hanya merujuk
kepada masa lalu (The Past).
i.
Karl Marx dan Frederick Engels menulis (dengan merujuk
kepada pemahaman sejarah sebagai peristiwa masa lalu) bahwa sejarah hanyalah
aktivitas manusia yang berorientasi-tujuan (goal-oriented man), yang
mendukung definisi-definisi yang berpendapat bahwa sejarah adalah sesuatu yan
lebih dari hanya sekedar sains dari masa lalu (science of the past).
j.
Voltaire, sejarah adalah suatu narasi fakta-fakta yang
diterima sebaga sesuatu yang benar, yang berbeda dengan fable, yaitu narasi
fakta-fakta yang tidak benar atau fiktif.
k. James Harvey Robinson, sejarah dalam arti
kata yang luas adalah semua yang kita ketahui tentang setiap hal yang pernah
manusia lakukan, atau pikrkan atau rasakan.
l.
Richard J. Evans, sejarah sebagian terbesar dapat dilihat sebaai sebuah sains, sebuah batang
tubuh pengetahuan yang terorganisasi yan diperoleh melalui penelitian yang
dilaksanakan sesuai dengan metode-metode yang disepakati umum, dipresentasikan
dalam laporan-laporan yang dipublikasikan, dan menjadi pokok yang direfiew oleh
pakar mitra.
m. Hayden White, sejarah ialah, suatu wacana
naratif yang isinya diimajinasikan/diciptakan sebanyak yang ditemukan.
[1] Topolski (1956, 44-45) seperti dikutip oleh Helius
Sjamsudin. Metodologi Sejarah. 2012. Ombak. Yogyakarta. Hal: 1-6.
[2] Kartodirdjo, Sartono. 2014. Pendekatan Ilmu
Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Ombak. Yogyakarta. Hal: 16-17.
[3] Tamburaka, Rustam E. 1999. Pengantar ilmu
sejarah teori filsafat sejarah sejarah filsafat & iptek. Jakarta.
Pt. Rineka Cipta. Hal: 4.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar