Minggu, 04 Mei 2014

penetrasi voc di papua
Dengan kedaangan pedagang dan pelayar barat di perairan indonnesia bertambah banyakla kontak-kontak dengan papua seperti yang tercantum-cantum dalam erita-berita yang berasal dari pelayar tersebut, baik  pelayar portugis maupun spanyol memberitakan bahwa mereka telah sampai di papua dan telah mengadakan kontak dengan raja pribumi papua. Ekspansi barat dalam hal ini tidak mengenal batasnya, harapan akan menemukan hasil-hasil yang berharga seperti emas dan rempah mendorong pelayar voc  menjelajah sampai kai, aru, misool, waigeu, waigemo, ceram, bacan, dan sebagainya.
Ekspansi kerajaan ternate pada awal abad 17 telah mencapai seram, berturut-turut hikayat dan leliato dikirim sebagai penguasa oleh sultan munadar, kemudia pangeran ali telah memulai memungut upeti. Kontak serta hubungan kadang-kadang bersifat sahabat tetapi adakalanya bermusuhan. Lisabatta dan hatuwe menyerahkan bul bekti kepada ternate. Sewaktu tidore berperang dengan voc, sebuah ekspedisi dikirim untuk menghukum para pemuka seperti hatuwe, cebe, weda, waigeu, dan salawati.
Kebutuhan akan budak mendorong ekspansi ke papua. Menurut persetujuan rumbati (1652) beberapa daerah akan menyerahkan budak antara lain onin dan dan goram. Diberitakan bahwa pada tahun 1657 rakyat papua melakukan pemberontakan. Tapi pada tahun 1660 papua ada di bawah kekuasaan kerajaan tidore berdasarkan persekutuan abadi antara ternate, tidore dan bacan, maka bacan memasukkan misol kedalam lingkungan kekuasaannya. Pada 1662 rakyat goram melakukan pemberontakan terhadap kedatangan vinck. Berdasarkan kontrak pulau-pulau di papua menjadi lingkungan kerajaan tidore, dan kemudian menjadi daerah monopoli dari voc. Sejak itu voc mendukung usaha untuk memasukkan semua pulau papua di dalam wilayah tidore.
Proses integrasi daerah Maluku dan irian didorong oleh komunikasi baik yang berjalan dengan kekerasan maupun yang bersifat damai. Antara ternate, tidore, dan bacan terjadi persaingan untuk mendapatkan papua seutuhnya. Seperti misool, onin, raja ampat dan lain-lain. Sebaliknya diberitakan bahwa selalu ada perang atau serangan dari bangsa papua. Tindakan agresif yang selalu ada perang dan serangan dari rakyat pribumi tersebut, yang tersebut dalam istilah voc adalah sebagai perompakan atau pembajakan. Pihak voc sedang merintis daerah itu dan politiknya terutama ditujukan kepada ternate dan tidore, yaitu memakai keda kerajaan tersebut untuk mencakup daerah papua tersebut kedalam lingkungan monopolinya. Untuk menjamin hubungan itu diadakan konrak-kontrak dengan ternate, onon, polematte, mandarshah, dan kontrak baru dengantiga kerajaan secara langsung ternate, tidore dan bacan pada tahun 1667.
Persaingan dan pertentangan antara Negara-negara barat juga sampai ke daerah tersebut. Demam perintisan juga membawa banyak pelayar ke daerah papua seperti van diemen, ael tasman, james cook,  William dampier dan pelayar terkenal lainnya juga telah sampai ke daerah itu. Munculnya kapal-kapal inggris cukup menimbulkan kekhawatiran pada belanda ang gigoh mempertahankan monopolinya dalam perdagangan rempah-rempah.  Sebenarnya setelah diketahui bahwa papua tidak menghasilkan rempah-rempah  maka perhatian terhadap papua kurang. Boleh dikatakan semua kontrak tersebut di atas menyangkut ekstirpasi, system untuk membatasi daerah tanaman cengkeh, pala, dan remph-rempah lainnya      di pulau-pulau tertentu saja. Pelanggaran seperti yang dilaukan oleh pedagang Makassar di daerah misool dibalas dengan tindakan keras. Salawatti, misool dan onin di hajar, raja dan kapten laut salawatti serta kapten laut misool ditawan (1702).
Arena politik dalam wilayah Maluku dan papua penuh menunjukkan pergolakan yang disebabkan oleh pereutan lingkungan pengaruh di antara raja-raja. Sehubngan dengan itu rupanya kompeni tidak banyak campur tangan. Perebutan terjadi sekitar daerah suzereinitas atas misool, onin dan papua. Kekuasaan yang berkepentingan adalah ternate, tidore dan bacan.
Sejak tahun 1667 tidore telah memperoleh monopoli di pantai papua termasuk salawatti, namun untuk membuat hak itu efektif masih diperlukan dukungan kekuatan senjata. Meskipun tidore memiliki hak monopoli namun raja bacan masih memiliki pengaruh di misool. Ternate mengakui kekuasaan tidore baik di pantai utara maupun pantai barat dan selatan papua. Selanjutnya kompeni  tidak menghalag-halangi sultan tidore dalam usahanya meluaskan supremasinya di papua. Dukungan kompeni itu diperkuat dengan penyerahan seram timur, seram laut, dan goram kepada sultan tidore.
Mengenai empat raja papua, selama abad 17 tidak banyak terdengar tentang peranannya. Banyak kontak dengan dunia luar disebut dalam pemberitaan sebagai peperangan dan pemberontakan. Baik yang dilakukan dari pihak luar maupun dari pihak papua sendiri. Pada tahun 1653 raja salawatti merompak ke ambonia, sultan bacan merompak dan menganngkut budak dari seram pada tahun  1659, pasukan papua di misool di bawah pimpinan kecil bulam merompak ke onin dan kai pada tahun 1690. Dalam menanggapi situasi perang itu vo atau kompeni banyak menyerahkan kepada tidore untuk bertindak. Kontrak-kontrak dai tahun 1703, 1709 dan 1728 tetap mengakui kekuasaan disebagian pulau-pulai dekat papua. Dalam menghadapi situasi yang penuh anarki tersebut sultan tidore merasa tidak mampu untuk mengendalikannya. Tidak mengherankan pada pemberitaan pada abad ke 18 masih banyak erdapat peperangan, pemberontakan dan perompakan yang dilakukan oleh bangsa papua (1731, 1757, 1766, 1767). Rupanya sejak tahu 1770 permusuhan terhadap dunia luar semakin meningkat  dan bersama itu frekuensi perompakan meningkat pula. Yang menarik perhatian adalah adakalanya perompakan yang dilakukan oleh orang papua atas dorongan dari sultan tidore sendiri, seperti yang terjadi pada tahun 1731 di seram. Pengaruh raja itu semakin besar da ada renana padanya ntuk menangkap raja salawatti dan kapten laut misool. Karena pengaruh nya yang besar itu ditentangnya pula system ekstirpasi vo atau kompeni.
Dalam persekutuannya dengan baan sultan jamaluddin menghadapi ancaman dari ternate  yang hendak memerang tidore. Dalam perlawanannya terhadap tidore, raja salawatti, waigeu, kapten laut misool mengerahkan pasukan papua untuk melakukan perompakan. Kekacauan yang terjadi kemudian mengundang kompeni untuk mengirim ekspedisi guna menghukumpara pengacau tersebut. Di antara yang dihukum tersebut ada orang-orang Makassar. Hal ini perlu dihubungkan dengan kehadiran pedagang-pedagang Indonesia yang sudah lama sebelum kedatangan bangsa barat melakukan perdagangannya di papua. Dapat diduga bahwa ekspansi pengaruh monopolitas voc mendapat tantangan dari golongan mereka pada umunya dan kelompok orang kaya kususnya. Kedudukan orang-orang kaya di keffing sangat kuat sampai-sampai raja oni tertunduk padanya. Seorang diantaranya adalah laku. Sampai akhirnya dietahui oleh keitjs, utusan kompeni, bahwa orang kaya memiliki hak yuridiksi untuk berdagang di daerah pantai utara papua.  Segera keijts menyatakan kesalahan voc dan tidak berhak untuk berdagang di papua. Karena pengakuan keitjs itu laku sangat baik terhadap keijts dan sebagai keijts diberi pertolongan, yaitu khusus diantar keraja onin.
Adapla orang kaya yang melakukan pemberontakan terhadap kumpeni dan lebih bersekutu dengan pedagang inggris. Haji umar dari blambangan membantu Herbert waktu dia berkunjung ke pulau itu pada taun 1774. Ekspedisi waylandt juga berjumpa dengan seorang orang kaya yang bernama lukman.
Dalam bagian kedua aba ke 18 keadaan politik mulai berubah. Pengaruh misool pada onin dalam periode kekuasaan bacaan merosot dan kedudukannya prakts bebas, yang ada hanya hubungan perdagangan dengan rakyat seram dan goram. Pengaruh vo di pantai utara papua hanya efektif selama ada dukungan kekuatan senjata. Rakyat di daerah papua itu siap mengikuti perintah sultan tidore apabila diajak mengadakan perompakan, akan tetapi apabila sultan itu hendak mengekang mereka dalam melakukan kegiatan tersebut, rakyat menentangnya. Lambat laun rakyat onin tersohor sebagai perompak.
Apabila perompakan itu dipandang dari kacamata voc dengan kepentingan monopoinya maka kegiatan itu dapat diangap sebagai gerakan agitasi luas yang hendak menembus segala maam pembataan atau pengekangan. Seagai gerakan bawah tanah yang dilakukan di lautan perompakan merupakan protes dan  reaksi kuat terhadap penetrasi voc dan pedagang barat lainnya tidak jelas gejala tersebut dengan kenyataan bahwa banyak orang kaya orang kaya beroperasi di daera itu. Lagi pula dalam periode itu proses islamisasi sudah berjalan, sehingga seperti di daerah-daerah lainnya di Indonesia muncullah ideology yang dapat menjiwai rakyat menentang penetrasi kaum kafir. 





Daftar pustaka:
1.      Poesponegoro, Marwati Djoened. 1993. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Balai Pustaka
2.       Prof. Dr. Nasution, S, M.A. 2011. Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara

3.      Madjid, Nurholish, 2003. Indonesia Kita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar