Sabtu, 17 Mei 2014

JUGUN IANFU

Dalam arti lurusnya jugun ianfu berarti wanita penghibur yang mengikuti tentara. Dalam dokumen-dokumen resmi tentara jepang, nama resmi para wanita penghibur ini adalah teishintai atau barisan sukarela penyumbang tubuh. Pada kenyataan yang sebenarnya banyak dari para jugun infu tidak berseia secara sukarela menghibur tentara jepang. Praktik jugun ianfu pertama kali diadakan oleh jepang di korea, wilayah yang dikuasai oleh jepang pada akhir abad 19. Korea juga menyumbang kontingen jugun ianfu terbesar, dimana sekitar 200.000 orang yang dijadikan udak seks.
Menurut laporan banyak terjadi tindak kekejaman terhadap wanita-wanita malang itu. Apabila ada diantara mereka ada yang menolak untuk melakukan perintah tentara jepang dia akan dihukum dengan cara mengikatkan leher dan keempat anggota tubuhnya ke lima ekor kuda kea arah yang berlawanan. Bahkan wanita penghibur yang diketahui mengidap penyakit kelamin dibakar hidup-hidup atau diledakkan dengan granat.
Ketika jepang menuduki Indonesia, mereka juga mengambil wanita-wanita Indonesia intuk menjadi jugun ianfu. Pramoedya ananta toer mengenang nasib salah seorang wanita penghibur ini. Ketika dipenjarakan ke pulau buru, seorang rekan tahanan bertemu dengan seorang wanita paruh baya yang berbicara bahasa jawa tinggi. dia merupakan anak perempuan dari seorang wakil kepala desa dari wonogiri di jawa tengah. Pada tahun 1943 ketika ia berusia 14 tahun orang jepang membawanya ke luar pulau jawa dengan janji akan diberi pendidikan. Dia dikirim ke ambon dan kemudian ke pulau seram yang terpencil, di sana ia menemukan dirinya berada di asrama dengan wanita-wanita muda lainnya. Tugas utama mereka ialah menjadi pemuas nafsu tentara jepang.
Wanita lainnya adalah mardiyem pada berusia 13 tahun dan telah ditinggal mati oleh ayahnya. Dia diujuk oleh tentara jepang sebagai pemain sandiwara di Kalimantan bersama 48 wanita sebayanya. Dia bertolak ke stasiun tugu Jogjakarta. Dia sama sekali tidak memiliki prasangka buruk terhadap tentara jepang yang ramah kepadanya. Rombongan itu akhirnya berangkat dengan kapal laut dari Surabaya ke Banjarmasin.
Akan tetapi,ketika tiba di tempat tujuan di telawang, mardiyem ternyata dijadikan budak seksoleh tentara jepang. Dia mendapatkan nama jepang momoye dan dipaksa melayani 20 orang pria setiap hari. Akhirnya ia hamil namun ketika hal itu diketahui pimpinan asramanya, mardiyem dipaksa untuk menggugurkan kndungannya. Tanpa menggunakan obat bius, perutnya diremas oleh empat orang pria sehingga dia mengalami keguguran. Setelh beberapa hari istirahat ia dipaksa untuk beroperasi lagi sebagai penghibur. Suhana seorang jugun ianfu di cimahi, jawa barat, akibat dipaksa melayani sepuluh orang jepang setiap hari ia terpaksa melakukan operasi Rahim sehingga membuatnya tidak memiliki anak lagi.lebih buruk lagi, kedua orang tuanya yang berusaha mencari suhana dibunuh tentara jepang.       
Tidak semua perekrutan jugun ianfu dilakukan secra halus. Sebuah dokumen tertanggal 13 maret 1946 yang ditulis oleh para penuntut belanda menyatakan kesaksian seorang pegawai sipil jepang yang menceritakan bagaimana seorang perwira memaksa sejumlah wanita pribumi di Kalimantan telanjang bulat dan melempari wajah mereka. “ kami menahan mereka atas perintah kepala keamanan guna menemukan alasan agar dapat memasukkan mereka ke dalam bordil”
Lama-kelamaan, praktik perekrutan para jugun ianfu menimbulkan kemarahan dari kalangan penduduk Indonesia. Di pulau saparua, ketika jepang berusaha menaikkan para gadis ke kapal, penduduk pulau itu tiba-tiba berkumpul dan medekat ke kapal. “kembalikan anak kami” sekalipun pada akhirnya tidak terjadi insiden dan misi penculikan itu berhasil, tetapi hal tersebut menunjukkan bahwa ketakutan rakyat Indonesia terhadap jepang mulai terkikis. Di beberapa tempat, telah terjadi perlawanan terhadap penguasa jepang


Kutipan dari buku yang erjudul konflik bersejarah dalam cengkraman dai nippon   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar