Sabtu, 03 Januari 2015

biograpi



NAMA: MUSRI INDRA WIJAYA/ SI V / B

BIOGRAFI FATMAWATI SOEKARNO

Siapa yang tidak mengenal Fatmawati Soekarno,  beliau merupakan Ibu Negara Pertama Republik Indonesia, istri dari Presiden Soekarno dan juga dikenal sebagai Penjahit bendera Pusaka yang dikibarkan pada saat Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 agustus 1945. Fatmawati lahir pada hari Senin 5 Februaari 1923 pukul 12.00 siang di kota  Bengkulu. Sebagai putri tunggal keluarga H. Hassan Din dan Siti Khadijah. Masa kecil  Fatmawati penuh dengan tantangan dan kesulitan akibat Kolonialisme yang dijalankan oleh pemerintah Hindia Belanda. Ayahnya H. Hassan adalah pegawai perusahaan Belanda BERSOMIJ di Bengkulu, tetapi tidak mau meninggalkan  kegiatannya sebagai anggota  Muhammadiyah, ia kemudian keluar dari perusahaan itu, setelah itu H. Hassan sering berganti usaha dan berpindah ke sejumlah kota di kawasan Sumatera Selatan [1].
Tidak banyak diketahui oleh orang bahwa sebenarnya  Fatmawati merupakan keturunan dari Kerajaan Indrapura Mukomuko sang ayah H. Hassan Din adalah keturunan ke-6 dari Kerajaan Putri Bunga Melur. Putri Bunga Melur ila diartikan adalah putri yang cantik sederhana, bijaksana tak heran bila Fatmawati memiliki sifat bijak dan mengayomi. Jalinan cinta antara bung karno dan fatmawati pada awalnya membutuhkan perjuangan yang sangat berat terpaksa harus terelakan kepergian bu Inggit sosok wanita yang begitu tegar dan tulusnya mendampingi Soekarno dalam perjuangan  mencapai Indonesia merdeka. Pahit getir sebagai orang buangan  (Tahanan Belanda) sering dilalui Soekarno bersama bu Inggit. Namun sejarah berkata lain. Perjalanan waktu kehendak lain kehadiran Fatmawati diantara  Soekarno dan bu Inggit telah merubah segalanya.
Pada tahun 1943 bung karno menikahi Fatmawati, dan oleh karena Fatmawati masih berada di Bengkulu , sementara soekarno masih sibuk dengan kegiatannya di Jakarta   sebagai  pemimpin pusat tenaga rakyat ( PUTERA), pernikahan itu dilakukan dengan wakil salah seorang kerabat Soekarno Opseter Sardjono pada 1 juni 1943 Fatmawati dengan diantar orang tuanya berangkat ke Jakarta melalui jalan darat sejak itu fatmawati selalu mendampingi Soekarno dalam perjuangannya meraih kemerdekaan RI.  Perjalanan kehidupan Fatmawati dengan Soekarno akhirnya dikaruniai lima orang anak yaitu: Guntur, Mega, Rachma, Sukma, dan Guruh. Belum genap mereka mengarungi rumah tangga soekarno tidak bisa menahan gejolak cintanya kepada wanita lain bernama Hartini. Inilah salah satu pangkal sebeb terjadinya perpisahan yang dramatis antara Soekarno dan Fatmawati.
Hari Jum’at di bulan Ramadhan pukul 05.00 pagi, fajar 17 Agustus 1945 memancar di ufuk timur kala embun pagi masih menggelantung  di tepian daun, para pemimpin bangsa dan para tokoh pemuda keluar dari rumah Laksamana Muda Maeda Tadashi, dengan diliputi kebanggaan setelah merumuskan teks proklamasi hingga dinihari. Mereka telah sepakat  untuk memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia hari itu di rumah Soekarno, jalan pegangsaan timu no 56 jakarta pada pukul 10.00 pagi tepat dengan suara mantap dan jelas, Soekarno membacakan teks Proklamasi pekik merdekapun berkumandang dimana-mana dan akhirnya mampu mengabarkan kemerdekaan keseluruh Indonesia dan keseluruh Dunia [2].
Kalau ada yang bertanya apa peran perempuan menjelang detik-detik Proklamasi kemerdekaan? Tenti kita akan teringat dengan sosok Fatmawati, istri Soekarno. Dialah yang menjahit bendera sang saka merh putih, setelah itu ada seorang pemudi Trimurti yang membawa nampan dan menyerahkan bendera  sang saka kepada Latief Hendraninggrat dan Soehoed untuk dikibarkan. Dan semua hadirin mengumandangkan lagu Indonesia raya di jalan Pegangsaan Timur nomor 56 jakarta pada hari itu ibu Fatmawati ikut dalam upacara tersebut dan menjadi pelaku sejarah  kemerdekaan Indonesia.
Salah satu  butir keputusan PPKI dalam sidangnya tanggal 19 Agustus 1945 adalah memilih Soekrno dan Moh. Hatta sebagai presiden pertama Republik Indonesia pada tanggal 4 Januari 1946 pusat pemerintahan Indonesia dipindhkan ke Yogyakarta karena keadaan Jakarta dirasakan makin tidak aman menyusul hadirnya NICA yang membonceng kedatangan tentara Sekutu.
Ibu Fatmawati dan pak karno tidak pernah merayakan  ulang tahun pernikahan mereka. Jangankan kawain perak atau kawin emas ulang tahun pernikahan ke-1, ke-2 atau ke-3 saja tidak pernah. Sebebnya tak lain karena keduanya tak pernah ingat kapan menikah. Ini bisa dimaklumi karena saat erlangsungnya pernikahan zaman sedang dibalut perang. Saat itu perang dunia 2 sedang berkecamuk dan Jepang  baru datang  untuk menjajah  Indonesia[3].
“kami tidak pernah merayakan pernikahan perak atau emas seab kami tidak ernah ingat kapan tanggal pernikahan kami, sebab kami anggap itu soal remeh , sedangkan kmi selalu dihadapkan pada persoalan yang berat dan besar, hebat dan dahsyat”  begitu cerita ibu fatmawati di buku bung karno masa muda terbitan pustaka antar kota 1978.
Kehidupan bung Karno dan Fatmawati memang penuh dengan gejolak perjuangan. Dua tahu setelah  mereka menikah Indonesia mencapai kemerdekaan. Tetapi ini belum selesai justru  saat  itu perjuangan fisik mencapai pucaknya. Soekarno pastinya terlibat dalam setiap momentum penting perjuangan bangsa. Pasangan ini melahirkan putra pertamanya yaitu Guntur Soekarnoputra. Guntur lahir pada saat bung karno sudah berusia 42 tahun. Berikutnya lahirlah Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri dan Guruh Soekarnoputra.  Putra putri  pasangan ini memiliki bakat kesenian yang tinggi. hal ini tidak aneh karena  baik ayah maupun ibunya memiliki pengagum karya seni yang cukup tinggi.
Di Yogyakarta ibu Fatmawati mendapatkan simpati yang anyak, karena sikapnya yang ramah tamah dan mudah bergaul dengan berbagai lapisan masyarakat. Sebagi seorng ibu Negara, ibu rumah tangga  fatmawati kerap mendampingi Soekarno dalam kunjungan ke berbagai wialayah  Republik Indonesia untuk memangkitkan semangat perlawanan rakyat terhadap belanda  dan mengikuti kunjungnan presiden soekarno ke berbagai Negara sahabat. Peran serta wanita dalam pembangunan telah ditunjukkan oleh Fatmawati, beliau sering melakukan kegiatan social seperti akti melakukan pemberantasan buta huruf , Mendorong kegiatan kaum perempuan , aik dalam pendidikan maupun ekonomi. Pada  14 mei 1980 ia meninggal dunia karena serangan jantung ketika dalam perjalanan pulang umroh dari mekah yang lalu dimkamkan di Karet Biyak, Jakarta. Kata-kata terakhir beliau sebelum meninggal yaitu:
“datang ke mekah sudah pendaman cita-citaku. Saban hari aku melakukan zikir dan mengucapkan syahadat serta memohon supaya diberi oleh tuhan keberanian dan melanjutkan perjuangan fisabilillah aku berdoa untuk cita-cita seperti semula yaitu cita-cita Indonesia merdeka jangan sampai terbang Indonesia merdeka”.
Rumah sakit Fatmawati pada mulanya bernama rumah sakit ibu Soekarno, terletak di Kelurahan Cilandak barat, Kecamatan Cilandak, wilayah Jakarta Selatan. Didirikan pada tahun 1954 oleh ibu Fatmawati Soekarno. Semula direncanakan untuk dijadikan sebuah Sanatorium penyakit paru-paru bagi anak-anak. Pada tanggal 15 pril 1961 penyelenggaraan dan pembiayaan rumah sakit diserahkan kepada departemen kesehatan sehingga tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari jadi RS Fatmawati. Dalam perjalanan RS Fatmawati tahun1984 ditetapkan sebagai pusat rujukan Jakarta Selatan dan tahun 1994 ditetapkan sebagai RSU kelas B pendidikan[4].
Di kota Bengkulu  sebagai kota kelahiran Fatmawati pemerintah daerah beserta  seluruh elemen memerikan apresiasi terhadap ibu Fatmawati. Sebagai bentuk penghargaan dan sekaligus untuk mengenang ibu Fatmawati maka tanggal 14 November 2001, Bandar Udara Padang Kemiling diubah menjadi Bandar Udara Fatmawati.  Perubahan nama Bandar udara ini diresmikan oleh presiden RI Megawati Soekarnoputri. Perjuangan ibu Fatmawati selama masa sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan diakui oleh pemerintah pusat, melalui keputusan Presiden Republik Indonesia  Nomor 118/TK/2000 oleh Presiden Abdurrahman Wahid, maka pemerintah Republik Indonesia memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada ibu Fatmawati.

Notes:
[1]. Frederick, William H. 2005. Pemahaman sejarah Indonesia sebelum dan sesudah revolusi. Jakarta. Lp3es
[2]. Bandoro, Bantarto, dkk. 1995. Refleksi setengah abad kemerdekaan Indonesia.
[4]. http://id.wikipedi.org/wiki/fatmawati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar