Selasa, 17 Mei 2016

PENGERTIAN SEJARAH



A.    SEJARAH
Istilah Sejarah.
Dalam bahasa Inggris sejarah disebut “history”. Secara etimologis kata ini berasal dari bahasa yunani historia yang berarti: inkuiri (inquiry), wawancara (interview), interoasi dari seorang saksi mata, dan juga laporan mengenai hasil-hasil tindakan itu. Seorang saksi (witness), seorang hakim (judge), seorang yang tahu.(Topolski 1956: 46-47).  F. Muller seperti dikutip oleh Topolski. Menunjukkan bahwa dalam teks-teks yunani kuno stilah historia mempunyai tiga arti: [1] penelitian (research) dan laporan tentang penelitian itu, [2] cerita puitis dan [3] suatu deskripsi yang persis tentang fakta-fakta. (topolski, 44-45).
Dari yunani, istilah historia masuk ke bahasa-bahasa lain, terutama melalui perantaraan bahasa latin. Dalam dalam proses selanjutnya terjadi makna yang lebih persis yang digunakan sampai sekarang yakni: hstory, historie, storia, istoria, historia. Dalam bahasa latin klasik, historia maknanya masih tetap dalam bahasa yunani, sehingga tekanan diletakkan pada pengamatan langsung (direct observation), penelitian (research), dan laporan-laporan hasilnya. Sejarawan tacitus (69-96) menggunakan istilah untuk judul bukunya historiae untuk laporan-laporannya mengenai periode yang lebih awal (14-68 M) diberinya judul Annals.
Selanjutnya dalam periode rennisance konsep history atau geschicte menghubungkan dua kecenderunan dasar dalam perhatian manusia mengenai peristiwa-peristiwa masa lalu. Salah satu diantaranya ditandai dengan element narasi yang berkembang atas dasar Mythography (penulisan mitos) dan Zeigeschichte, Gesta, Vitae, dan sejarah “suc” atau semacamnyadari abad pertengahan.[1]
Menurut Prof. Sartono Kartodirdjo Pada umumnya orang memakai Istilah sejarah untuk menunjuk Cerita sejarah, pengetahuan sejarah, gambaran sejarah, yan kesemuanya itu sebenarnya adalah sejarah dalam arti subjektif. Disebut subjektif tidak lain karena sejarah memuat unsur-unsur dan isi subjek (pengarang, penulis). Baik pengetahuan ataupun gambaran sejarah adalah hasil penggambaran atau rekonstruksi dari pengarang, maka mau tak mau memuat sifat-sifatnya, gaya ahasanya, struktur pemkirannya, pandangannya, dan lain sebagainya.
Dalam arti subjektif adalah suatu konstruk, ialah bangunan yang disusun penulis sebagai suatu uraian atau cerita. Uraian atau cerita itu merupakan suatu kesatuan atau unit yan mencakup fakta-fakta terangkaikan untuk menggambarkan suatu gejalah sejarah, baik proses maupun strukter. Kesatuan itu menunjukkan koherensi, artinya pelbagai unsur bertalian satu sama lain dan merupakan satu kesatuan. Fungsi unsur-unsur itu saling menopang dan saling tergantung satu sama lain. Sejarah dalam arti objektif menunjuk kepada kejadian peristiwa itu sendiri, ialah proses sejarah dalam aktualitasnya. Kejadian itu sekali terjadi tidak dapat di ulang atau terulang lagi.
Pengertian lain dari sejarah adalah, sejarah merupakan sebagai cerita atau narrative tentang peristiwa di masa lampau, yang kecuali mengungkapka fakta mengenai apa, siapa, kapan, dan di mana, juga menerangkan bagaimana sesuatu telah terjadi.[2]
Setelah kebudayaan barat masuk ke Indonesia yang membawa istilah-istilah yang ekuivalen dengan sejarah, yaitu history (ingris), geschiedenis (belanda), geschichte (jerman). Yang dapat diartiakan dalam tiga pengertian yaitu kejadian-kejadian, peristiwa seluruhnya ang berhubungan dengan Negara, manusia, benda, dan sebagainya. Atau bisa juga disingkat yaitu seluruh perubahan yan nyata di dalam diri manusiasekitar kita. Pengertian selanjutnya adalah cerita yang tersusun secara sistematis dari kejadian-kejadian dan peristiwa umum serta ilmu yang bertugas menyelidiki perkembangan Negara, peristiwa-peristiwa dan kejadian di masa lampau. Pelajaran ilmu pengetahuan.
 R. Moh. Ali dalam pengantar ilmu sejarah Indonesia dengan singkat menegaskan , bahwa sejarah mengandung arti yang mengacu pada:
1.      sejumlah perubahan-perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa dalam kenyataan sekitar kita.
2.      Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang merupakan realitas tersebut.
3.      Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwa yang merupakan realitas tersebut. (R. Moh. Ali 1965: 7-8).[3]

Dalam historiografi tradisional Nusantara, kita kenal dengan sejumlah istilah seperti babad, seratkanda, sejarah, cerita, wawacan, hikayat, tutur, silsilah, cerita-cerita manurung (Soedjatmoko, ed., 1965). Semuanya naratif dalam bentuk prosa maupun puisi (syair). Istilah sejarah berasal dari kata arab syajaratun yang artinya “pohon” yang mirip pengertiannya sama dengan salasilah (salsilah, silsilah) yang artinya pohon keluarga.(family tree, stamboom), kemudian diadopsi menjadi sejarah yang akhirnya digunakan secara umum yang sama maksudnya denan istilah History sebagai hasil dari sebuah penelitian ilmiah dalam bahasa Inggris, atau Historie dalam bahasa Prancis, Geschiedenis dalam bahasa Belanda, Geschichte dalam bahasa Jerman.[4]

Sejarah Menurut Pakar Internasional .[5]
a.      E. Bernheim mengatakan bahwa sejarah adalah suatu sains mengenai perkembangan kemanusiaan.
b.      R.G. Collingwood menyatakan bahwa sejarah adalah mengenai tindakan-tindakan manusia pada masa lalu.
c.       J. Hizuinga merumuskan ide yang sama sehingga ia menganggap sejarah sebagai bentuk intelektual di masa suatu peradaban menceritakan dirinya sendiri mengenai masa lalunya.
d.      R. Aron, mengungkapkan sejarah adalah kajian tentang masa lalu manusia.
e.       Marc Bloch menunjukkan aktivitas-aktivitas manusia pada masa lalu.
f.       Lucien Febvre, menekankan bahwa sejarah adalah mengkaji bukan orang, manusia (man), melainkan masyarakat-masyarakat manusia (human societies), dengan kelompok-kelompok terorganisasi (organized group).
g.      E. Callot memberikan pengertian sejarah adalah suatu sains deskriptif yang mengkaji suatu masyarakat tertentu secara keseluruhan dalam aspek temporalnya.
h.      V.H. Galbrait, K. Jaspers hanya merujuk kepada masa lalu (The Past).
i.        Karl Marx dan Frederick Engels menulis (dengan merujuk kepada pemahaman sejarah sebagai peristiwa masa lalu) bahwa sejarah hanyalah aktivitas manusia yang berorientasi-tujuan (goal-oriented man), yang mendukung definisi-definisi yang berpendapat bahwa sejarah adalah sesuatu yan lebih dari hanya sekedar sains dari masa lalu (science of the past).
j.        Voltaire, sejarah adalah suatu narasi fakta-fakta yang diterima sebaga sesuatu yang benar, yang berbeda dengan fable, yaitu narasi fakta-fakta yang tidak benar atau fiktif.
k.      James Harvey Robinson, sejarah dalam arti kata yang luas adalah semua yang kita ketahui tentang setiap hal yang pernah manusia lakukan, atau pikrkan atau rasakan.
l.        Richard J. Evans, sejarah sebagian terbesar dapat  dilihat sebaai sebuah sains, sebuah batang tubuh pengetahuan yang terorganisasi yan diperoleh melalui penelitian yang dilaksanakan sesuai dengan metode-metode yang disepakati umum, dipresentasikan dalam laporan-laporan yang dipublikasikan, dan menjadi pokok yang direfiew oleh pakar mitra.
m.    Hayden White, sejarah ialah, suatu wacana naratif yang isinya diimajinasikan/diciptakan sebanyak yang ditemukan.


[1] Topolski (1956, 44-45) seperti dikutip oleh Helius Sjamsudin. Metodologi Sejarah. 2012. Ombak. Yogyakarta. Hal:  1-6.
[2] Kartodirdjo, Sartono. 2014. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Ombak. Yogyakarta. Hal: 16-17.
[3] Tamburaka, Rustam E. 1999. Pengantar ilmu sejarah teori filsafat sejarah sejarah filsafat & iptek. Jakarta. Pt. Rineka Cipta. Hal: 4.
[4] Sjamsuddin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Ombak. Yogyakarta. Hal: 9.
[5] Sjamsuddin, helus. 2012. Metodologi Sejarah. Ombak. Yogyakarta. Hal: 7-8.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar