A. GERAKAN SOSIAL
Gerakan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah berasal dari kata gerak, yang
berarti adalah berpindah tempat dari suatu tempat ke tempat lain, baik sekali
maupun berkali-kali. Sementara itu gerakan ialah perbuatan dalam keadaan bergerak atau usaha yang dilakukan di lapangan baik
itu sosial, ekonomi keagamaan maupun politik yang dilakukan oleh baik individu
maupun kelompok masyarakat secara terencana
dan dutujukan untuk suatu perubahan.[1]
1. Pengertian Gerakan Sosial
Gerakan sosial (social movement) adalah sebagai
sejumlah besar orang yang berorganisasi untuk mempromosikan atau menenteng perubahan.
Sedangkan menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1989) memberikan
batasan gerakan sosial sebagai suatu usaha kolektif yang bertujuan untuk
menunjang atau menolak perubahan. Sedangkan Kumanto Sunarto (2004) dalam
bukunya sosiologi menjelaskan pengertian gerakan sosial sebaga suatu
perilaku kolektif yang memilki tujuan jangka panjang untuk mengubah atau
mempertahankan masyarakat atau instuisi yang ada di dalamnya. [2]
Jika gerakan
sosial itu bernafaskan ideologi, maka tak terbatas pada perubahan institusional
tapi lebih jauh dari itu yakni perubahan yang mendasar berupa perbaikan dalam
pemikiran dan kebijakan dasar pemerintah. Namun dari literatur definisi tentang
gerakan sosial ada pula yang mengartikan sebagai sebuah gerakan yang anti pemerintah
dan juga pro pemerintah. Ini berarti tidak selalu gerakan sosial itu muncul
dari masyarakat tapi bisa pula hasil rekayasa para pejabat pemerintah atau penguasa. Jika definisi digunakan maka gerakan sosial tidak terbatas pada sebuah
gerakan yang lahir dari masyarakat yang menginginkan perubahan pemerintah tapi
juga gerakan yang berusaha mempertahankan kemauannya. Jika ini memang ada maka
betapa relatifnya makna gerakan sosial itu sebab tidak selalu mencerminkan
sebuah gerakan murni dari masyarakat.[3]
Jadi dapat disimpulkan bahwa gerakan sosial merupakan
usaha bersama (kolektif) untuk melakukan atau menentang suatu perubahan dalam
masyarakat. Dalam definisi ini maka gerakan sosial mencakup spektrum yang
sangat luas dan melebar, seperti berbagai gerakan aksi anti rokok, narkoba,
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), pornografi, termasuk gerakan aks
menjatuhkan pemerintahan), kemudian gerakan aksi pro seperti hidup sehat, lingkungan
bersih, demokrasi, kemerdekaan, penegakan HAM, termasuk juga mendukung
pemerintah yang ada.
21.Tipologi Gerakan Sosial
Terdapat banyak ahli yang membahas tentang
tipologi gerakan sosial. Berikut didiskusikan beberapa pandangan sosiolog
tentang hal ini.
-
Paul b. Horton dan Chester L. Hunt[4]
Horton dan Hunt (1989:198-201), menemukan ada
enam bentuk dari gerakan sosial, yaitu:
-
Gerakan perpindahan (migration movement), yaitu arus
perpindahan penduduk ke suatu tempat baru. Ketika penganut islam tidak disukai
dan dimusuh oleh penduduk Mekkah pada awal perkembangannya, Rasulullah menganjurkan
agar penganut agama islam yang ada di Mekkah hijrah (pindah) ke kota Madinah untuk menghindari penganiayaan, diskriminasi,
dan penekanan yang lebih besar. Hijrah tersebut dapat dipahami sebagai gerakan
perpindahan. Atau, arus pengungsian besar-besaran orang Vietnam selatan ke
pulau Galang pada masa perang Vietnam juga merupakan bentuk dari perpindahan.
-
Gerakan Ekspresif (expressive movement), merupakan
gerakan yang merubah ekspresi, sikap atau reaksi terhadap kenyataan, dan bukannya
merubah kenyataan (masyarakat) itu sendiri. Terdapat berbagai macam gerakan
ekspresif, seperti musik, puisi, drama, lawakan, lelucon, aliran kepercayaan,
keagamaan dan lain sebagainya. Misalnya, berbagai lelucon tentang politik
muncul dalam masyarakat Rusia ketika massa Uni Soviet.
-
Gerakan Utopia (utopian movement) adalah gerakan untuk
menciptakan suatu masyarakat yang sejahtera dalam skala terbatas. Model ini
dapat dicontoh dan dimungkinkan untuk
dikonstruksi dalam skala lebih besar. Misalnya gerakan Kibut Israel, gerakan Darul
Arqam Malaysia dan lain sebagainya.
-
Gerakan Reformasi (reform movement), yaitu gerakan
yang berusaha untuk memperbaiki beberapa kepincangan dalam masyarakat. Gerakan
ini biasanya muncul di Negara demokratis. Gerakan Reformasi di Indonesia 1998
merupakan contoh bagaimana gerakan itu terjadi untuk memperbaiki kepincangan
yang terjadi dalam kehidupan berekonomi, politik, dan sosial budaya. Namun
sayangnya, gerakan Reformasi tersebut menemukan kegagalan sebelum mengkristal menjadi
suatu gerakan yang kuat dan kukuh, meskipun demikian melalui gerakan ini telah
terjadi banyak perubahan seperti pemilihan presiden dan kepala daerah langsung.
-
Gerakan Revolusioner (revolutionary movement), yaitu
gerakan yang dibangun untuk menggantikan sistem yang ada dengan sistem yang
baru. Para penganut gerakan ini, menurut Horton dan Hunt, cenderung
berseberangan dengan penganut gerakan reformasi, karena mereka berkeyakinan
bahwa reformasi yang berarti tidak mungkin terjadi bila mana sistem yang ada
tetap bertahan. Mereka berpendapat bahwa perubahan radikal dan mendasar hanya
dapat terlaksana apabila sistem sosial yang ada sekarang diganti dengan yang
baru serta kelompok elit yang dsingkirkan dan diputus mata rantai sirkulasinya.
Selanjutnya, persaingan antar kelompok dalam perebutan kekuasaan terjadi.
-
Gerakan Perlawanan (resistance movement), yaitu
gerakan yang bertujuan untuk menghambat atau menghalangi suatu perubahan sosial
tertentu. Perubahan sosial yang terjadi selama ini tidak saja membahagiakan,
tetapi juga menakutkan banyak orang. Perubahan pandangan tentang nilai, norma
dan sikap sekelompok orang dalam masyarakat, sepert seks bebas, pornografi,
feminisme, sekulerisme dan lainnya telah menimbulkan ketidaknyamanan bahkan
ketakuatan yang dialami oleh kelompok lainnya. Kelompok orang yang disebut
terakhir ini melakukan suatu gerakan perlawanan dengan mengatasnamakan agama,
tradisi, sejarah, moralitas, adat dan sebagainya sehingga lahirlah misalnya gerakan anti (pornografi, narkoba,
seks bebas) atau gerakan kemurnian (kembali kepada ajaran agama, tradisi,
moralitas)
-
.
-
David F. Aberle[5]
Kebanyakan teks sosiologi cenderung
membahas pandangan Arbele bila mendiskusikan tipologi gerakan sosial. Berbeda
dengan Horton dan Hunt, Arbele dalam bukunya “The Poyete Religion Among The
Nevaho” menemukan empat tipe dari gerakan sosial, yatu:
-
Gerakan Sosial Alternatif (alternative social
movement), yaitu gerakan yang bertujuan mengubah perilaku tertentu dalam diri
indivdu. Dalam tipe ini mencakup berbagai kegiatan seperti kampanye anti
narkoba, anti miras (minuman keras), anti seks bebas dan sebagainya.
-
Gerakan Sosial Redemptif (redemptive social movement),
yaitu merupakan gerakan yang bertujuan mengubah keseluruhan perilaku
individu. Jadi, gerakan ini memiliki sasaran yang sama dengan gerakan sosial
alternitif (yaitu individu), namun berbeda dalam cakupan. Gerakan sosial
redemtif merubah perilaku lama menjadi perilaku baru, yang berbeda sama sekali
dengan yang lama. Contoh yang diajukan biasanya gerakan keagamaan seperti
gerakan fundamentalis Kristen, Islam, Yahudi, atau Hindu. Dalam islam misalnya,
konsep pertobatan, yaitu meninggalkan sama sekali suatu perilaku negatif menuju
perilaku positif secara keseluruhan, dan konsep hijrah yaitu gerakan
perpindahan (fisik ataupun pemikiran serta rohani/mental). Yang lebih baik lagi
merupakan konsep yang menunjuk pada suatu gerakan redemptif. Ketika konsep
tersebut diaktualisasikan dalam usaha bersama (kolektif), maka ia menjadi
gerakan sosial redemptif.
-
Gerakan sosial reformatif (reformative social
movement), yaitu gerakan perubahan atau
reformasi pada segi atau bagian tertentu dari masyarakat. Gerakan ini jelas
berbeda dengan dua gerakan yang disebut lebih awal yang menekankan pada
individu. Sedangkan apabila dibandingkan dengan pandangan Horton dan Hunt,
terlihat ada persamaannya dengan konsep gerakan reformasi. (reform movement).
-
Gerakan sosial transformatif (transformative social
movement), yaitu menunjuk pada gerakan untuk mentransformasikan tatanan sosial
itu sendiri. Para anggotanya memiliki keinginan hendak mengubah tatanan sosial
masyarakat menjadi tatanan yang lebih baik menurut versi mereka. Jika dibandingkan
dengan tipologi Horton dan Hunt, maka akan tampak persamaannya dengan konsep
gerakan revolusioner.
Tipologi Aberle
tersebut dipertajam oleh Henselin (2008) dengan menambah dua tipe lainnya,
yaitu gerakan sosial transnasional (transnational social movement) dan gerakan
sosial metaformatif (metaformative social movement). Gerakan transnasional
merupakan gerakan yang ingin mengubah kondisi tertentu, yang tidak hanya ada di
dalam lingkungan mereka, tetapi juga di seluruh dunia. Gerakan sosial ini
sering ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup tertentu misalnya gerakan
kaum buruh sedunia, kualitas lingkungan hidup , pengentasan kemiskinan, dan
lain sebagainya. Sedangkan gerakan sosial metaformatif menunjuk pada gerakan
yang ingin mengubah tatanan sosial itu sendiri, yang tidak hanya pada skala lokal
dan nasional, tetapi lebih luas lagi yaitu tatanan sosial global. Gerakan Komunisme,
Fasisme, Liberalisme, Humanisme, merupakan contoh dari gerakan sosial
metaformatif ini. Selain itu, gerakan fundamentalisme keagamaan bisa menjadi
suatu gerakan yang metaformatif bila cakupan telah global. Semua agama memiliki
potensi untuk mengkonstruksi gerakan sosial metaformatif oleh para pemeluknya. [6]
2.Cara Gerakan Sosial
Berbagai gerakan sosial memiliki cara untuk
merealisasikan tujuan yang dimilikinya. Berikut beberapa cara yang digunakan
oleh para aktifis pergerakan.[7]
a. Kekerasan, meliputi demonstrasi anarkis,
pembajakan, penyanderaan, penculikan, pembunuhan, teror fisik, psikis dan
budaya serta perang.
b. Non-kekerasan, meliputi, mogok, demonstrasi
damai, pemberdayaan, advokasi, dan sebagainya.
3.Tahapan Gerakan Sosial.
Berdasarkan studi Henselin (2008: 231-232),
dari berbagai literatur ditemukan bahwa terdapat beberapa tahapan dari gerakan
sosial:[8]
a. Tahapan kerusuhan dan agitatif. Bermula dari sekelompok orang yang
merasa terganggu oleh kondisi tertentu dan hendak mengubahnya. Muncul pemimpin
yang mampu menerjemahkan perasaan orang-orang ke dalam bentuk wacana yang
menyangkut sejumlah isu yang berhubungan dengan sebab ketergantungan tersebut. Kebanyakan
gerakan gagal pada tahap ini, sebab gagal mendapatkan cukup dukungan. Setelah
gejolak kegiatan yang singkat, gerakan mati secara perlahan.
b. Tahap moilisasi sumber daya. Tahapan
pertama gerakan bisa dilalui jika mampu memobilisasi sumber daya seperti waktu,
dana, keterampilan orang, dan untuk mendapatkan perhatian media massa. Dalam
beberapa kasus muncul kepemimpinan setempat yang mampu memobilisasi sumber
daya.
c. Tahapan pengorganisasian. Tahapan ini ditandai
adanya pembagian kerja. Pemimpin memutuskan sesuatu kebijakan, sedangkan
perangkat struktur yang ada melaksanakan dan tetap berjalan. Dalam tahap ini
masih banyak ditemui kegairahan kolektif terhadap isu yang menjadi pusat
perhatian.
d. Tahap institusionalisasi. Pada tahap ini gerakan
telah mengembangkan suatu birokrasi. kontrol berada di tangan para pejabat
karier, yang mungkin lebih memntingkan kepentingan atau posisi mereka sendiri
ketimbang pencapaian tujuan pergerakan itu sendiri. Pada tahap ini kegairahan
politik mulai berkurang.
e. Tahapan kemunduran dan kemungkinan
kebangkitan kembali. Manajemen kegiatan sehari-hari mendominasi kepemimpinan.
Juga ditandai dengan perubahan sentiment politik, tidak ada lagi kelompok orang
yang mempunyai komitmen kuat dan berbagi suatu tujuan bersama. Jika itu
ditemukan, maka gerakan sosial berpeluang redup memungkinkan juga muncul pemimpin
yang lebih idealis dan berkomitmen tinggi untuk menyegarkan gerakan.
[2] James H, Hanselin Dalam Bukunya. Sosiologi
Dengan Pendekatan Membumi, Hanselin (2008) Seperti Dikutip oleh Damsar,
2010:130
[3] http//Gerakan sosial dalam kajian
teoritis_analisa hubungan internasional.html. Diakses pada: 27 februari
pukul 10.15 wib
[4] Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1989: 198-201) dalam
bukunya Sosiologi. Seperti dikutip oleh Damsar. 2010. hal: 131-133.
[5] David F. Aberle dalam bukunya. The Peyote
Religion Among The Nevaho. seperti dikutip oleh Damsar. 2010. Hal: 133-134.
[6] James M. Henselin (2008). Dalam Bukunya. Sosiologi
Dengan Pendekatan Membumi. seperti dikutip oleh Damsar. 2010. hal: 135.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar