A.
Etos
dan Etika Kerja Melayu
Usaha
kita untuk maju, yang selalu akrab dengan kosa kata Pembangunan, apapun
bentuknya akan berhasil dengan baik apabila seluruh lapisan masyarakat turut
berpartisipasi. Salah satu motivasi yang mampu mendorong mereka untuk
meningkatkan keikutsertaan dan kreativitasnya, adalah Etos (semangat) kerja
yang dimiliki. Semakin tinggi etos kerja yang mereka miliki, hayati, dan
amalkan, semakin tinggi pula gairah kerjanya. Sebaliknya, masyarakat yang tidak
memiliki etos kerja, apalagi tidak menghayatinya, tentulah semangat dan minat
kerjanya tidak mampu menandingi kaum yang memiliki etos kerja yang tinggi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:237), Etos Kerja adalah
pandangan hidup yang khas suatu golongan sosial yang didasarkan kepada sifat,
nilai adat-istiadat yang memberi watak dalam masyarakat. Secara etimologi dan
maknawi, kat etos berasal dari bahasa yunani dari kata Ethos yang berarti
sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Etos tidak
hanya dimiliki oleh individu, kelompok, masyarakat bahkan bangsa.
Dalam pengamalannya di masyarakat,
etos kerja selalu disandingkan dengan kata etika kerja. Dalam kehidupan orang
melayu, etos dan etika kerja mereka telah diwariskan oleh orang tua-tua secara
turun-temurun. Setidaknya, masyarakat Melayu dahulu kala memiliki eos kerja
(yang lazim disebut Semangat Kerja) yang tinggi. Yang mampu mengangkat harkat
dan martabat kaumnya untuk “duduk sama
rendah dan tegak sama tinggi” dengan
masyarakat dan bangsa lainnya. Sedangkan etika kerja (yang lazim disebut dengan
Pedoman Kerja) Melayu, diakui dengan banyak ahli sangat ideal karena didasarkan
kepada etika kerja universal, terutama didunia islam. Dengan modal tersebut
sehingga mereka mampu membangun negeri dan kampung halaman, mampu
mensejahterakan kehidupan masyarakat dan mampu menghadapi persaingan, cabaran,
dan sebagainya dengan pihak luar yang terus terjadi sepanjang masa.
Perbedaannya hanya bentuk dan cara, hakikatnya selalu sama, yaitu persaingan
untuk menang dan hidup lebih bermutu dan maju.
Orang tua-tua mengatakan, “Berat tulang, ringanlah perut” maksudnya,
orang yang malas bekerja hidupnya akan melarat. Sebaliknya, “Ringan Tulang, Beratlah Perut” yang
berarti siapa yang bekerja keras, hidupnya akan tenang berkecukupan.
Didalam untaian ungkapan dikatakan:
Kalau hendak menjadi
orang
Rajin-rajin membanting
tulang
Manfaatkan umur sebelum
petang
Pahit dan getir usaha dipantang
Kalau hendak menjadi
manusia
Ringankan tulang
habiskan daya
Kerja yang berat usah
dikira
Pahit dan manis supaya
dirasa
Kalau tak mau mendapat
malu
Ingatlah pesan ayah dan
ibu
Bekerja jangan
tunggu-menunggu
Manfaatkan hidup
sebelum layu
Ungkapan diatas, dahulu disebarluaskan
di tengah-tengah masyarakat, dijabarkan, diuraikan dan dihayati secara
keseluruhan oleh anggota masyarakat. Penyebarluasan ungkapan tersebut melalui
beberapa cara seperti cerita-cerita nasehat, upacara-upacara adat,
nyanyianrakyat dll. Hal ini menumbuhkan semangat kerja yang tinggi, sehingga
setiap anggota masyarakat mencari dan memanfaatkan setiap peluang yang ada,
bahkan mampu pula menciptakan peluang-peluang barusesuai dengan kemampuan dan
keahlian masing-masing.
Dalam adat Melayu, adat yang banyak
menyerap nilai-nilai agama Islam, terdapat ungkapan “adat bersendikan syarak, syarak bersendikan kitabullah”. Menurut
paham ini orang yang tidak bekerja, apalagi yang sengaja tidak mau bekerja,
dianggap melalaikan kewajiban, melupakan tanggung jawab, memunafikkan ajaran
agama dan tuntunan adat-istiadat serta mengabaikan tunjuk ajar yang banyak
memberi petuah amanah tentang Etos kerja. Sikap malas dan lalai, dianggap sikap
tercela, yang disebut “tak ingat hidup
akan mati, tak ingat hutang yang disandang, tak ingat beban yang dipikul”. Oleh
karenanya, orang pemalas inidirendahkan oleh masyarakat. Itu sebabnya orang
tua-tua mengatakan:
Kalau malu direndahkan
orang
Bantinglah tulang pagi
dan petang
Bekerja jangan lang
kepalang
Gunakan akal mencari
peluang
Kalau malu hidup
terhina
Dalam bekerja jangan
berlengah
Manfaatkan peluang mana
yang ada
Pukalkan hati lapangkan
dada
Kalau tak mau hidup
melarat
Carilah kerja
bercepat-cepat
Jangan dikira ringan
dan berat
Asal sesuai dengan
syariat
Orang tua-tua juga mengingatkan, bahwa
dalam mencari peluang kerja, jangan memilih-milih. Maksudnya jangan mencari
kerja yang senang, tak mau bekerja berat. Itu bukanlah sikap orang Melayuyang
inggin maju. Kerja yang perlu dipilih adalah kerja itu jangan “menyalah”, maksudnya jangan menyimpang dari
ajaran agama dan adat-istiadat. Sesuai
dengan pepatah-petitih kita “kalau kerja sudah menyalah, dunia akhirat
aib terdedah”.
Keutamaan kerja, tercermin pula dalam
memilih menantu atau jodoh. Orang tidak bekerja, lazimnya dianggap belum mampu
“menghidupkan anak bininya”. Orang seperti ini seharusnya dielakkan, tidak akan
dipilih menjadi menantu atau jodoh anaknya. Beberapa contoh diatas memberikan
petunjuk betapa orang Melayu sudah menanamkan nilai Etos Kerjadalam kehidupan bermasyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar