Selasa, 03 Juni 2014

BAB 2
ISI
2.1. LATAR BELAKANG PEMANGUNAN REL KERETA API
Jauh seelum pecah perang dunia kedua. Jepang sudah mempersiapkan secara matang untuk menguasai Asia. Persiapan-persiapan secara matang ditandai dengan penyebaran spionage ke berbagai Negara di asia yang menjadi Negara jajahan bangsa eropa. Bemacam-macm penyamaran dilakukan oleh spionage jepang ini. Ada yang menyamar sebagai pedagang mainan anak-anak. Ada yang menjadi pedagang kelontong, ada yang menjadi pemborong bangunan, tukang batu, tukang foto dan lain-lain.
Akhirnya pada tangga 8 desember 1941 bala tentara jepang telah menyerang pearl harbor ( teluk mutiara) di kepulauan hawwai yang dikuasai amerika serikat dalam rangka mewujudkan ambisinya yakni menguasai asia timur raya. Tujuan jepang menyerang teluk tersebut adalah kekuatan miter amerika saat itu sebagian besar berpusat di tempat tersebut.
Jepang menghadapi lawan yang cukup kuat yaitu Amerika Serikat, Belanda, Cina, dan Inggris, dengan semboyan ABCD ( amerika, britai, china and dutch). Perang ini dinamakan perang pasifik. Jepang telah melakukan perang kilat yang dahsyat tanpa diumumkan terlebih dahulu. Sehingga dalam tahun 1942 negara-negara jajahan amerika serikat, inggris, belanda dan prancis berhasil direbutnya termasuk Indonesia.
Meskipun jepang telah berhasil dalam tahun 1942 itu menguasai beberapa Negara di kawasan pasifik, namun mereka menyadari bahwa kemenangan belumlah berarti sudah berada di pihak mereka. Oleh karena itu dalam tahun 1942 jepang mulai memperkuat pertahanan mereka di Negara-negara yang dikuasainya tersebut. Diantaranya membangun jalan kereta api dari muara sijunjung – pekanbaru. Pembangunan rel ini menurut perhitungan ahli militer jepang termasuk mempunyai arti dan jangkauan strategis dalam rangka usaha memperkuat kedudukan di Negara-negara yang sudah dikuasai tersebut.tersebut merupakan daerah yang potensial bilaman ditinjau dari aspek militerdan ekonomi untuk memenangkan perang asia timur raya.
Sumatera barat merupakan lumbung beras dari sumatera tengah, sedangkan riau terdapat pertamangan minyak yang sudah beroperasi. Selain itu daerah riau terdapat dua pelabuhan yakni pelabuhan sungai siak dan pelabuhan samudra dumai. Pelabuhan sungai siak terletak jauh ke daerah pedalaman yang dapat dilalui oleh kapal berukuran 1000 ton, pelabuhan ini merupakan pelabuhan sungi terdalam di Indonesia yng ermuara ke selat malaka. Pelabuhan samudera dumai terletak di selat Malaka yang mampu dilalui kapal berukuran puluhan ribu ton. Sedangkan pelabuhan telauk bayur yang berada di daerah sumatera barat juga tidak kalah pentingnya baik pada masa perang maupun pada masa damai, karena satu-satunya pelabuhan alam yang terbesar di samudra Indonesia.
Dalam hal ini nampaknya jepang juga melihat dari aspek strategi militer yang didorong nafsu kekuasaan, akan tetapi kurang menghayati sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak ratusan tahun silam tidak rela dijajah ole hangs manapun, apakah penjajah itu berkulit putih atau berkulit erkulit kuning. Demikian juga jepang tidak memahami hakikat keyakinan bangsa Indonesia bahwa setiap usaha apapun yang dilakukan dengan kekejaman dan kedzaliman lambat laun pasti akan menerima pembalasan yang setimpal dari tuhan, karena tuhn tidak menyukai bangsa yang berbuat aniaya tersebut. Pengalaman sejarah dan kekuatan spiritual bangsa Indonesia inilah yang tidak disadari oleh militer jepang pada waktu memaksa angsa indonesia menjadi romusha  membangun jalan kereta api maut tersebut.

2. 2. PEMUDA-PEMUDA DIJADIKAN ROMUSHA  
Kedatangan ala tentara jepang di Indonesia di sambut baik dengan penuh harapan akan diberikan kemerdekaan. Rakyat Indonesia sudah terlalu lama menderita di bawah penjajahan belanda. Tentara jepang mengatakan pada awalnya pada rakyat Indonesia bahwa mereka datang ukan untuk menjajah, tapi untuk membebaskan saudaranya dari penjajahan barat yang sudah terlalu lama menderita. Jepang mengatakan bahwa mereka adalah saudara tua Indonesia dan tak rela melihat saudaranya terjajah dan menderita.
Rakyat  awam pada waktu itu tentu percaya kedatangan jepang akan memperabiki keadaan bangsa Indonesia. Pada awalnya tentara jepang memberikan angan yang menggiurkan rakyat. Yakni akan dieri pekerjaan untuk mengatasi kemiskinan mereka. Selain itu mereka akan di beri makanan, pakaian dan gaji jika bekerja pada militer jepang. Banyak pemuda-pemuda yang mendaftar mencalonkan diri pada penawaran jepang ini terutama di jawa yang banyak sekali masyarakat miskin. Apa yang mereka ucapkan sebelumnya ternyata tidak sesuai dengan kenyataan yang berlaku. Pada penghujung tahun1942 pemuda-pemuda mulai dikerahkan untuk kerja sukarela. Pada tahun 1943 sampailah pada puncaknya pemuda kita dipaksa memangun jalan kereta api sepanjang 220 km dari muara sijunjung-pekanbaru. Banyak romusa – romusa ini berasal dari jawa, yang tergiur oleh harapan yang diberikan oleh jepang tersebut.
Tenaga kerja paksa yang disebut romusa terdiri dari orang jawa, tawanan perang seperti belanda, inggris serta tenaga lokal. Namun tenaga kerja lokal sedikit sekali yang diketahui.  Jumlah romusa yang seenarnya tidak dapat diketahui karena dokumen mengenai itu hais dibakar oleh jepang sewaktu tanggal 15 agustus 1945.  Tenaga kerja dari jawa yang rata-rata berusia sekitar 18-25 tahun. Ketika baru sampai di daerah muara sijunjung keesokan harinya mereka langsung dipekerjakan.

2.3. PEMBANGUNAN REL DI DESA LOGAS     
Zaman Penjajahan Jepang, Kereta Api merupakan salah satu alat transportasi jarak jauh yang digunakan. Umumnya untuk kepentingan pengangkutan barang tambang dan tentara jepang. Romushalah yang mengerjakan rel untuk kereta tersebut. Romusha terdiri dari tiga kelompok kerja, yaitu tentara belanda (interneer) yang menjadi tahanan, orang-orang cina dan orang-orang dari pribumi. Romusha bersama-sama menebang pohon, menggali dan meninggikan tanah yang akan menjadi jalur rel kereta api ini. Agar kereta dapat menyeberangi sungai maka romusha ini juga akan membuat jembatan diatasnya sesuai dengan tinggi jalur sebelumnya dan lebar sungai. Bila harus melewati rawa, maka mereka bertugas untuk menimbun rawa tersebut dengan meruntuhkan tebing-tebing yang ada disekitarnya. Tujuan utamanya yaitu agar rel kereta yang akan dipasang nanti hampir sama tingginya dan hampir sama lurusnya, alias agar kereta dapat berjalan mulus dan lurus. Pembersihan dan pembuatan jalur langsung diiringi oleh pemasangan rel.
Desa Logas termasuk salah satu jalur yang dilewati oleh kereta api jepang ini. Mempunyai satu stasiun terletak antara sungai libuai hingga sungai arang, dengan panjang sekitar 40 lebar sekitar.12. m. saat ini stasiun tersebut sudah menjadi pemukiman masyarakat. Kenang-kenangan stasiun yang diingat masyarakat adalah satu unit gerbong lokomotif, satu unit lori batu bara dan satu unit angkong besi serta rel-rel yang bersiliweran. Semua alat tersebut masih bertengger di atas relnya hingga sekitar tahun 1970-an.
Sementara itu, jalur Logas-Pekanbaru, menurut beberapa laporan, benar-benar dipakai. Di jalur ini berjalan kereta api yang membawa tawanan perang dari kamp-kamp ke tempat kerja, dan juga kereta api barang, pengangkut bahan-bahan kebutuhan hidup dan kereta api pengangkut batu bara. Pada bulan Juni 1945 alat-alat bengkel dari Pekanbaru dibawa ke Logas. Sejak bulan itu, Logas menjadi balai yasa untuk perawatan kereta api. Di sana dapat diperbaiki gerbong barang dan juga diproduksi tirpon. Jalur Petai-Pekanbaru sepanjang 119 km, dan juga jalur sepanjang sekitar 18 km ke tambang batu bara di Tapui (11 km jalur sempit 700 mm, sisanya jalur 1067 mm) dipakai sejak awal Mei 1945 sampai 15 Agustus 1945 untuk mengangkut batu bara. Menurut Neumann dan Meijer, ada “dua atau tiga kereta api batu bara setiap minggunya”, dan juga “beberapa gerbong batu bara disambungkan ke kereta api pengangkut tawanan perang”. Jalur ini hanya aman untuk kecepatan sangat rendah, menurut Meijer kecepatan rata-rata adalah lima kilometer per jam, dan sering terjadi keluar rel.
Rel kereta, membentang dari ujung desa logas (saat ini sudah menjadi kawasan muara lembu) sebelah kiri jalan (arah teluk kuantan) lurus hingga stasiun. dari stasiun, menyerong lurus kearah dalam melewati jembatan diatas sungai libuai membentang lurus melewati sisi tanah lapang yang bersisihan dan menyeberangi sungai mantun/pantun logas hilir. Rel kereta terus dibangun lurus melewati rawa sepanjang.4000 m hingga jalan ojolali, terus lurus melewati mesjid al-ikhlas dan menyeberangi sungai limangan perbatasan desa logas dan logas hilir. Dari sungai limangan rel lurus hingga titik perbukitan yang cukup tinggi dan akhirnya rel agak dibelokan sedikit menyeberangi jalan tanah (dulunya belum diaspal), sungai botuang membentang lurus di atas kerikil hasil korekan kapal tambang belanda lurus hingga lubuk ambacang dan seterusnya hingga ke sumbar.
Keadaan romusa di logas dan desa lainnya sangat mengenaskan. Tidak ada istilah panas ataupun hujan. Mereka harus ekerja keras. Adakalanya jalan kereta api melewati rawa-rawa, rawa-rawa out harus ditimbun dengan tanah. Agaimanapun jalan kereta api harus segera disiapkan.  Mereka harus menggali tanah-tanah berbukit dan menimbun bagian yang berawa-rawa tempat yang rendah dari ujung jalan atau pangkal jalan. Mengangkat kayu untuk bantal rel dan jembatan. Mengangkat besi- besi rel.
Tenaga kerja yang laman setiap hari ditempelang, dilempar ada juga yang digantung dan disandarkan ke tiang sambil dicambuk sambil mengerang kesakitan. Tenaga kerja lokal seperti orang Kampar melarikan diri kehutan dan kemali kekampungnya. Sementara romusa dari jawa yang melarikan diri mati tertembak da nada yang tertangkap dan disiksa dengan kejam.
Makam para romusa yang menjadi korban pembuatan rel kereta api yang menjadi Koran pembuatan rel kereta api yang waktu itu terkenal dengan jalan kereta api “Loge” (Logas) anyak tersebar disepanjang jalan. Yang terbesar adalah di simpang tiga Pekanbaru. Nama logas semakin mengerikan di telinga pemuda indnesia. Ketika mereka disuruh bergotong royong kesana mereka enggan untuk pergi ahkan ada yang menyemunyikan diri dengan meninggalkan kampungnya dan lari ke hutan.
Setelah jepang menyerah kepada sekutu. Dan tentara jepang dilucuti dan dipulangkan ke jepang. Para romusa ditinggal saja oleh orang-orang jepang, mereka pergi kekampung-kampung dan meminta sedekah ke masyarakat. Karena kehidupan masyarakat sulit pula pada saat itu maka pemerian sedekah sangat terbatas dan tidak dapat dilakukan setiap hari. Setelah pekerjaan yang dimulai sejak bulan april 1943 dan selesai 15 agustus 1945 bertepatan dengan kekalahn jepang dalam perang dunia kedua.

2.4. HASIL WAWANCARA MBAH DAMIN MANTAN ROMUSHA
Nama Damin, tua dari tiga bersaudara. miskam dan miskun adalah adik-adiknya. Lahir dari keluarga miskin pasangan bapak bujan dan ibu kaminah. Lahir di  kewalian ndoko kecamatan simpeng, kabupaten blitar jawa timur sekitar tahun 1916 atau 97 tahun yang lalu. Kehadiranya dalam rombongan romusha adalah untuk menggantikan sang ayah sebagai peserta wajib romusha. Akibat kemiskinan dan dengan niat membantu perekonomian kedua orang tuanya waktu itu maka Damin dan ayahnya berunding siapa yang akan berangkat. Berhubung si sulung damin masih muda, dan beranggapan belum sanggup untuk membiayai ibu dan dua orang saudaranya maka dia setuju untuk ikut program Romusha di Sumatra. Maka dilaporkanlah kembali pergantian nama ayahnya ke buapati blitar waktu itu.
Perintah mencari pekerja memang dilakukan oleh orang jepang, tapi pemerintah pribumi yang melaksanakan pengumpulan warganya agar seorang juru promosi atau kaibodan dapat beraksi. Tanpa mengetahui dengan jelas jenis pekerjaannya, “pokoknya diajak kerja, itu saja” kata beliau. Sama seperti warga lain yang ikut tergoda oleh bujuk rayu keybodan yang katanya menjadi tukang rekrut pekerja-pekerja malang ini. Dari janji keybodan tersebut adalah kerja di sumatra selama tiga bulan dapat membawa uang dan kain yang banyak. Untuk meyakinkan calon pekerja sang keybodan membawa foto orang kaya yang sedang membawa banyak barang dan dikatakanlah bahwa orang tersebut berasal dari sumatra setelah mengikuti kegiatan “kerja” tiga bulan yang mereka katakan. Satu kewalian berangkat sebanyak 25 orang.
Selama perjalanan menuju pelabuhan Tanjung Priok kebutuhan makanan cukup sebanyak tiga kali sehari. Hingga sampai di Tanjung Priok, rombongan Romusha mulai bekerja sebagai pengangkut garam dari pelabuhan ke kapal. Selama perjalanan dengan kapal, makanan mulai dikurangi. Makanan berupa nasi jagung, dengan jagungnya lebih banyak. Perjalanan kapal selama tiga hari tiga malam menuju pelabuhan teluk bayur sumbar. Penumpang kapal tersebut yaitu, tentara jepang, penduduk pribumi jawa dan pasukan belanda yang menjadi tawanan atau interneer. Malam sampai di Pelabuhan teluk bayur padang, pekerja ditempatkan dikandang kuda. Pekerja masak sendiri, dengan bahan makanan berupa ikan bada, beras sehari semalam dua ons.
Pembuatan rel dimulai dari muaro sijunjung sampai stasiun rumah sekolah, sungai libuai Desa Logas. dan ketemu sama pekerja dari pekanbaru. Dimuaro sijunjung pekerja berupa orang kampung pribumi, pribumi jawa dan interneer. Pekerja pribumi di sumbar adalah orang-orang yang mampu.
Masyarakat Logas tidak ada yang menjadi pekerja rel, orang logas beladang, jadi kampung kosong.Tentara jepang punya prum (kemp) sendiri ada di stasiun-stasiun kereta, mereka memiliki tukang masak dan berkecukupan.Kesehatan tidak diperhatikan waktu itu, dirumah sakit saja pada waktu itu tidak ada obat malaria, disentri dan obat kulit.Kamp pekerja berupa kamp tenda dari atap rumbia tanpa pintu dan dinding. Pindah kerja, maka pindah tempat kamp. Kamp sudah tersedia dengan kondisi yang sudah tentu seadanya.
Pekerjaan dibagi menjadi pencari bantalan, pemasang bantalan, tukang cangkul tebing, pengangkut tanah, tukang angkat rel. Tukang cangkul tanah bertugas untuk mencangkul dinding-dinding tebing dan meratakan jalur rel kereta. Tukang angkut tanah bertugas untuk mengangkut tanah dari pencangkulan ke tempat-tempat yang membutuhkan, seperti rawa-rawa dan tempat lain yang tidak rata. Damin termasuk orang yang bertugas mengangkut tanah dari tukang cangkul ke jalur rel.
Selanjutnya pekerjaan dari pemasang bantalan dan pemasang rel. Bantalan dicari di hutan berasal dari berbagai jenis kayu asalkan keras. Rel diangkut oleh pekerja pribumi dan tahananan interneer. Kalau pekerja pribumi satu batangan rel diangkut oleh tiga orang. Kalau tahanan interneer satu batang rel satu orang.
Istirahat selama satu jam dari jam 12-13 wib. Makanan pekerja berasal dari sayur kol, cabe, bawang air. Sayur kol nya tidak ada dipilah-pilah, jadi dalam makanan ada yang sudah tua bahkan kuning. Piring berupa bambu di padi / besek. Nasi dari ditakar dengan tempurung kelapa. Satu tempurung datar diisi untuk satu orang tanpa tambah, makan tampah kuah.
Suatu hari di muaro sijunjung damin mengalami sakit berak darah yang mengakibatkannya diletakkan di ruang mayat oleh jepun. Namun dengan semangatnya untuk bertahan hidup beliau berhasil melewati masa kritis tersebut.
Menurutnya, dia hanya bekerja sekitar setahun lebih dua bulan sebagai pekerja pengangkut tanah timbunan untuk jalur rel kereta api. Beliau juga berkata berangkat sekitar tahun 1942, dan bekerja sampai jepun kalah perang, berarti dia bekerja selama tiga tahun lebih, tapi adapula pernyataan yang mengatakan bahwa stasiun kereta rumah sekolah sudah dibuat, berarti ada pekerja yang telah datang sebelumnya.Penyakit yang banyak diderita pekerja waktu itu yaitu kelaparan, malaria, korengan (atau dikenal dengan olokan penyakit disentri berak darah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar