Minggu, 04 Mei 2014

Penetrasi VOC di Maluku, Banda Dan Ambon
Sebagaidaerah yan menjadi pangkal rute perdagangan rempah-rempah,  voc  segera meletakkan basisnya di wilayah itu dengan mengadakan kontrak kepada penguasa setempa. Voc muulai mendirikan factory, loji atau benteng, pada 1603 voc mengadakan kontrak abadi dengan daerah hitu, antara lain untuk salling membantu dalam menghadapi musuh seperti portugis. Yang menarik ialah voc belum menuntut monopoli perdagangan. Hubungan antaa voc dengan hitu sepeti dinyataka pada tahun 1609 memberi keduduan pada rakyat hitu sebagai sekutu  dan uka sebagai bawahan. Kapitan hitu Tepil, diakui sebagai penguasa wilayah.
Pada tahun 1607 voc juga telah membuat perjanjian dengan ternate yang secara formal memegang hegemoni di seam barat termauk luhu, kamelo, lusidi, hitu, dan Maluku selatan pada umumnya. Dalam kontrak itu voc berhasil memperoleh monopol dalam perdagangan cengkeh.
Yang seering terjadi kemudian mengenai perjanjian tersebut ialah bahwa rakya dan raja-raja sering melanggarnya sehingga membangkitkan konflik antara voc dengan wilayah tesebut. Dengan demikian terbukti bahwa kekuasaan ternate tidak efektif lagi, maka voc  melakukan perjanjian tersendiri dengan raja-raja seram. Entulah system monopoli  yang dipaksakan voc menimbulkan tantangan, penghindaran, dan pergolakan dikalangan masyarakat. Karena pedagang-pedagang asing lainnya dapat memberi harga lebih tinggi. Bahkan 2 kali lipat harga yang ditawarkan voc seperti pedagang-pedagang dari makssar dan jawa, hal ini mengakibatkan kecenderungan rakyat menjual kepada pedagang-pedagang tersebut. Sehingga voc mengannggap kegiatan jual beli  dengan pedagang asiang adalah tindakan penyelundupan atau illegal dan harus diberantas dengan kekerasan. Dengan demikian melalui proses umpan balik timbul pemberontakan-pemberontakan, dan politik penindasan voc semakin penuh kekerasan. Perlawanan terhadap voc selalu mendappat duukungan dari lawan-lawan voc seperti bangsa spanyol, inggris, portugis, Makassar dan jawa.
Pembunuhan terhadap admiral verhoeff dengan pasukannya pada tahun 1608 mengundang ekspedisi untuk menghukum dan mengganti penduduk  pulau dengan penduduk  lain. Pada bulan februari 1621 coen memimpin ekspedisi ke pulau lontor. Penduduk sudah membuat benteng pertahanan yang kuat di pegunungan sehingga sukar untuk direbut oleh musuh. Untuk menghindari perang yang dahsyat kapitan hitu berusaha menjadi penengan tetapi coen menolak. Ternyata pameran kekuatanya cukup mengesankan bagi rakyat di tempat itu sehingga masyarakat  bersedia untuk berdamai namun pihak coen bersikeras untuk menyerang. Orang-orang inggris dan portugis membantu pihak lontar dengan memberi meriam serta meneruskan perdagangan. Serangan pertama 7 maret 1621 gagal dan pasukan mundur untuk mengatur siasat baru, utara dan selatan, hal yang tidak terduga bagi rakyat sehingga mereka terpaksa meninggalkan pertahanan mereka. Kemudian di Lontar didirikanlah kastil victoria oleh voc.
Dengan jatuhnya lontar dari Selman, perlawanan rakyat belum surut. Para pengungsi dikejar tetapi dapat melawan dan memukul mundur pasukan kompeni, perlawanan kuat dilakukan dari lereng pegunungan. Mereka didukung oleh orang kaya yang sudah tertawan di benteng Nassau di nira, sementara para aja di pulau run telah menyatakan ketaatannya kepada vo saat itu. Rakyat endak meneruskan perlawanan dengan mengosongkan pulau run dan pindah ke plau seram, hal ini bertentangan dengan kepentingan vocyang memerlukan tenaga mereka untuk kebun-kebun pala, maka pasukan voc menghalang-halangi orang-orang yang pindah tersebut dengan cara membunuh yang tertangkap sehingga masyarakat takut untuk pergi.
Seram selatan langsung di bawah kekuasaan raja ternate, hamzah, yang dalam pertahanannya diwakili oleh dua orang kimelaha. Meskipun hak monopoli telah diberikan kepada voc oleh raja hamzah, akan tetapi banyah hasik rempah dijual kepada pedagang asing seperti pedagang Makassar dan jawa dengan sepengetahuan para kimelaha itu, pada tahun 1624 luhu menjual kepda orang Makassar 150 bahar dan kepada vo nihil, untuk memberantas penyelundupan itu setelah menimbun cengkeh untuk persediaan 10 tahun voc memerintahkan penebangan seara bear-besaran. Setiap tahun dikirim angkatan yang terdiri atas kora-kora dengan pasukan yang melakukan penebangan.  Tindakan itu membangkitkan kebencian rakyat terhadap kompeni . kapitan hitu, kakiali dituduh bersekongkol  dengan para kimehala pada tahun 1634 ditangkap dan diangkut ke Batavia. Karena pengaruhnya sngat besar penangkapannya itu semakin menggelisahkan masyarakat , serangan vocterhadap lusiala sebagai pusat penyelundupan gagal, antara lain karena psukan kompeni terserang epidemic. Banyak rakyat ambon mengungsi dan di nisalaut timbul pemberontakan , yang baru dapat dipadamkan pada bulan maret 1637. Peranan kepemimpina kakiali, putra kapitan hitu tepil, dalam perjuangan rakyat hitu cukup menarik, pada tahun 1621 dia dkirim ke gresik untuk memperoleh pendidikan di bawah bimbingan panembahan giri. Semangat anti belandanya  semakin tampak setelah dia kembali ke ambon dimana dia memaksa beberapa negorij( kampong) dari golongan ulisiwa masuk golongan ulilima. Golongan pertama lebih bersifat pro terhhadap voc. Lagi pula dia menikah dengan seorang putri kimelaha yang dicurigai oleh vo. Sepeninggal ayahnya timbul perebutan kedudukan antara bulan dan baros, kedua orang ini adala saudara laki-lakinya, pada stu pihak , dan kakiali pada pihak lain. Lewat intrik berhasilah kakiali merebuut kedudukan sebagai kapitan hitu. Peristiwa kedatangan kapal dengan utusan dari panemmbahan giri mengakibatkan pergolakan. Larangan kompeni terhadap kapal itu untuk berlayar di daerah tersebut dianggap sebagai penghinaan oleh rakyat hitu terhadap tokoh yang mereka anggap keramat. Undangan untuk mengadakan perundingan oleh voc hanya ditanggapi orang kaya yang bermusuhan dengan kakiali. Dia sendiri muncul dengan menbawa pasukan, maka penangkapannya yang telah direnanakan oleh vo gagal. Untuk kedua kaliinya diadakan pertemuan, tidak di hitu tetapi di lessia, dimana kakialli terjebak dan ditangkap. Penangkapan itu membangkitkan kekhawatiran rakyat itu  dan di bawah pimpinan pattiwani mereka meninggalkan daerah pantai untuk membuat pertahanan di pegunungan, yaitu benteng wawani . segera datang bantuan dari kimelaha bersama pasukan orang melayu untuk membuat pertahanan di pantai. Serangan kompeni tidak berhasil merebut pertahanan tersebut, taktik voc berubah dengan penganiayaan terhadap kakiali akhirnya terpaksa mengungkapkan aliansinya dengan ternate dan makasar untuk menghalau voc dar Maluku, banda dan ambon. Pasukan kompeni di bawah pimpinan van diemen berhasil merebut lusiala maka dengan posisi yang kuat dapat membuat perundingan dengan kimelaha sibori, pada bulan mei 1637 kakiali direhabilitasi pada kedudukannya semula dan segera para penguasa Maluku selatan berdamai dengan voc serta menyatakan ketaatannya mereka.
Tindakan-tindakan kompeni lebih lanjut menjadi provokasi bagi rakyat untuk melakukan perlawanan terus. Paksaan oleh vo untuk melaksanakan system monopoli dan penebangan pohon cengkeh serta pala. Voc mengarahkan tenaga laki-laki untuk melakukan penebangan pohon cengkeh dan pala yang berlebihan, perahu atau kora-kora harus dibuat sendiri dan pendayung harus membawa makanan sendiri reorganisasi pemerintahan dengan menghapus empat serangkai dan jaatan kapitan hitu. Jabatan kapitan hitu diciptakan oleh bangsa portugis, maka penghapusannya tidak merubah adat. Penghapusan kedua lembaga yang lain secara radikal menembus adat  sehingga dengan tindakan itu perlawanan rakyat ulih hendak dipatahkan. Penghapusan, pemindahan dan penggabungan komunitas sosial dijalankan dengan paksaan. Dengan penandatanganan pernyataan kesetiaan para penguasa, perlawanan belumlah reda, bahkan kehadiran kakiali ditengah rakyat membakar semangat mereka. Hanya sebagian kecil cengkeh diserahkan kepada kompeni. Kakiali mulai tinggal di pegunungan dan berusaha berhubungan debgan makasar untuk meminta bantuan kapal. Karea para kielaha turut serta dalam subversi terhadap vo dengan bantuan raja ternate mereka ditindak , leilati ditangkap dan ditawan di Batavia sementara jou luhu di bebaskan.  Raja ternate terpaksa lebih banyak menyerahkan konsesi terhadap voc yang memiliki kekuasaan lebih besar dalam bidang monopoli perdagangan di ternate. Baik kakiali maupun jou luhu semakin gencar melakukan perlawanan terhadap raja  yang di mata voc semakin tidak berdaya untuk memerintah akyat Maluku selatan, untuk menghindari teanan vo itu maka  raja kembali ke ternate dan voc memperoleh kebebasan bertindak sendiri.
Sementara itu kakiali berkali-kali mengirim utusan ke masar untuk memperkuat aliansi melawan vo, akan tetapi pihak makasar tidak secara positif menanggapi ajakan pimpinan hitu tersebut. Tidak pasti akan bantuan tersebut maka ia menjalankan diplomasi berdamai terus meskipun dapat dianggap hanya perdamaian semu. Ia ingin mempertahankan kebebasannya berdagang dengan pedagang melayu.
Pada 1641 kakiali mulai melakukan penyerangan yaitu pada uring, dengan dukungan angkatan laut makasar di bawah pimpinan daeng mangoppo dilakukan secara ofensif juga pada hitu lama suatu benteng voc, kedua serangan itu tidak berhasil. Pergolakan berhenti dengan penakhlukan kapahat pada bulan juli 1646. Pertahanan rakyat hitu di pustkan di wawani, di mana di samping kubu-kubu kakiali dan pasukannya, adapula kubu-kubu kesatuan makasar dan butung. Bahwasanya benteng itu kuat dan sulit direbut, terbukti dari serangan kompeni pada akhir april 1643 yang terpukul mundur oleh pertahanan gigih pasukan hitu. Kepungan terus-menerus memperlemah moral di kalangan pemuka hitu. Akhirnya pertahanan dipindahkan ke kapaha, kemana pasukann hitu mengungsi dan bertahan sampai 1645, setelah usaha melakukan perundigan gagal, serangan umum terhadap kapaha dilakukan pada bulan april 1645. Strategi ampuh dipraktekan, yaitu mengepung benteng dengan blockade, semangat rakyat patah dan banyak yang menyerah. Serangan merebut kubu-kubu terakhir di puncak gunung dimulai pada tanggal 25 juli 1646 meskipun serangan terhadap kubu pemuncak sangat mendadak, namun banyak yang sempat melarikan diri, termasuk para pemimpin, antara lain telukbesi.
Sepeninggal raja hamzah, raja mandharshah naik tahta. Sejak awal pemerintahannya ada kegelisahan dari pihak yang anti kompeni. Lagi pula timbulah kekhawatiran bahwa golongan islam akan terdesak. Perpecahan memuncak dan meletuslah revolusi istana pada tanggal 31 juli 1650, waktu manila diproklamasikan sebaga raja untuk menggantikan mandarshah. Pengiriman ekspedisi vo di bawah de vlaming menimbulkan kegoncangan dikalangan pemberontak dan manila kemudian menyerah. Sebagian dari mereka meneruskan perjuangan di bawah pimpinan kecili said. Mereka meninggalkan ternate dan memusatkan perlawanan di howamohel.  Rakyat mendukung perjuangan itu karena gelisah bahwa banyak pelabuhan akan ditutup bagi kapal-kapal asing, lagi pula vo akan meneruskan gerakan hongi-nya .mazira sebagai kimelaha memimpin penyerbuan seram selatan, ambelau, dan manipu. Para raja di makian dan moti menggabungkan diri pada pemberontak .
Tanggal 10 maret 1651 di lancarkan serangan-serangan terhadap loji-loji di luhu yang dapat dipertahankannya, lainnya jatuh di tanan pemberontak yaitu do kambelo, assahudi , lessidi. Apa yang dikhawatirka oleh rakyat benar-benar dijalankan oleh voc, yaitu pembinasaan kebun cengkeh di daerah-daerah pemberontakan. Siasat ini sesuai dengan kondisi-kondisi  yang dipaksakan kepada mandarshah dalam perjanjian 31 januari 1652, antara lain penanaman cangkeh di daerah-daerah dalam kerajaan ternate dilarang, hanya diperbolehkan di ambon dan daerah voc  lainnya. Da samping itu jabatan kimelaha di seram dihapus , daerah itu diperintahkan  langsung oleh gubernur vo. Vo bebas dalam mendirikan benteng di mana saja, melarang semua orang asing mengunjungi daerah tersebut. Sebagai ganti rugi mandarshah menerima 12 ribu real setiap tahun.
Kedua saudara mandarshah , manila dan kalimata, meneruskan perjuangannya di jailolo dimana mereka membuat perahanan kuat. Mazira dapat meloloskan diri dan mengungsi ke makasar dari mana dia dapat melanjutkan perjuangan melawan kompeni.         





DAFTAR PUSTAKA:
. 1.       Kartodirdjo, Sartono. 1999. Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
2.         Poesponegoro, Marwati Djoened.1993.sejarah nasional Indonesia III.Jakarta: Balai Pustaka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar