1.
Makna istilah riau dan konsep masyarakat
melayu riau.
Di angkat dari kata Rioh atau Riuh,
yang berarti ramai,Hiruk pikuk orang bekerja. Nama Riau yang berasal dari
penuturan orang melayu setempat, kabarnya ada hubungannya dengan peristiwa
didirikannnya negeri baru di sungai Carang, Untuk dijadikannya pusat kerajaan.
Hulu sungai inilah yang kemudian bernama Ulu Riau. Adapun peristiwa itu
kira-kira mempunyai teks sebagai berikut:
Tatkala perahu-perahu dagang yang
semula pergi ke makam Tuhid (ibu kota kerajaan johor) di perintahkan membawa
barang dagangannya ke sungai Carang di pulau Bintan (suatu tempat Sedang
didirikan negeri baru) di muara sungai itu mereka kehilangan arah. Bila
ditanyakan kepada awak-awak perahu yang hilir, “ dimana tempat orang-orang raja
mendirikan negeri ?” mendapat jawaban “Di sana di tempat yang rioh”, Sambil
mengisaratkan ke hulu sungai menjelang sampai ketempat yang di maksud jika di
tanya ke mana maksud mereka, selalu mereka jawab “mau ke rioh”
Berdasarkan beberapa keterangan di
atas maka nama Riau besar kemungkinan memang berasal dari penamaan rakyat
setempat, yaitu orang melayu yang hidup di daerah Bintan. Nama itu besar
kemungkinan telah mulai terkenal semenjak Raja kecik memindahkan pusat kerajaan
melayu dari johor ke ulu Riau pada tahun 1719. Setelah itu nama ini di pakai
sebagai salah satu negeri dari 4 negeri utama yang membentuk kerajaan Riau,
Linggar, Johor dan pahang,. Kemudian dengan perjanjian London 1824 antara
Belanda dengan Inggris, kerajaan ini terbelah dua. Belahan Johor - Pahang
berada di bawah pengaruh Inggris, sedangkan belahan Riau - Lingga berada di
bawah pengaruh Belanda. Dalam zaman penjajahan Belanda (1905 - 1942), nama Riau
dipakai untuk nama sebuah keresidenan, yang daerahnya meliputi Kepulauan Riau
serta pesisir Timur Sumatera bagian tengah.
Belahan Johor, Pahang berada di
bawah pengaruh Inggris,Sedangkan belahan Riau-Lingga berada dibawah pengaruh
Belanda. Dalam Zaman Penjajahan belanda 1905-1942 nama Riau di pakai untuk
sebuah keresidenan yang daerahnya meliputi kepulauan Riau serta Pesisir timur
sumatera bagian tengah. Demikian juga dalam zaman Jepang relatif masih di
pertahankan. Setelah propinsi Riau terbentuk tahun 1958, Maka nama itu di
samping di pergunakan pula untuk nama sebuah propinsi yang penduduknya dewasa
itu sebagian besar terdiri dari orang melayu.
Propinsi Riau yang di diami oleh
sebagian puak Melayu dewasa ini masih dapat di telusuri ke belakang,Mempunyai
suatu perjalanan yang cukup panjang. Riau yang daerahnya meliputi Kepulauan
Riau sampai Pulau tujuh dilaut Cina selatan lalu kedaratan Sumatera meliputi
daerah aliran sungai dari Rokan sampai Kuantan dan Inderagiri.
Sebenarnya juga telah pernah di
rintis oleh sang Sapurba, seorang diantara raja-raja Melayu yang masih punya
kerinduan terhadap kebesaran Melayu sejak dari Sri Wijaya sampai Malaka.
Seperti di ceritakan dalam sejarah Melayu (Sulalatus Salatin) dalam cerita yang
kedua, sang Sapurba telah mencoba menyatukan daerah Bintan (kepulauan Riau)
dengan Kuantan di belahan daratan Sumatera. Kemudian Raja Kecil juga punya
ambisi untuk menyatukan daerah Selat Melaka itu dengan Siak di belahan
Sumatera. Yang terakhir Raja Haji Fisabilillah mencoba menyatukan daerah
kepulauan Riau dengan Inderagiri, Diantaranya Pekan Lais.
Sejarah di Riau terkait erat dengan Kerajaan Sriwijaya.
Sejumlah ahli sejarah berpendapat bahwa kerajaan ini berpusat di Palembang
karena disana ditemukan prasasti peninggalan Sriwijaya. Beberapa ahli sejarah
lain mengatakan bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya adalah di Muaratakus (Riau).
Masa kajayaan Kerajaan Sriwijaya adalah antara abad ke 11 sampai abad ke 12.
ketika itu kekuasaan Kerajaan Sriwijaya meliputi eluruh wilayah Indonesia
bagian barat dan seluruh Semenanjung Melayu.
Pasca keruntuhan Kerajaan
Sriwijaya, di Riau muncul beberapa kerajaan. Salah satu kerajaan besar adalah
Kerajaan Malaka yang didirikan oleh Prameswara pada awal abad ke 14. Kerajaan
Malaka mencapai puncak kejayaannya pada era pemerintahan Sultan Muhammad
Iskandar Syah pada awal abad ke 15. Kejayaan Malaka ini tidak lepas dari peran
panglima angkatan lautnya, yaitu, Laksamana Hang Tuah.
Secara etimologis kata “Riau” berasal dari kata “Rio” (Bahasa Portugis)
yang berarti “sungai”. Misalnya Rio de Janairo artinya Sungai Januari. Di pulau
Bintan ada sebuah sungai yang bernama Rio, yaitu sungai Rio. Dari kata Rio ini
berubah menjadi Riau. Orang Belanda
menulis kata Riau ini dengan “Riouw” dan sekarang dikenal tulisan Riouw dengan
perkataan Riau saja.
Lafalz atau ucapan sehari-hari masyarakat sekitar, seperti Ucapan
sehari-hari dalam masyarakat Siak dikenal kata “meriau” yang artinya musim ikan
bermain-main, di Kuantan meriau dimaksudkan suatu cara mengumpulkan ikan pada
suatu tempat untuk mudah ditangkap dalam jumlah besar. Dari meriau ini berubah
menjadi kata Riau. Disamping itu dalam
masyarakat Riau Kepulauan, dikenal pula kata “Rioh”. Kata Rioh berarti suara
yang ramai di pusat kerajaan Melayu Riau. Pusat kerajaan itu terletak di
sebelah hulu sungai Carang yang ramai suaranya karena kesibukan perdagangan
yang keluar masuk pusat kota. Pusat perdagangan itu dikenal dengan nama “Bandar
Rioh” yang didirikan oleh Sultan Ibrahim Syah (1671-1682) dalam Kemaharajaan Melayu.
Bila dihubungkan pengertian Rio yang artinya sungai dengan kata Rioh yang
artinya suara yang ramai, terdapat suatu pengertian yang hampir sama. Sungai
Riau ini terletak pada arus lalu lintas perdagangan internasional di Selat
Malaka.
Mungkin berasal dari tokoh Sinbad al-Bahar dalam kitab Alfu Laila Wa
Laila (Seribu Satu Malam) yang menyebut riahi, yang berarti air atau laut.
Dalam zaman penjajahan Belanda 1905 - 1942 nama riau dipakai untuk nama
sebuah keresidenan, yang daerahnya meliputi Kepulauan Riau serta pesisir Timur
Sumatera bagian tengah.
2.
Sejarah Kerajaan Kandis
Kerajaan kandis tidak diketahui
secara pasti kaan berdirinya kerajaan ini. Yang bisa dipastikan kerajaan ini
memang betul-betul ada dan merupakan kerajaan tua yang keberadaanya mendahului
kerajaan kuantan. Dalam kitab Negara kertagama terdapat nama-nama daerah di
sumatera yang termasuk dalam wilayah kekuasaan kerajaan madjapahit, kandis
merupakan salah satu daerah yang disebut. Derah-daerah lainnya yang disebut dan
sekarang termasuk ke dalam provinsi riau adalah keritang (indra giri
hilir),Siak, Kampar dan Rokan.
Dari segi lokasi ternyata
kerajaan-kerajaan ini berada di di sepanjang aliran sungai-sungai besar yang
melalui daerah riau ini. Selain dari catatan Negara kertagama, bukti keberadaan
kerajaan kandis ini dapat diketahui dari cerita-cerita rakyat.
Ibu kota kerajaan kandis
diperkirakan berada di desa yang sekarang dinamakan desa Padang Candi. Suatu
tempat di pinggir batang kuantan, di seberang lubuk Jambi. Desa tersebut
dinamakan padang candi karena berkaitan dengan keberadaan kerajaan kandis pada
masa dahulu. Di desa tersebut masih bisa ditemukan situs-situs atau puing-puing
bangunan dari batu bata kuno. Namun reruntuhan tersebut hampir tidak berentuk
lagi karena bangunannya sudah rata dengan tanah. Diduga gundukan batu bata
tersebut merupakan candi pemujaan terhadap leluhur atauun dewa. Oleh karena itu
desa tersebut dinmakan dengan desa padang candi.
Kandis merupakan sebuah kerajaan
yang berdiri sendiri karena daerahnya memang subur dan menghasilkan
rempah-rempah seperti lada. Tidak banyak yang dapat diketahui tentang kerajaan
kandis ini, apalagi setelah kerajaan kandis ini dikalahkan oleh kerajaan jambi.
Berkaitan dengan nama desa lubuk jambi, konon nama ini memiliki kaitan dengan
peristiwa penyerangan kerajaan jambi ke kerajaan kandis. Ketika itu kerajaan
jambi melabuhkan perahunya di suatu lubuk (bagian sungai yang paling dalam) dan
menjadikan lubuk tersebut sebagai pangkalan militer oleh kerajaan jambi untuk
menyerang kerajaan kandis. Selanjutnya lubuk tersebut dinamakan dengan lubuk
jambi. Namun tidak diketahui dengan pasti kapan penyerangan itu terjadi.
Memang serangan jambi tersebut
telah meruntuhkan kerajaan kandis, namun kerajaan kandis tidak lenyap begitu
saja, karena kemudian muncul kerajaan kuantan menggantikan kerajaan kandis yang
telah hancur. Cerita ini tergambar dalam pantun yang masih dikenal dikalangan
masyarakat kuantan, yaitu pantun kandis-kuantan. Dalam pantun itu tergambar
bahwa setelah kerajaan kandis runtuh,kerajaan kuantan menggantikannya.
3.
Perjuangan raja haji fisabilillah
Raja Haji Fisabililah atau dikenal
juga sebagai Raja Haji marhum Teluk Ketapang adalah Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga-Johor-Pahang
IV. Ia terkenal dalam melawan pemerintahan Belanda dan berhasil membangun pulau
Biram Dewa di sungai Riau Lama. Karena keberaniannya, Raja Haji Fisabililah
juga dijuluki (dipanggil) sebagai Pangeran Sutawijaya (Panembahan Senopati) di
Jambi. Ia gugur pada saat melakukan penyerangan pangkalan maritim Belanda di
Teluk Ketapang (Melaka) pada tahun 1784. Jenazahnya dipindahkan dari makam di
Melaka (Malaysia) ke Pulau Penyengat oleh Raja Ja'afar (putra mahkotanya pada
saat memerintah sebagai Yang Dipertuan Muda).
RajaHaji-Yang Dipertuan Muda Riau
IV-adalah pahlawan Melayu yang amat termashur.Beliau berperang melawan penjajah
Belanda sejak berusia muda sampai akhirhayatnya dalam peperangan hebat di Tetuk
Ketapang tahun 1784. Raja Haji Ibni Opu Daeng Cellak, Yang Dipertuan MudaRiau
Ke-4 merupakan peneroka pertama orang Melayu yang menggunakan peralatan moden
dalam ilmu pelayaran dan geografi.
Sejarah merekam peristiwa
pengepungan Raja Haji pada tanggal 13 Februari 1784. Pasukan itu merupakan
gabungan Riau, Asahan, Siak, Batu Bahara, Indragiri, Jambi (pesisir Sumatra)
ditambah pasukan dari Selangor, Naning, Rembau (pesisir Kalimantan), semua
pasukan dikomando oleh Yang Dipertuan Muda Raja Haji. Dia lah yang mendarat di Teluk Ketapang dan dalam tempo
singkat langsung merangsek ke gerbang kota. Teluk Ketapang berada sekitar 15
kilometer sebelah selatan kota Malaka.
Saat itu VOC tengah sibuk
menghadapi perlawanan serupa di Jawa dan Maluku dan mereka telah kalah dalam
suatu pertempuran Riau beberapa waktu sebelumnya. Pertempuran Riau dipimpin
oleh Raja Haji Kelana. Ketika perang ini berkecamuk, Raja Haji masih diberi
pangkat Kelana, karena saat itu usianya masih terlalu muda untuk jabatan Yang
Dipertuan Muda. Tetapi jabatan Kelana tidaklah ringan, ia menjaga semua
perairan pesisir Sumatra. Petualangannya di laut inilah yang menjadikan Raja
Haji banyak berhubungan dan disukai oleh Jambi, Selangor, Asahan dan
negeri-negeri di pesisir Sumatra dan Kalimantan.
Raja Haji mendapatkan gelar
Pangeran Sutawijaya dari negeri Jambi, mempersunting anak Raja Asahan,
membangun kota perdagangan baru di Kuala
Cinaku dan Pekan Lais di negeri Indragiri. Di Selangor, ia mengangkat Raja Lumu menjadi Sultan. Di
Pontianak, ia mengangkat Syarif Abdul Rahman sebagai Sultan pertama (hal 11).
Dukungan dan gabungan kekuatan armada untuk menyerang VOC diperoleh dari
negeri-negeri ini. Dari negeri-negeri Jawa ia baru sempat berkirim surat,
blokade perairan Riau kala itu tidak berhasil menembuskan misi pembentukan
persekutuan ke daerah yang lebih luas.
Sumber dari Belanda, RO Winstedt,
menyebut jumlah pasukan penyergap kota Melaka ‘thousand warriors’ dan ‘three hundred women’(hal 43). Kalkulasi
jumlah yang sulit diperkirakan. Dalam
versi Tuhfat al Nafis yang ditulis oleh Raja Ali Haji, Yang Dipertuan Muda Raja Haji sadar bahwa
penyerangan tersebut akan memakan waktu lama, sehingga para pemimpin pasukan
membawa serta anak dan istri mereka. Rupanya jumlah 300 wanita yang dimaksud
Winstedt samadengan jumlah pemimpin pasukan penyerangan itu.
Raja Haji memang pernah mengalami
kekalahan di medan perang, pahanya terluka hingga ia harus didukung untuk
keluar dari medan tempur. Kelak luka paha itulah yang digunakan Belanda untuk
mengindentifikasi jenazahnya pada perang Teluk Ketapang.
Kegagahan Raja Haji melawan VOC
merupakan kronik sejarah perlawanan raja-raja di nusantara melawan dominasi
Belanda. Pada tahun 1997, pemerintah Indonesia menyematkan gelar Pahlawan
Nasional. Nama belakang “fisabilillah”
merupakan nama tambahan yang diberikan padanya karena syahid di medan tempur.
Ya, ajalnya dijemput dengan cara syahid, ia menunggung kuda dalam keadaan
sakit, tangan kanan memegang keris, tangan kirinya mengenggam buku Dalil
Khairat, saat itulah berdesing peluru menebus dadanya, ia pun jatuh tersungkur
lalu jasadnya dilarikan ke hutan oleh anak buahnya. Hari itu 18 Juni 1874, sang Hannibal dari
Riau tumbang membela kemerdekaan tanah kelahirannya. Dan pada tanggal 26 Juni, kapal Dolphijn yang
membawa jenazah Raja Haji dari Melaka ke Batavia terbakar habis. Maka satu gelar traumatik disematkan pada
Pangeran Sutawijaya, dia disebut dengan gelar baru ‘Raja Api’
Dihitung semenjak pendataran di Teluk Ketapang
tanggal 13 Februari 1784 dan gugurnya sang komando “Bulang Linggi”, setidaknya
terentang 4 bulan berkecamuk perang. Saat di ujung tanduk, Pasukan negeri
Belanda yang datang untuk menghukum Pangeran Nuku dari Maluku tiba di Malaka, itulah ikhwal rontoknya
pasukan sang Raja Api.
Keberaniannya menolak bersekutu
dengan VOC untuk melawan Inggris patut dijadikan tauladan pemimpin masa kini.
Ia menolak kemewahan diri yang ditawarkan VOC demi kemerdekaan negerinya.
Raja Haji Fisabililah atau dikenal
juga sebagai Raja Haji marhum Teluk Ketapang adalah Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga-Johor-Pahang
IV. Ia terkenal dalam melawan pemerintahan Belanda dan berhasil membangun pulau
Biram Dewa di sungai Riau Lama. Karena keberaniannya, Raja Haji Fisabililah
juga dijuluki (dipanggil) sebagai Pangeran Sutawijaya (Panembahan Senopati) di
Jambi. Ia gugur pada saat melakukan penyerangan pangkalan maritim Belanda di
Teluk Ketapang (Melaka) pada tahun 1784. Jenazahnya dipindahkan dari makam di
Melaka (Malaysia) ke Pulau Penyengat oleh Raja Ja'afar (putra mahkotanya pada
saat memerintah sebagai Yang Dipertuan Muda).
Sewaktu pemerintahan Sultan Ibrahim
Selangor telah terjadi konflik antara Belanda di Malaka dengan Raja
Haji.Konflik ini adalah bermula bila terjadinya peristiwa dimana pada 1782
Gubernur VOC di MAlaka (Pieter Gerurdus De Bruijn ) telah mengarahkan Seorang
Kapten Perancis (Mathurin Barbaron )menawan sebuah kapal INGGRIS yang berlabuh
di perairan Pulau Bayan dalam kawasan Johor-Riau. Kapal INGGRIS itu adalah
bernama Betsy yang diketuai oleh Kapten Robert Gaddes dan membawa 1254 peti
candu. Bila kapal ini berjaya dirampas maka muatannya telah dijual lalu
hasilnya di bagi antara Belanda dan Kapten Perancis sahaja.Setelah Raja Haji
mengetahui mengenai hal ini maka ia telah menuntut bahagiannya kerana menurut
perjanjian antara Johor dan Belanda mana-mana rampasan yang dibuat oleh Belanda
dalam perairan Johor hendaklah di bagi dua.Walaubagaimana pun Gubernur Belanda
mencoba berdalih dengan menghantar seorang kapitan Melayu Dan pegawai Belanda
Untuk membuat perundingan di Muar denganRaja Haji.Namun perundingan ini telah
gagal kerana belanda tetapi mengatakan bahawa Raja Haji tetap tidak berhak dan
Raja Haji berkeras Mahukan bahagiannya.AkhirnyaRaja Haji menjadi marah lalu
memulangkan surat perjanjian kepada belanda danselepas itu beliau telah menjadi
musuh utama belanda dengan menyerang kapal perdagangan di Selat Melaka untuk
mengangu perdagangan Belanda. Belanda telah bertindak balas di mana Belanda
telah menghantar satuangkatan perang menyerang Raiu dengan kekuatan 6 buah
kapal dan 910 askar.Angkatan ini telah diketuai oleh Togar Aboe .Walaubagaimana
pun amngkatan initelah gagal menawan Riau kerana tentangan yang hebat daripada
Raja Haji. sept1782 Belanda telah menghantar bantuan dengan menghantar 7 buah
kapal dengan 594anak kapal namun masih gagal menawan Riau. Akhir 1782 Belanda
sekali lagimenghantar bantuan untuk menyerang Riau sebanyak 17 kapal kecil dan
600askar. Angkatan ini adalah diketuai oleh Kapal Malakka's Welvaran .Dengan
penghantaran bantuan ini angkatan Belanda Ingin melancarkan serangan
besar-besaran keatas Riau. Peperangan ini telah sampai kepengetahuan Sultan
Ibrahim Selangor.Baginda merasakan bahawa ia perlu membantu Raja Haji dengan
melancarkan serangan keMelaka. Baginda dan adiknya Raja Nala telah bergerak ke
Rembau untuk berundingdengan penghulu di sana. Akhirnya penghulu Rembau
bersetuju untuk membantu baginda. Angkatan Selangor dan Rembau telah mara ke
Melaka Hingga berjaya memusnahkan sepanjang kawasan dari Sungai Baru hingga ke
Batang tiga. Bagindapun mendirikan kubu di Batang Tiga .Setelah berjaya mendirikan
kubunya di Batang Tiga, Sultan Ibrahim berserta 30 hulubalang telah bertolak ke
Riau untuk menemui Raja Haji pada Febuari 1784. Sewaktu di Riau baginda telah
memujuk RajaHaji untuk Bersama-sama serang Melaka. Walaupun ada para pembesar
tidak mahu Raja Haji tidak turut sama namun Raja Haji tetap berkeras untuk
pergi atas alasan bahawa anak saudaranya sendiri yang datang menjemput, pihak
Selangor dan Rembau sedang menyabung nyawa menentang Belanda di Melaka dan
perjuangan ini adalah untuk menentang orang Kafir (fisabililah ).
Akhirnya pada 13 Febuari 1784 Raja
Haji telah berangkat ke Malaka untuk membantu pasukan Selangor dan Rembau.
Beliau telah mendirikan kubu pertahanan di Tanjung Palas untuk menghadapi
Belanda. 25 febuari 1784 angkatan Bugis menyerang dan menawan Punggur, duyung,
Ujung pasir, Bunga raya, Bandar hilir, Bukit Cina dan Tanjung keling. VOC di
Malaka telah meminta bantuan daripada Batavia. Pada 1 Jun1784, bantuan daripada
Batavia telah tiba yang di kepalai oleh Jacob PieterVan Braam yang terdiri
daripada 6 buah kapal besar dan beberapa kapal kecil beserta 2130 tentera.
Dengan kehadiran bantuan ini maka kubu Raja Haji dan Sultan Ibrahim telah di
bombardir dengan hebatnya. Pada18 Jun 1784 seramai 734 askar Belanda telah
mendarat di Teluk Ketapang menyebabkan terjadinya petempuran sengit antara
pasukan Raja Haji dengan Belanda.Dalam keadaan begini Raja Haji telah berjuang
dengan hebatnya namun akhirnya sebuah peluru telah mengenai tubuhnya. dengan
terbunuhnya Raja Haji ini maka pasukan Johor dan Selangor telahkembali ke
tempat masing-masing.
4.
Peta provinsi riau dengan seluruh
kabupaten serta batas-batas wilayahnya!
Provinsi riau merupakan salah satu
rovinsi yang memiliki sejarah panjang mulai dari sebelum kedatangan bangsa
eropa di Riau, peradaban di negeri ini sudah berkembang dengan system
perdagangan dan kelutannya. Pada pasca kemerdekaan provinsi riau termasuk ke
dalam Negara kesatuan republic Indonesia. Meskipun pada masa lalunya yang
termasuk wilayah riau adalah kepulauan riau, singapura yang sekarang sudah
menjadi Negara serta johor yang merupakan bagian dari Malaysia atau Negara
Malaysia sekarang. Oleh karena itulah riau memiliki salah satu sejarah yang
panjang dan sangat menrik untuk dipelajari. Terutama dalam mata kuliah sejarah
Riau. Adadapun pembagian administtrasi dalam provinsi riau yang tercatat dalam
kementrian republic Indonesia terdiri dari 10 kabupaten dan 1ibu kota provinso dan
1 kota madya. Adapun pembagian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kabupaten bengkalis
Kabupaten Bengkalis adalah salah
satu kabupaten di Provinsi Riau, Indonesia. Wilayahnya mencakup daratan bagian
timur pulau Sumatera dan wilayah kepulauan, dengan luas adalah 7.793,93 km².
Ibukota kabupaten ini berada di Bengkalis tepatnya berada di Pulau Bengkalis yang
terpisah dari Pulau Sumatera. Pulau Bengkalis sendiri berada tepat di muara
sungai Siak, sehingga dikatakan bahwa pulau Bengkalis adalah delta sungai Siak.
Kota terbesar di kabupaten ini adalah kota Duri di kecamatan Mandau.
Penghasilan terbesar Kabupaten
Bengkalis adalah minyak bumi yang menjadi sumber terbesar APBD-nya bersama
dengan gas.
Kabupaten Bengkalis mempunyai letak
yang sangat strategis, karena dilalui oleh jalur perkapalan internasional
menuju ke Selat Malaka. Bengkalis juga termasuk dalam salah satu program
Indonesia Malaysia Singapore Growbth Triangle (IMS-GT) dan Indonesia Malaysia
Thailand Growth Triangle (IMT-GT).
Kabupaten Bengkalis terletak di
sebelah timur Pulau Sumatera yang mencakup area seluas 7.793,93 Km² dengan
batas sebagai berikut ]:
Utara: Selat Malaka
Selatan: Kabupaten Siak
Barat: Kota Dumai, Kabupaten Rokan
Hilir dan Kabupaten Rokan Hulu
Timur: Kabupaten Kepulauan Meranti
dan Kabupaten Karimun
Bengkalis merupakan daerah dataran
rendah dengan ketinggian rata-rata sekitar 2-6,1 m dari permukaan laut.
Sebagian besar merupakan tanah organosol, yaitu jenis tanah yang banyak
mengandung bahan organik. Di daerah ini juga terdapat beberapa sungai, tasik
(danau) serta 24 Pulau besar dan kecil. Beberapa di antara pulau besar itu adalah
Pulau Rupat (1.524,84 km²) dan Pulau Bengkalis (938,40 km²).
Bengkalis mempunyai iklim tropis
yang sangat dipengaruhi oleh iklim laut dengan temperatur 26 °C – 32 °C. Musim
hujan biasa terjadi sekitar bulan September – Januari dengan curah hujan
rata-rata berkisar antara 809 - 4.078 mm/tahun. Periode musim kering (musim
kemarau) biasanya terjadi antara bulan Februari hingga Agustus
2. Kabupaten Indragiri hilir
Batas wilayah:
Utara: Kabupaten Pelalawan
Selatan: Kab. Tanjung Jabung, Prov.
Jambi.
Barat: Kabupaten Indragiri Hulu
Timur: Propinsi Kepulauan Riau
Sejarah
Untuk melihat latar belakang
sejarah berdirinya Kabupaten Indragiri Hilir sebagai salah satu daerah otonom,
dapat ditinjau dalam dua periode, yaitu periode sebelum kemerdekaan dan periode
sesudah kemerdekaan Republik Indonesia.
1.
Periode Sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia
a.
Kerajaan Keritang
Kerajaan ini didirikan sekitar awal
abad ke-6 yang berlokasi di wilayah Kecamatan Keritang sekarang. Seni budayanya
banyak dipengaruhi oleh agama Hindu, sebagaimana terlihat pada arsitektur
bangunan istana yang terkenal dengan sebutan Puri Tujuh (Pintu Tujuh) atau
Kedaton Gunung Tujuh. Peninggalan kerajaan ini yang masih dapat dilihat hanya
berupa puing.
b.
Kerajaan Kemuning
Kerajaan ini didirikan oleh raja
Singapura ke-V yang bergelar Raja Sampu atau Raja Iskandarsyah Zulkarnain yang
lebih dikenal dengan nama Prameswara. Pada tahun 1231 telah diangkat seorang
raja muda yang bergelar Datuk Setiadiraja. Letak kerajaan ini diperkirakan
berada di Desa Kemuning Tua dan Desa Kemuning Muda. Bukti-bukti peninggalan
kerajaan ini adalah ditemukannya selembar besluit dengan cap stempel kerajaan,
bendera dan pedang kerajaan.
c.
Kerajaan Batin Enam Suku
Pada tahun 1260, di daerah
Indragiri Hilir bagian utara, yaitu di daerah Gaung Anak Serka, Batang Tuaka,
Mandah dan Guntung dikuasai oleh raja-raja kecil bekas penguasa kerajaan
Bintan, yang karena perpecahan sebagian menyebar ke daerah tersebut.
Diantaranya terdapat Enam Batin (Kepala Suku) yang terkenal dengan sebutan
Batin Nan Enam Suku, yakni :
Suku Raja Asal di daerah Gaung.
Suku Raja Rubiah di daerah Gaung
Suku Nek Gewang di daerah Anak
Serka.
Suku Raja Mafait di daerah
Guntung.
Suku Datuk Kelambai di daerah
Mandah.
Suku Datuk Miskin di daerah Batang
Tuaka
d. Kerajaan Indragiri
Kerajaan Indragiri diperkirakan
berdiri tahun 1298 dengan raja pertama bergelar Raja Merlang I berkedudukan di
Malaka. Demikian pula dengan penggantinya Raja Narasinga I dan Raja Merlang II,
tetap berkedudukan di Malaka. Sedangkan untuk urusan sehari-hari dilaksanakan
oleh Datuk Patih atau Perdana Menteri. pada tahun 1473, waktu Raja Narasinga II
yang bergelar Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin Iskandarsyah Johan Zirullah
Fil Alam ( Sultan Indragiri IV ), beliau menetap di ibu kota kerajaan yang
berlokasi di Pekan Tua sekarang.
Pada tahun 1815, dibawah Sultan
Ibrahim, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Rengat. dalam masa pemerintahan
Sultan Ibrahim ini, Belanda mulai campur tangan terhadap kerajaan dengan
mengangkat Sultan Muda yang berkedudukan di Peranap dengan batas wilayah ke
Hilir sampai dengan batas Japura.
Selanjutnya, pada masa pemerintahan
Sultan Isa, berdatanganlah orang - orang dari suku Banjar dan suku Bugis
sebagai akibat kurang amannya daerah asal mereka. Khusus untuk suku Banjar,
perpindahannya akibat dihapuskannya Kerajaan Banjar oleh Gubernement pada tahun
1859 sehingga terjadi peperangan sampai tahun 1963.
e. Masa Penjajahan Belanda
Dengan adanya tractaat Van
Vrindchaap ( perjanjian perdamaian dan persahabatan ) tanggal 27 September 1938
antara Kerajaan Indragiri dengan Belanda, maka Kesultanan Indragiri menjadi
Zelfbestuur. berdasarkan ketentuan tersebut, di wilayah Indragiri Hilir
ditempatkan seorang Controlleur yang membawahi 6 daerah keamiran :
Amir Tembilahan di Tembilahan.
Amir Batang Tuaka di Sungai Luar.
Amir Tempuling di Sungai Salak.
Amir Mandah dan Gaung di Khairiah
Mandah.
Amir Enok di Enok.
Amir Reteh di Kotabaru
Controlleur memegang wewenang semua
jawatan, bahkan juga menjadi hakim di pengadilan wilayah ini sehingga
Zelfbestuur Kerajaan Indragiri terus dipersempit sampai dengan masuknya Jepang
tahun 1942.
f. Masa
Pendudukan Jepang
Balatentara Jepang memasuki
Indragiri Hilir pada tanggal 31 Maret 1942 melalui Singapura terus ke Rengat.
Tanggal 2 April 1942 Jepang menerima penyerahan tanpa syarat dari pihak Belanda
yang waktu itu dibawah Controlleur K. Ehling . Sebelum tentara Jepang mendarat
untuk pertama kalinya di daerah ini dikumandangkan lagu Indonesia Raya yang
dipelopori oleh Ibnu Abbas.
Pada masa pendudukan Jepang ini
Indragiri Hilir dikepalai oleh seorang Cun Cho yang berkedudukan di Tembilahan
dengan membawahi 5 Ku Cho, yaitu :
Ku Cho Tembilahan dan Tempuling di
Tembilahan.
Ku Cho Sungai Luar.
Ku Cho Enok.
Ku Cho Reteh.
Ku Cho Mandah.
Pemerintahan Jepang di Indragiri
Hilir sampai bulan Oktober 1945 selama lebih kurang 3,5 tahun.
3. Kabupaten Indragiri hulu
Batas wilayah:
Luas dan Letak Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Indragiri
Hulu meliputi 8.198.26 km² (819.826,0 Ha) yang terdiri dari daratan rendah,
daratan tinggi rawa-rawa dengan ketinggian 50-100m diatas permukaan laut.
Kabupaten Indragiri Hulu terletak di : 0°15’ Lintang Utara, 1°5’ Lintang Selatan, 101°10’ Bujur Timur, 102°48’ Bujur Barat
Batas Wilayah
Kabupaten Indragiri Hulu Berbatasan
dengan: :
Utara : kabupaten Pelalawan
Selatan : Kabupaten Bungo
Tebo(Propinsi Jambi)
Barat :
Kabupaten Kuantan Singingi
Timur :
Kabupaten Indragiri Hilir
Sejarah Kabupaten Indragiri Hulu
telah dimulai sejak Kerajaan Indragiri, hingga berlanjut sebelum zaman penjajahan Belanda, sebelum
kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Secara umum, berikut
ini beberapa penjelasan mengenai sejarah Kabupaten Indragiri Hulu
Ada beberapa priode pemerintahan
yang dilalui semenjak dari awal terbentuknya kabupaten indragiri hulu:
1. Periode
sebelum tahun
Zaman sebelum penjajahan kolonial
belanda
Zaman sebelum VOC Pemerintahan
kolonial belanda datang dan memerintah di indonesia daerah Indragiri Hulu dan
Teluk Kuantan merupakan Kerajaan. Kerajaan Indragiri diperintah oleh Raja atau
Sultan yang berkedudukan di Pekan Tua yang terletak sekitar 75 Km sebelah timur
kota rengat. Raja pertamanya adalah Raja Kocik Mambang alias Raja Melayu 1 yang
memerintah dari tahun 1298 sampai tahun 1337 dan raja terakhir yang memerintah
adalah Tengku Muhammad dengan gelar Sultan Muhammad Syeh.
Wilayah Kerajaan Indragiri pada
waktu itu meliputi Kabupaten Indragiri Hilir dan Kabupaten Indragiri Hulu
sekarang, kecuali Kecamatan Cerenti, Kuantan Hilir, Kuantan Tengah, Kuantan
Mudik yang merupakan bagian dari Kerajaan Kuantan sedangkan Kuantan Singingi
pada waktu itu termasuk wilayah I Kerajaan Siak.
Zaman Pemerintahaan Kolonial
BelandaSetelah VOC pada waktu itu daerah ini dikuasai oleh pemerintah Belanda
dengan nama Afdeling Indragiri yang pernah diperintah oleh seorang Afdeling
yang terdiri dari :
- Order Afdeling/ District Rengat
- Order Afdeling/ District
Tembilahan
- Order Afdeling/ District Teluk Kuantan
Order Afdeling ini dipakai oleh
seorang District Hoofd. Masing-masing District dibagi dalah 4 Order District
Hoofd atau disebut AMIR dalam wilayah kerajaan Indragiri. Karena luasnya wilayah dan sulitnya
komunikasi serta untuk memperlancar roda pemerintahahn daerah maka sultan mengangkar
beberapa AMIR yang sekarang Camat yaitu :
- Amir yang berkedudukan di
Kelayanguntuk Order District Pasir Penyu
- Amir yang berkedudukan di
Rengat untuk Order District Rengat
- Amir yang berkedudukan di sungai salak untuk Order District Tempuling
- Amir yan berkedudukan di Tembilahan
- Amir yang berkedudukan di Kateman.
Khusus untuk daerah Rantau Kuantan
dimana daerah ini tidak berada dibawah kekuasaan Sultan Indragiri. Daerah ini
diperintah oleh seorang citroleor yang berkedudukan di Teluk Kuantan dan
Kuantan merupakan daerah otonom sendiri yan disebut dengan Kuantan Distriction,
skerajaan yang hanya berkuasa memegang urusan adat, agama, pengadilan kecil dan
urusan rakyat.
Zaman Pemerintahan Jepang
Dengan kemenangan jepang dalam
perang Asia Timur Raya dan didudukinya Indonesia dan beralih kekeuasaan Jepang.
Dengan Indragiri pada waktu itu berada dibawah fasis Jepang, Pengauasaannya
pada waktu itu disebut Bunshiho (bupati) dan dibantu oleh Gusaibu (Fatih)
karena perpindahan Indragiri seakan-akan tidak ada lagi.
4. Kabupaten kuantan singingi
Kabupaten Kuantan Singingi
(Kuansing) adalah salah satu kabupaten di Provinsi Riau, Indonesia. Kabupaten
Kuansing disebut pula dengan rantau Kuantan atau sebagai daerah perantauan
orang-orang Minangkabau (Rantau nan Tigo Jurai).[4] Dalam kehidupan
sehari-hari, masyarakat Kuansing menggunakan adat istiadat serta bahasa
Minangkabau.[5] Kabupaten ini berada di bagian barat daya Provinsi Riau dan
merupakan pemekaran dari Kabupaten Indragiri Hulu.
Kabupaten Kuantan Singingi beriklim
tropis. Musim hujan berlangsung dari bulan September sampai bulan Februari dan
curah hujan tertinggi pada bulan Desember. Musim kemarau pada bulan Maret
sampai bulan Agustus.
Kabupaten Kuantan Singingi terdiri
dari dataran rendah dan dataran tinggi kira kira 400 m di atas permukaan laut.
Dataran tinggi di daerah ini cenderung berangin dan berbukit dengan
kecenderungan 5–300. Dataran tinggi berbukit mencapai ketinggian 400-800 m di
atas permukaan laut dan merupakan bagian dari jajaran Bukit Barisan.
Terdapat dua sungai besar yang
melintasi wilayah Kabupaten Kuantan Singingi yaitu Sungai Kuantan dan Sungai
Singingi. Peranan sungai tersebut sangat penting terutama sebagai sarana
transportasi, sumber air bersih, budi daya perikanan dan dapat dijadikan
sumberdaya buatan untuk mengahasilkan suplai listrik tenaga air. Daerah Aliran
Sungai (DAS) Sungai Kuantan mengaliri 9 (sembilan) kecamatan yaitu Kecamatan
Hulu Kuantan, Kecamatan Kuantan Mudik, Kecamatan Gunung Toar, Kecamatan Kuantan
Tengah, Kecamatan Benai, Kecamatan Pangean, Kecamatan Kuantan Hilir, Kecamatan
Inuman dan Kecamatan Cerenti.
Utara: Kabupaten Kampar dan
Kabupaten Pelalawan
Selatan: Jambi
Barat: Sumatera Barat
Timur: Kabupaten Indragiri Hulu
5. Kabupaten Kampar
Di samping julukan Bumi Sarimadu,
Kabupaten Kampar yang beribukota di Bangkinang ini juga dikenal dengan julukan
Serambi Mekkah di Provinsi Riau. Kabupaten ini memiliki luas 10.928,20 km² atau
12,26% dari luas Provinsi Riau dan berpenduduk ±688.204 jiwa (SP2010).
Kabupaten Kampar dengan luas lebih
kurang 27.908,32 km² merupakan daerah yang terletak antara 1°00’40” Lintang
Utara sampai 0°27’00” Lintang Selatan dan 100°28’30” – 101°14’30” Bujur
Timur.[6] Batas-batas daerah Kabupaten Kampar adalah sebagai berikut :
Utara: Kabupaten Rokan Hulu dan
Kabupaten Bengkalis
Selatan: Kabupaten Kuantan Singingi
Barat: Kabupaten Lima Puluh Kota
(Provinsi Sumatera Barat)
Timur: Kota Pekanbaru, Kabupaten
Siak dan Kabupaten Pelalawan
Kabupaten Kampar dilalui oleh dua
buah sungai besar dan beberapa sungai kecil, di antaranya Sungai Kampar yang
panjangnya ± 413,5 km dengan kedalaman rata-rata 7,7 m dan lebar rata-rata 143
meter. Seluruh bagian sungai ini termasuk dalam Kabupaten Kampar yang meliputi
Kecamatan XIII Koto Kampar, Bangkinang, Bangkinang Barat, Kampar, Siak Hulu,
dan Kampar Kiri. Kemudian Sungai Siak bagian hulu yakni panjangnya ± 90 km
dengan kedalaman rata-rata 8 – 12 m yang melintasi kecamatan Tapung.
Sungai-sungai besar yang terdapat di Kabupaten Kampar ini sebagian masih
berfungsi baik sebagai sarana perhubungan, sumber air bersih, budi daya ikan,
maupun sebagai sumber energi listrik (PLTA Koto Panjang).
Kabupaten Kampar pada umumnya
beriklim tropis, suhu minimum terjadi pada bulan November dan Desember yaitu
sebesar 21 °C. Suhu maksimum terjadi pada Juli dengan temperatur 35 °C. Jumlah
hari hujan pada tahun 2009, yang terbanyak adalah di sekitar Bangkinang
Seberang dan Kampar Kiri.
6. Kabupaten rokan hulu
Kabupaten Rokan Hulu adalah salah
satu kabupaten di Provinsi Riau, Indonesia. Dijuluki Negeri Seribu Suluk. Ibu
kotanya berada di Pasir Pengaraian.
Letak Geografis 00 25' 20 derajat
LU - 010 25' 41 derajat LU dan 1000 02' 56 derajat - 1000 56' 59 derajat BT
Luas 7.449.85 km²
Kabupaten Rokan Hulu memiliki
wilayah yang terdiri dari 85% daratan dan 15% daerah perairan dan rawa. Secara
geografis daerah ini berbatas dengan wilayah sebagai berikut:
Utara: kabupaten Padang Lawas Utara
dan kabupaten Labuhanbatu
Selatan: kabupaten Kampar
Barat: kabupaten Pasaman dan
kabupaten Pasaman Barat
Timur: kabupaten Bengkalis dan
kabupaten Rokan Hilir
Di kabupaten Rokan Hulu terdapat
beberapa sungai, 2 diantaranya adalah sungai yang cukup besar yaitu Sungai
Rokan Kanan dan Sungai Rokan Kiri. Selain sungai besar tersebut, terdapat juga
sungai-sungai kecil antara lain Sungai Tapung, Sungai Dantau, Sungai Ngaso,
Sungai Batang Lubuh, Sungai Batang Sosa, Sungai Batang Kumu, Sungai Duo
(Langkut), dan lain-lain.
7. Kabupaten rokan hilir
Kabupaten Rokan Hilir adalah sebuah
kabupaten di Provinsi Riau, Indonesia. Ibukotanya terletak di Bagansiapiapi,
kota terbesar, bersejarah, dan pernah dikenal sebagai penghasil ikan terbesar
di Indonesia. Kabupaten ini sebelumnya termasuk ke dalam Kabupaten Bengkalis.
Pusat pemerintahan kabupaten berada
di tengah-tengah kota Bagansiapiapi, tepatnya di Jalan Merdeka No 58.
Kabupaten ini mempunyai luas
sebesar 8.941 km² dan penduduk sejumlah 349.771 jiwa. Rokan Hilir terbagi dalam
15 kecamatan dan 83 desa.
Rokan Hilir dibentuk dari tiga
kenegerian, yaitu negeri Kubu, Bangko dan Tanah Putih. Negeri-negeri tersebut
dipimpin oleh seorang Kepala Negeri yang bertanggung jawab kepada Sultan Siak.
Distrik pertama didirikan Hindia
Belanda di Tanah Putih pada saat menduduki daerah ini pada tahun 1890. Setelah
Bagansiapiapi yang dibuka oleh pemukim-pemukim Tionghoa berkembang pesat,
Belanda memindahkan pemerintahan kontrolir-nya ke kota ini pada tahun 1901.
Bagansiapiapi semakin berkembang setelah Belanda membangun pelabuhan modern dan
terlengkap untuk mengimbangi pelabuhan lainnya di Selat Malaka hingga Perang
Dunia I usai. Setelah kemerdekaan Indonesia, Rokan Hilir digabungkan ke dalam
Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.
Bekas wilayah Kewedanaan
Bagansiapiapi yang terdiri dari Kecamatan Tanah Putih, Kubu dan Bangko serta
Kecamatan Rimba Melintang dan Kecamatan Bagan Sinembah kemudian pada tanggal 4
Oktober 1999 ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai kabupaten
baru di Provinsi Riau sesuai dengan Undang-Undang Nomor 53 tahun 1999 dengan
ibukota Bagansiapiapi.
Secara geografis kewilayahan,
kabupaten ini berbatasan dengan daerah disekitarnya. Adapun batas-batas wilayah
Kabupaten Rokan Hilir antara lain meliputi :
Di sebelah utara berbatasan dengan Propinsi Sumatera Utara dan Selat
Malaka
Di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten
Rokan Hulu
Di sebelah timur berbatasan dengan Kota Dumai
Di sebelah barat berbatasan dengan Propinsi Sumatera Utara
8. Kabupaten pelalawan
Kabupaten Pelalawan adalah salah
satu kabupaten di Provinsi Riau, Indonesia, dengan ibu kota Pangkalan Kerinci.
Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kampar.
Kabupaten Pelalawan dengan luas
13.924,94 km², dibelah oleh aliran Sungai Kampar, serta pada kawasan ini
menjadi pertemuan dari Sungai Kampar Kanan dan Sungai Kampar Kiri. Kabupaten
Pelalawan memilik beberapa pulau yang relatif besar yaitu: Pulau Mendol, Pulau
Serapung dan Pulau Muda serta pulau-pulau yang tergolong kecil seperti: Pulau
Tugau, Pulau Labuh, Pulau Baru Pulau Ketam, dan Pulau Untut.
Struktur wilayah merupakan daratan
rendah dan bukit-bukit, dataran rendah membentang ke arah timur dengan luas
wilayah mencapai 93 % dari total keseluruhan. Secara fisik sebagian wilayah ini
merupakan daerah konservasi dengan karakteristik tanah pada bagian tertentu
bersifat asam dan merupakan tanah organik, air tanahnya payau, kelembaban dan
temperatur udara agak tinggi.
Batas wilayah:
Utara Kabupaten Siak dan Kabupaten
Kepulauan Meranti
Selatan: Kabupaten Kuantan Singingi
dan Pasir Penyu, Indragiri Hulu
Barat: Kabupaten Kuantan Singingi,
Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru
Timur: Kabupaten Karimun dan
Kabupaten Indragiri Hilir
9. Kabupaten siak
Sebelumnya kawasan ini merupakan
bagian dari Kesultanan Siak Sri Inderapura. Di awal kemerdekaan Indonesia,
Sultan Syarif Kasim II, merupakan Sultan Siak terakhir menyatakan kerajaannya
bergabung dengan negara Republik Indonesia. Kemudian wilayah ini menjadi wilayah
Kewedanan Siak di bawah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status
menjadi Kecamatan Siak. Pada tahun 1999 berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999,
meningkat statusnya menjadi Kabupaten Siak dengan ibukotanya Siak Sri
Indrapura.
Geografi
Secara geografis Kabupaten Siak
terletak pada koordinat 10 16’ 30” — 00 20’ 49” Lintang Utara dan 100 54’ 21”
102° 10’ 59” Bujur Timur. Secara fisik geografls memiliki kawasan pesisir
pantai yang berhampiran dengan sejumlah negara tetangga dan masuk kedalam
daerah segitiga pettumbuhan (growth triangle) Indonesia - Malaysia - Singapura.
Bentang alam Kabupaten Siak
sebagian besar terdiri dari dataran rendah di bagian Timur dan sebagian dataran
tinggi di sebelah barat. Pada umumnya struktur tanah terdiri dan tanah podsolik
merah kuning dan batuan dan alluvial serta tanah organosol dan gley humus dalam
bentuk rawa-rawa atau tanah basah. Lahan semacam ini subur untuk pengembangan
pertanian, perkebunan dan perikanan. Daerah mi beriklim tropis dengan suhu
udara antara 25° -- 32° Celsius, dengan kelembaban dan curah hujan cukup
tinggi.
Selain dikenal dengan Sungai Siak
yang membelah wilayah Kabupaten Siak, daerah ini juga terdapat banyak tasik
atau danau yang tersebar di beberapa wilayah kecamatan. Sungai Siak sendiri
terkenal sebagai sungai terdalam di tanah air, sehingga memiliki nilai ekonomis
yang tinggi, terutama sebagai sarana transportasi dan perhubungan. Namun
potensi banjir diperkirakan juga terdapat pada daerah sepanjang Sungai Siak,
karena morfologinya relatif datar.
Selain Sungai Siak, daerah ini juga
dialiri sungai-sungai lain, yaitu: Sungai Mandau, Sungai Gasib, Sungai Apit,
Sungai Tengah, Sungai Rawa, Sungai Buantan, Sungai Limau, dan Sungai Bayam.
Sedangkan danau-danau yang tersebar di daerah ini adalah: Danau Ketialau, Danau
Air Hitam, Danau Besi, Danau Tembatu Sonsang, Danau Pulau Besar, Danau Zamrud,
Danau Pulau Bawah, Danau Pulau Atas dan Tasik Rawa.
Berdasarkan perhitungan sikius
hidrologi, 15% surplus air dan curah hujan rata-rata bulanan menjadi aliran
permukaan, maka memungkinkan terjadinya banjir musiman pada bulan-bulan basah.
Dan analisis data curah hujan diketahui bahwa bulan basah berlangsung pada
bulan Oktober hingga Desember, sedangkan bulan kering pada bulan Juni hingga
Agustus. Distribusi curah hujan semakin meninggi ke arah Pegunungan Bukit
Barisan di bagian barat wilayah Provinsi Riau.
Batas wilayah administrasi
Utara: Kabupaten Bengkalis
Selatan: Kabupaten Pelalawan
Barat: Kabupaten Kampar dan Kota
Pekanbaru
Timur: Kabupaten Kepulauan Meranti
10. Kabupaten kepulauan meranti
Secara geografis kabupaten
Kepulauan Meranti berada pada koordinat antara sekitar 0° 42' 30" - 1° 28'
0" LU, dan 102° 12' 0" - 103° 10' 0" BT, dan terletak pada
bagian pesisir timur pulau Sumatera, dengan pesisir pantai yang berbatasan
dengan sejumlah negara tetangga dan masuk dalam daerah Segitiga Pertumbuhan
Ekonomi (Growth Triagle) Indonesia - Malaysia - Singapore (IMS-GT ) dan secara
tidak langsung sudah menjadi daerah Hinterland Kawasan Free Trade Zone (FTZ)
Batam - Tj. Balai Karimun.Dalam rangka memanfaatkan peluang dan keuntungan
posisi geografis dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah perbatasan dengan
negara tetangga Malaysia dan Singapura, maka wilayah kabupaten Kepulauan
Meranti sangat potensial berfungsi sebagai Gerbang Lintas Batas Negara/Pintu
Gerbang Internasional yang menghubungan dengan Riau daratan dengan negara
tetangga melalui jalur laut, hal ini untuk melengkapi kota Dumai yang terlebih
dahulu ditetapkan dan berfungsi sebagai kota Pusat Kegiatan Strategis Negara yaitu
yang berfungsi sebagai beranda depan negara, pintu gerbang internasional, niaga
dan industri.
Luas kabupaten Kepulauan Meranti :
3707,84 km², sedangkan luas kota Selatpanjang adalah 45,44 km².
Batas Wilayah
Utara: Selat Malaka, Kabupaten
Bengkalis
Selatan: Kabupaten Siak, Kabupaten
Pelalawan
Barat: Kabupaten Bengkalis
Timur: Kabupaten Karimun, Provinsi
Kepulauan Riau
11. Kota dumai
Kota Dumai adalah sebuah kota di
Provinsi Riau, Indonesia, sekitar 188 km dari Kota Pekanbaru. Sebelumnya, kota
Dumai merupakan kota terluas nomor dua di Indonesia setelah Manokwari. Namun
semenjak Manokwari pecah dan terbentuk kabupaten Wasior, maka Dumai pun menjadi
yang terluas. Tercatat dalam sejarah, Dumai adalah sebuah dusun kecil di
pesisir timur Provinsi Riau yang kini mulai menggeliat menjadi mutiara di
pantai timur Sumatera.
Kota Dumai merupakan hasil
pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Diresmikan sebagai kota pada 20 April 1999,
dengan UU No. 16 tahun 1999 tanggal 20 April 1999 setelah sebelumnya sempat
menjadi kota administratif (kotif) di dalam Kabupaten Bengkalis. Pada awal
pembentukannya, Kota Dumai hanya terdiri atas 3 kecamatan, 13 kelurahan dan 9
desa dengan jumlah penduduk hanya 15.699 jiwa dengan tingkat kepadatan 83,85
jiwa/km2.
Rata-rata ketinggian adalah 3 meter
di atas muka laut. Wilayah Kota Dumai beriklim tropis dengan curah hujan antara
100-300 cm dan suhu udara 24-30 °C dengan kondisi tanah rawa bergambut.
Dumai sebagian terdiri dari dataran
rendah di bagian utara dan di sebelah selatan sebagian adalah dataran tinggi.
Kondisi tanahnya mayoritas berupa tanah rawa yang bergambut dengan kedalaman
antara 0 - 0,5 m. Struktur tanah umumnya terdiri dari tanah podsolik merah
kuning dari batuan endapan, alluvial dan tanah organosol dan gley humus dalam
bentuk rawa-rawa atau tanah basah. Terdapat 15 sungai di wilayah Dumai.
Sungai-sungai tersebut dapat dilayari kapal pompong, sampan dan perahu sampai
jauh ke hulu sungai.
Batas wilayah:
Utara: Pulau Rupat, Kabupaten
Bengkalis
Selatan: Mandau, Bengkalis dan
Bukit Batu, Bengkalis
Barat: Bangko, Rokan Hilir dan
Tanah Putih, Rokan Hilir
Timur: Bukit Batu, Bengkalis
12. Kota pekanbaru
Batas wilayah
Utara : Kabupaten Siak dan
Kabupaten Kampar
Selatan : Kabupaten Kampar dan Kabupaten Pelalawan
Barat : Kabupaten Kampar
Timur : Kabupaten Siak dan
Kabupaten Pelalawan
Sejarah
Nama Pekanbaru dahulunya dikenal
dengan nama "Senapelan" yang pada saat itu dipimpin oleh seorang
Kepala Suku disebut Batin. Daerah yang mulanya sebagai ladang, lambat laun
menjadi perkampungan. Kemudian perkampungan Senapelan berpindah ke tempat
pemukiman baru yang kemudian disebut Dusun Payung Sekaki yang terletak di tepi
muara sungai Siak.
Nama Payung Sekaki tidak begitu
dikenal pada masanya melainkan Senapelan. Perkembangan Senapelan berhubungan
erat dengan perkembangan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Semenjak Sultan Abdul
Jalil Alamudin Syah menetap di Senapelan, beliau membangun istananya di Kampung
Bukit berdekatan dengan perkampungan Senapelan. Diperkirakan istana tersebut
terletak di sekitar Mesjid Raya sekarang. Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah
mempunyai inisiatif untuk membuat Pekan di Senapelan tetapi tidak berkembang.
Usaha yang telah dirintis tersebut kemudian dilanjutkan oleh putranya Raja Muda
Muhammad Ali di tempat baru yaitu disekitar pelabuhan sekarang.
Selanjutnya pada hari Selasa
tanggal 21 Rajah 1204 H atau tanggal 23 Juni 1784 M berdasarkan musyawarah
datuk-datuk empat suku (Pesisir, Lima Puluh, Tanah Datar dan Kampar), negeri
Senapelan diganti namanya menjadi "Pekan Baharu"selanjutnya
diperingati sebagai hari lahir Kota Pekanbaru. Mulai saat itu sebutan Senapelan
sudah ditinggalkan dan mulai populer sebutan "PEKAN BAHARU", yang
dalam bahasa sehari-hari disebut PEKANBARU.
Kota Pekanbaru adalah ibu kota dan
kota terbesar di provinsi Riau, Indonesia. Kota ini merupakan kota perdagangan
dan jasa, termasuk sebagai kota dengan
tingkat pertumbuhan, migrasi dan urbanisasi yang tinggi.
Pekanbaru mempunyai satu bandar
udara internasional, yaitu Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II dan terminal bus
terminal antar kota dan antar provinsi Bandar Raya Payung Sekaki, serta dua
pelabuhan di Sungai Siak, yaitu Pelita Pantai dan Sungai Duku.
Saat ini Kota Pekanbaru sedang
berkembang pesat menjadi kota dagang yang multi-etnik, keberagaman ini telah
menjadi modal sosial dalam mencapai kepentingan bersama untuk dimanfaatkan bagi
kesejahteraan masyarakatnya.
Perkembangan kota ini pada awalnya
tidak terlepas dari fungsi Sungai Siak sebagai sarana transportasi dalam
mendistribusikan hasil bumi dari pedalaman dan dataran tinggi Minangkabau ke
wilayah pesisir Selat Malaka. Pada abad ke-18, wilayah Senapelan di tepi Sungai
Siak, menjadi pasar (pekan) bagi para pedagang. Seiring dengan berjalannya
waktu, daerah ini berkembang menjadi tempat pemukiman yang ramai. Pada tanggal
23 Juni 1784, berdasarkan musyawarah "Dewan Menteri" dari Kesultanan
Siak, yang terdiri dari datuk empat suku (Pesisir, Limapuluh, Tanah Datar, dan
Kampar), kawasan ini dinamai dengan Pekanbaru, dan dikemudian hari diperingati
sebagai hari jadi kota ini.
Berdasarkan Besluit van Het
Inlandsch Zelfbestuur van Siak No.1 tanggal 19 Oktober 1919, Pekanbaru menjadi
bagian distrik dari Kesultanan Siak. Namun pada tahun 1931, Pekanbaru
dimasukkan ke dalam wilayah Kampar Kiri yang dikepalai oleh seorang controleur
yang berkedudukan di Pekanbaru dan berstatus landschap sampai tahun 1940.
Kemudian menjadi ibukota Onderafdeling Kampar Kiri sampai tahun 1942. Setelah
pendudukan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, Pekanbaru dikepalai oleh seorang gubernur
militer yang disebut gokung.
Selepas kemerdekaan Indonesia,
berdasarkan Ketetapan Gubernur Sumatera di Medan tanggal 17 Mei 1946 Nomor 103,
Pekanbaru dijadikan daerah otonom yang disebut Haminte atau Kotapraja. Kemudian
pada tanggal 19 Maret 1956, berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956
Republik Indonesia, Pekanbaru (Pakanbaru) menjadi daerah otonom kota kecil
dalam lingkungan Provinsi Sumatera Tengah. Selanjutnya sejak tanggal 9 Agustus
1957 berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 Republik Indonesia,
Pekanbaru masuk ke dalam wilayah Provinsi Riau yang baru terbentuk. Kota
Pekanbaru resmi menjadi ibu kota Provinsi Riau pada tanggal 20 Januari 1959
berdasarkan Kepmendagri nomor Desember 52/I/44-25 sebelumnya yang menjadi ibu
kota adalah Tanjungpinang (kini menjadi ibu kota Provinsi Kepulauan Riau)
Secara geografis kota Pekanbaru
memiliki posisi strategis berada pada jalur Lintas Timur Sumatera, terhubung
dengan beberapa kota seperti Medan, Padang dan Jambi, dengan wilayah administratif,
diapit oleh Kabupaten Siak pada bagian utara dan timur, sementara bagian barat
dan selatan oleh Kabupaten Kampar.
Kota ini dibelah oleh Sungai Siak
yang mengalir dari barat ke timur dan berada pada ketinggian berkisar antara 5
- 50 meter di atas permukaan laut. Kota ini termasuk beriklim tropis dengan
suhu udara maksimum berkisar antara 34.1 °C hingga 35.6 °C, dan suhu minimum
antara 20.2 °C hingga 23.0 °C.
Sebelum tahun 1960 Pekanbaru
hanyalah kota dengan luas 16 km² yang kemudian bertambah menjadi 62.96 km²
dengan 2 kecamatan yaitu kecamatan Senapelan dan kecamatan Limapuluh.
Selanjutnya pada tahun 1965 menjadi 6 kecamatan, dan tahun 1987 menjadi 8
kecamatan dengan luas wilayah 446,50 km², setelah Pemerintah daerah Kampar
menyetujui untuk menyerahkan sebagian dari wilayahnya untuk keperluan perluasan
wilayah Kota Pekanbaru, yang kemudian ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1987. Kemudian pada tahun 2003 jumlah
kecamatan pada kota ini dimekarkan menjadi 12 kecamatan
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar