Penetrasi
VOC di Maluku, Banda Dan Ambon
Sebagaidaerah yan
menjadi pangkal rute perdagangan rempah-rempah,
voc segera meletakkan basisnya di
wilayah itu dengan mengadakan kontrak kepada penguasa setempa. Voc muulai
mendirikan factory, loji atau benteng, pada 1603 voc mengadakan kontrak abadi
dengan daerah hitu, antara lain untuk salling membantu dalam menghadapi musuh
seperti portugis. Yang menarik ialah voc belum menuntut monopoli perdagangan.
Hubungan antaa voc dengan hitu sepeti dinyataka pada tahun 1609 memberi
keduduan pada rakyat hitu sebagai sekutu
dan uka sebagai bawahan. Kapitan hitu Tepil, diakui sebagai penguasa
wilayah.
Pada tahun 1607 voc juga
telah membuat perjanjian dengan ternate yang secara formal memegang hegemoni di
seam barat termauk luhu, kamelo, lusidi, hitu, dan Maluku selatan pada umumnya.
Dalam kontrak itu voc berhasil memperoleh monopol dalam perdagangan cengkeh.
Yang seering terjadi
kemudian mengenai perjanjian tersebut ialah bahwa rakya dan raja-raja sering
melanggarnya sehingga membangkitkan konflik antara voc dengan wilayah tesebut.
Dengan demikian terbukti bahwa kekuasaan ternate tidak efektif lagi, maka
voc melakukan perjanjian tersendiri
dengan raja-raja seram. Entulah system monopoli
yang dipaksakan voc menimbulkan tantangan, penghindaran, dan pergolakan
dikalangan masyarakat. Karena pedagang-pedagang asing lainnya dapat memberi
harga lebih tinggi. Bahkan 2 kali lipat harga yang ditawarkan voc seperti
pedagang-pedagang dari makssar dan jawa, hal ini mengakibatkan kecenderungan
rakyat menjual kepada pedagang-pedagang tersebut. Sehingga voc mengannggap
kegiatan jual beli dengan pedagang
asiang adalah tindakan penyelundupan atau illegal dan harus diberantas dengan
kekerasan. Dengan demikian melalui proses umpan balik timbul
pemberontakan-pemberontakan, dan politik penindasan voc semakin penuh
kekerasan. Perlawanan terhadap voc selalu mendappat duukungan dari lawan-lawan
voc seperti bangsa spanyol, inggris, portugis, Makassar dan jawa.
Pembunuhan terhadap
admiral verhoeff dengan pasukannya pada tahun 1608 mengundang ekspedisi untuk
menghukum dan mengganti penduduk pulau
dengan penduduk lain. Pada bulan februari
1621 coen memimpin ekspedisi ke pulau lontor. Penduduk sudah membuat benteng
pertahanan yang kuat di pegunungan sehingga sukar untuk direbut oleh musuh.
Untuk menghindari perang yang dahsyat kapitan hitu berusaha menjadi penengan
tetapi coen menolak. Ternyata pameran kekuatanya cukup mengesankan bagi rakyat
di tempat itu sehingga masyarakat
bersedia untuk berdamai namun pihak coen bersikeras untuk menyerang.
Orang-orang inggris dan portugis membantu pihak lontar dengan memberi meriam
serta meneruskan perdagangan. Serangan pertama 7 maret 1621 gagal dan pasukan
mundur untuk mengatur siasat baru, utara dan selatan, hal yang tidak terduga
bagi rakyat sehingga mereka terpaksa meninggalkan pertahanan mereka. Kemudian
di Lontar didirikanlah kastil victoria oleh voc.
Dengan jatuhnya lontar
dari Selman, perlawanan rakyat belum surut. Para pengungsi dikejar tetapi dapat
melawan dan memukul mundur pasukan kompeni, perlawanan kuat dilakukan dari
lereng pegunungan. Mereka didukung oleh orang kaya yang sudah tertawan di
benteng Nassau di nira, sementara para aja di pulau run telah menyatakan
ketaatannya kepada vo saat itu. Rakyat endak meneruskan perlawanan dengan
mengosongkan pulau run dan pindah ke plau seram, hal ini bertentangan dengan
kepentingan vocyang memerlukan tenaga mereka untuk kebun-kebun pala, maka
pasukan voc menghalang-halangi orang-orang yang pindah tersebut dengan cara
membunuh yang tertangkap sehingga masyarakat takut untuk pergi.
Seram selatan langsung
di bawah kekuasaan raja ternate, hamzah, yang dalam pertahanannya diwakili oleh
dua orang kimelaha. Meskipun hak monopoli telah diberikan kepada voc oleh raja
hamzah, akan tetapi banyah hasik rempah dijual kepada pedagang asing seperti
pedagang Makassar dan jawa dengan sepengetahuan para kimelaha itu, pada tahun
1624 luhu menjual kepda orang Makassar 150 bahar dan kepada vo nihil, untuk
memberantas penyelundupan itu setelah menimbun cengkeh untuk persediaan 10
tahun voc memerintahkan penebangan seara bear-besaran. Setiap tahun dikirim
angkatan yang terdiri atas kora-kora dengan pasukan yang melakukan penebangan. Tindakan itu membangkitkan kebencian rakyat
terhadap kompeni . kapitan hitu, kakiali dituduh bersekongkol dengan para kimehala pada tahun 1634
ditangkap dan diangkut ke Batavia. Karena pengaruhnya sngat besar
penangkapannya itu semakin menggelisahkan masyarakat , serangan vocterhadap
lusiala sebagai pusat penyelundupan gagal, antara lain karena psukan kompeni
terserang epidemic. Banyak rakyat ambon mengungsi dan di nisalaut timbul
pemberontakan , yang baru dapat dipadamkan pada bulan maret 1637. Peranan
kepemimpina kakiali, putra kapitan hitu tepil, dalam perjuangan rakyat hitu
cukup menarik, pada tahun 1621 dia dkirim ke gresik untuk memperoleh pendidikan
di bawah bimbingan panembahan giri. Semangat anti belandanya semakin tampak setelah dia kembali ke ambon
dimana dia memaksa beberapa negorij( kampong) dari golongan ulisiwa masuk
golongan ulilima. Golongan pertama lebih bersifat pro terhhadap voc. Lagi pula
dia menikah dengan seorang putri kimelaha yang dicurigai oleh vo. Sepeninggal
ayahnya timbul perebutan kedudukan antara bulan dan baros, kedua orang ini
adala saudara laki-lakinya, pada stu pihak , dan kakiali pada pihak lain. Lewat
intrik berhasilah kakiali merebuut kedudukan sebagai kapitan hitu. Peristiwa
kedatangan kapal dengan utusan dari panemmbahan giri mengakibatkan pergolakan.
Larangan kompeni terhadap kapal itu untuk berlayar di daerah tersebut dianggap
sebagai penghinaan oleh rakyat hitu terhadap tokoh yang mereka anggap keramat.
Undangan untuk mengadakan perundingan oleh voc hanya ditanggapi orang kaya yang
bermusuhan dengan kakiali. Dia sendiri muncul dengan menbawa pasukan, maka
penangkapannya yang telah direnanakan oleh vo gagal. Untuk kedua kaliinya
diadakan pertemuan, tidak di hitu tetapi di lessia, dimana kakialli terjebak
dan ditangkap. Penangkapan itu membangkitkan kekhawatiran rakyat itu dan di bawah pimpinan pattiwani mereka
meninggalkan daerah pantai untuk membuat pertahanan di pegunungan, yaitu
benteng wawani . segera datang bantuan dari kimelaha bersama pasukan orang
melayu untuk membuat pertahanan di pantai. Serangan kompeni tidak berhasil
merebut pertahanan tersebut, taktik voc berubah dengan penganiayaan terhadap
kakiali akhirnya terpaksa mengungkapkan aliansinya dengan ternate dan makasar
untuk menghalau voc dar Maluku, banda dan ambon. Pasukan kompeni di bawah
pimpinan van diemen berhasil merebut lusiala maka dengan posisi yang kuat dapat
membuat perundingan dengan kimelaha sibori, pada bulan mei 1637 kakiali
direhabilitasi pada kedudukannya semula dan segera para penguasa Maluku selatan
berdamai dengan voc serta menyatakan ketaatannya mereka.
Tindakan-tindakan
kompeni lebih lanjut menjadi provokasi bagi rakyat untuk melakukan perlawanan
terus. Paksaan oleh vo untuk melaksanakan system monopoli dan penebangan pohon
cengkeh serta pala. Voc mengarahkan tenaga laki-laki untuk melakukan penebangan
pohon cengkeh dan pala yang berlebihan, perahu atau kora-kora harus dibuat
sendiri dan pendayung harus membawa makanan sendiri reorganisasi pemerintahan
dengan menghapus empat serangkai dan jaatan kapitan hitu. Jabatan kapitan hitu
diciptakan oleh bangsa portugis, maka penghapusannya tidak merubah adat. Penghapusan
kedua lembaga yang lain secara radikal menembus adat sehingga dengan tindakan itu perlawanan rakyat
ulih hendak dipatahkan. Penghapusan, pemindahan dan penggabungan komunitas
sosial dijalankan dengan paksaan. Dengan penandatanganan pernyataan kesetiaan
para penguasa, perlawanan belumlah reda, bahkan kehadiran kakiali ditengah
rakyat membakar semangat mereka. Hanya sebagian kecil cengkeh diserahkan kepada
kompeni. Kakiali mulai tinggal di pegunungan dan berusaha berhubungan debgan
makasar untuk meminta bantuan kapal. Karea para kielaha turut serta dalam subversi
terhadap vo dengan bantuan raja ternate mereka ditindak , leilati ditangkap dan
ditawan di Batavia sementara jou luhu di bebaskan. Raja ternate terpaksa lebih banyak
menyerahkan konsesi terhadap voc yang memiliki kekuasaan lebih besar dalam
bidang monopoli perdagangan di ternate. Baik kakiali maupun jou luhu semakin
gencar melakukan perlawanan terhadap raja
yang di mata voc semakin tidak berdaya untuk memerintah akyat Maluku
selatan, untuk menghindari teanan vo itu maka
raja kembali ke ternate dan voc memperoleh kebebasan bertindak sendiri.
Sementara itu kakiali
berkali-kali mengirim utusan ke masar untuk memperkuat aliansi melawan vo, akan
tetapi pihak makasar tidak secara positif menanggapi ajakan pimpinan hitu
tersebut. Tidak pasti akan bantuan tersebut maka ia menjalankan diplomasi
berdamai terus meskipun dapat dianggap hanya perdamaian semu. Ia ingin
mempertahankan kebebasannya berdagang dengan pedagang melayu.
Pada 1641 kakiali mulai
melakukan penyerangan yaitu pada uring, dengan dukungan angkatan laut makasar
di bawah pimpinan daeng mangoppo dilakukan secara ofensif juga pada hitu lama
suatu benteng voc, kedua serangan itu tidak berhasil. Pergolakan berhenti
dengan penakhlukan kapahat pada bulan juli 1646. Pertahanan rakyat hitu di
pustkan di wawani, di mana di samping kubu-kubu kakiali dan pasukannya, adapula
kubu-kubu kesatuan makasar dan butung. Bahwasanya benteng itu kuat dan sulit
direbut, terbukti dari serangan kompeni pada akhir april 1643 yang terpukul
mundur oleh pertahanan gigih pasukan hitu. Kepungan terus-menerus memperlemah
moral di kalangan pemuka hitu. Akhirnya pertahanan dipindahkan ke kapaha,
kemana pasukann hitu mengungsi dan bertahan sampai 1645, setelah usaha
melakukan perundigan gagal, serangan umum terhadap kapaha dilakukan pada bulan
april 1645. Strategi ampuh dipraktekan, yaitu mengepung benteng dengan
blockade, semangat rakyat patah dan banyak yang menyerah. Serangan merebut
kubu-kubu terakhir di puncak gunung dimulai pada tanggal 25 juli 1646 meskipun
serangan terhadap kubu pemuncak sangat mendadak, namun banyak yang sempat
melarikan diri, termasuk para pemimpin, antara lain telukbesi.
Sepeninggal raja
hamzah, raja mandharshah naik tahta. Sejak awal pemerintahannya ada kegelisahan
dari pihak yang anti kompeni. Lagi pula timbulah kekhawatiran bahwa golongan
islam akan terdesak. Perpecahan memuncak dan meletuslah revolusi istana pada
tanggal 31 juli 1650, waktu manila diproklamasikan sebaga raja untuk
menggantikan mandarshah. Pengiriman ekspedisi vo di bawah de vlaming menimbulkan
kegoncangan dikalangan pemberontak dan manila kemudian menyerah. Sebagian dari
mereka meneruskan perjuangan di bawah pimpinan kecili said. Mereka meninggalkan
ternate dan memusatkan perlawanan di howamohel.
Rakyat mendukung perjuangan itu karena gelisah bahwa banyak pelabuhan
akan ditutup bagi kapal-kapal asing, lagi pula vo akan meneruskan gerakan
hongi-nya .mazira sebagai kimelaha memimpin penyerbuan seram selatan, ambelau,
dan manipu. Para raja di makian dan moti menggabungkan diri pada pemberontak .
Tanggal 10 maret 1651
di lancarkan serangan-serangan terhadap loji-loji di luhu yang dapat
dipertahankannya, lainnya jatuh di tanan pemberontak yaitu do kambelo, assahudi
, lessidi. Apa yang dikhawatirka oleh rakyat benar-benar dijalankan oleh voc,
yaitu pembinasaan kebun cengkeh di daerah-daerah pemberontakan. Siasat ini
sesuai dengan kondisi-kondisi yang
dipaksakan kepada mandarshah dalam perjanjian 31 januari 1652, antara lain
penanaman cangkeh di daerah-daerah dalam kerajaan ternate dilarang, hanya
diperbolehkan di ambon dan daerah voc
lainnya. Da samping itu jabatan kimelaha di seram dihapus , daerah itu
diperintahkan langsung oleh gubernur vo.
Vo bebas dalam mendirikan benteng di mana saja, melarang semua orang asing
mengunjungi daerah tersebut. Sebagai ganti rugi mandarshah menerima 12 ribu
real setiap tahun.
Kedua saudara
mandarshah , manila dan kalimata, meneruskan perjuangannya di jailolo dimana
mereka membuat perahanan kuat. Mazira dapat meloloskan diri dan mengungsi ke
makasar dari mana dia dapat melanjutkan perjuangan melawan kompeni.
DAFTAR PUSTAKA:
. 1. Kartodirdjo, Sartono. 1999. Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
2. Poesponegoro, Marwati Djoened.1993.sejarah nasional Indonesia III.Jakarta: Balai
Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar