BAB
2
ISI
2.1.
LATAR BELAKANG PEMANGUNAN REL KERETA API
Jauh seelum
pecah perang dunia kedua. Jepang sudah mempersiapkan secara matang untuk
menguasai Asia. Persiapan-persiapan secara matang ditandai dengan penyebaran
spionage ke berbagai Negara di asia yang menjadi Negara jajahan bangsa eropa.
Bemacam-macm penyamaran dilakukan oleh spionage jepang ini. Ada yang menyamar
sebagai pedagang mainan anak-anak. Ada yang menjadi pedagang kelontong, ada
yang menjadi pemborong bangunan, tukang batu, tukang foto dan lain-lain.
Akhirnya pada
tangga 8 desember 1941 bala tentara jepang telah menyerang pearl harbor ( teluk
mutiara) di kepulauan hawwai yang dikuasai amerika serikat dalam rangka
mewujudkan ambisinya yakni menguasai asia timur raya. Tujuan jepang menyerang
teluk tersebut adalah kekuatan miter amerika saat itu sebagian besar berpusat
di tempat tersebut.
Jepang
menghadapi lawan yang cukup kuat yaitu Amerika Serikat, Belanda, Cina, dan
Inggris, dengan semboyan ABCD ( amerika, britai, china and dutch). Perang ini
dinamakan perang pasifik. Jepang telah melakukan perang kilat yang dahsyat
tanpa diumumkan terlebih dahulu. Sehingga dalam tahun 1942 negara-negara
jajahan amerika serikat, inggris, belanda dan prancis berhasil direbutnya
termasuk Indonesia.
Meskipun jepang
telah berhasil dalam tahun 1942 itu menguasai beberapa Negara di kawasan
pasifik, namun mereka menyadari bahwa kemenangan belumlah berarti sudah berada
di pihak mereka. Oleh karena itu dalam tahun 1942 jepang mulai memperkuat
pertahanan mereka di Negara-negara yang dikuasainya tersebut. Diantaranya
membangun jalan kereta api dari muara sijunjung – pekanbaru. Pembangunan rel
ini menurut perhitungan ahli militer jepang termasuk mempunyai arti dan
jangkauan strategis dalam rangka usaha memperkuat kedudukan di Negara-negara
yang sudah dikuasai tersebut.tersebut merupakan daerah yang potensial bilaman
ditinjau dari aspek militerdan ekonomi untuk memenangkan perang asia timur
raya.
Sumatera barat
merupakan lumbung beras dari sumatera tengah, sedangkan riau terdapat
pertamangan minyak yang sudah beroperasi. Selain itu daerah riau terdapat dua
pelabuhan yakni pelabuhan sungai siak dan pelabuhan samudra dumai. Pelabuhan
sungai siak terletak jauh ke daerah pedalaman yang dapat dilalui oleh kapal
berukuran 1000 ton, pelabuhan ini merupakan pelabuhan sungi terdalam di
Indonesia yng ermuara ke selat malaka. Pelabuhan samudera dumai terletak di
selat Malaka yang mampu dilalui kapal berukuran puluhan ribu ton. Sedangkan
pelabuhan telauk bayur yang berada di daerah sumatera barat juga tidak kalah
pentingnya baik pada masa perang maupun pada masa damai, karena satu-satunya
pelabuhan alam yang terbesar di samudra Indonesia.
Dalam hal ini
nampaknya jepang juga melihat dari aspek strategi militer yang didorong nafsu
kekuasaan, akan tetapi kurang menghayati sejarah perjuangan bangsa Indonesia
sejak ratusan tahun silam tidak rela dijajah ole hangs manapun, apakah penjajah
itu berkulit putih atau berkulit erkulit kuning. Demikian juga jepang tidak
memahami hakikat keyakinan bangsa Indonesia bahwa setiap usaha apapun yang
dilakukan dengan kekejaman dan kedzaliman lambat laun pasti akan menerima
pembalasan yang setimpal dari tuhan, karena tuhn tidak menyukai bangsa yang
berbuat aniaya tersebut. Pengalaman sejarah dan kekuatan spiritual bangsa
Indonesia inilah yang tidak disadari oleh militer jepang pada waktu memaksa
angsa indonesia menjadi romusha
membangun jalan kereta api maut tersebut.
2.
2. PEMUDA-PEMUDA DIJADIKAN ROMUSHA
Kedatangan ala
tentara jepang di Indonesia di sambut baik dengan penuh harapan akan diberikan
kemerdekaan. Rakyat Indonesia sudah terlalu lama menderita di bawah penjajahan
belanda. Tentara jepang mengatakan pada awalnya pada rakyat Indonesia bahwa
mereka datang ukan untuk menjajah, tapi untuk membebaskan saudaranya dari
penjajahan barat yang sudah terlalu lama menderita. Jepang mengatakan bahwa
mereka adalah saudara tua Indonesia dan tak rela melihat saudaranya terjajah
dan menderita.
Rakyat awam pada waktu itu tentu percaya kedatangan
jepang akan memperabiki keadaan bangsa Indonesia. Pada awalnya tentara jepang
memberikan angan yang menggiurkan rakyat. Yakni akan dieri pekerjaan untuk
mengatasi kemiskinan mereka. Selain itu mereka akan di beri makanan, pakaian
dan gaji jika bekerja pada militer jepang. Banyak pemuda-pemuda yang mendaftar
mencalonkan diri pada penawaran jepang ini terutama di jawa yang banyak sekali
masyarakat miskin. Apa yang mereka ucapkan sebelumnya ternyata tidak sesuai
dengan kenyataan yang berlaku. Pada penghujung tahun1942 pemuda-pemuda mulai
dikerahkan untuk kerja sukarela. Pada tahun 1943 sampailah pada puncaknya
pemuda kita dipaksa memangun jalan kereta api sepanjang 220 km dari muara
sijunjung-pekanbaru. Banyak romusa – romusa ini berasal dari jawa, yang tergiur
oleh harapan yang diberikan oleh jepang tersebut.
Tenaga kerja
paksa yang disebut romusa terdiri dari orang jawa, tawanan perang seperti
belanda, inggris serta tenaga lokal. Namun tenaga kerja lokal sedikit sekali
yang diketahui. Jumlah romusa yang
seenarnya tidak dapat diketahui karena dokumen mengenai itu hais dibakar oleh
jepang sewaktu tanggal 15 agustus 1945.
Tenaga kerja dari jawa yang rata-rata berusia sekitar 18-25 tahun.
Ketika baru sampai di daerah muara sijunjung keesokan harinya mereka langsung
dipekerjakan.
2.3.
PEMBANGUNAN REL DI DESA LOGAS
Zaman Penjajahan
Jepang, Kereta Api merupakan salah satu alat transportasi jarak jauh yang
digunakan. Umumnya untuk kepentingan pengangkutan barang tambang dan tentara
jepang. Romushalah yang mengerjakan rel untuk kereta tersebut. Romusha terdiri
dari tiga kelompok kerja, yaitu tentara belanda (interneer) yang menjadi
tahanan, orang-orang cina dan orang-orang dari pribumi. Romusha bersama-sama
menebang pohon, menggali dan meninggikan tanah yang akan menjadi jalur rel
kereta api ini. Agar kereta dapat menyeberangi sungai maka romusha ini juga
akan membuat jembatan diatasnya sesuai dengan tinggi jalur sebelumnya dan lebar
sungai. Bila harus melewati rawa, maka mereka bertugas untuk menimbun rawa
tersebut dengan meruntuhkan tebing-tebing yang ada disekitarnya. Tujuan
utamanya yaitu agar rel kereta yang akan dipasang nanti hampir sama tingginya
dan hampir sama lurusnya, alias agar kereta dapat berjalan mulus dan lurus.
Pembersihan dan pembuatan jalur langsung diiringi oleh pemasangan rel.
Desa Logas
termasuk salah satu jalur yang dilewati oleh kereta api jepang ini. Mempunyai
satu stasiun terletak antara sungai libuai hingga sungai arang, dengan panjang
sekitar 40 lebar sekitar.12. m. saat ini stasiun tersebut sudah menjadi
pemukiman masyarakat. Kenang-kenangan stasiun yang diingat masyarakat adalah
satu unit gerbong lokomotif, satu unit lori batu bara dan satu unit angkong
besi serta rel-rel yang bersiliweran. Semua alat tersebut masih bertengger di
atas relnya hingga sekitar tahun 1970-an.
Sementara itu,
jalur Logas-Pekanbaru, menurut beberapa laporan, benar-benar dipakai. Di jalur
ini berjalan kereta api yang membawa tawanan perang dari kamp-kamp ke tempat
kerja, dan juga kereta api barang, pengangkut bahan-bahan kebutuhan hidup dan
kereta api pengangkut batu bara. Pada bulan Juni 1945 alat-alat bengkel dari
Pekanbaru dibawa ke Logas. Sejak bulan itu, Logas menjadi balai yasa untuk
perawatan kereta api. Di sana dapat diperbaiki gerbong barang dan juga
diproduksi tirpon. Jalur Petai-Pekanbaru sepanjang 119 km, dan juga jalur sepanjang
sekitar 18 km ke tambang batu bara di Tapui (11 km jalur sempit 700 mm, sisanya
jalur 1067 mm) dipakai sejak awal Mei 1945 sampai 15 Agustus 1945 untuk
mengangkut batu bara. Menurut Neumann dan Meijer, ada “dua atau tiga kereta api
batu bara setiap minggunya”, dan juga “beberapa gerbong batu bara disambungkan
ke kereta api pengangkut tawanan perang”. Jalur ini hanya aman untuk kecepatan
sangat rendah, menurut Meijer kecepatan rata-rata adalah lima kilometer per
jam, dan sering terjadi keluar rel.
Rel kereta,
membentang dari ujung desa logas (saat ini sudah menjadi kawasan muara lembu)
sebelah kiri jalan (arah teluk kuantan) lurus hingga stasiun. dari stasiun,
menyerong lurus kearah dalam melewati jembatan diatas sungai libuai membentang
lurus melewati sisi tanah lapang yang bersisihan dan menyeberangi sungai
mantun/pantun logas hilir. Rel kereta terus dibangun lurus melewati rawa
sepanjang.4000 m hingga jalan ojolali, terus lurus melewati mesjid al-ikhlas
dan menyeberangi sungai limangan perbatasan desa logas dan logas hilir. Dari
sungai limangan rel lurus hingga titik perbukitan yang cukup tinggi dan
akhirnya rel agak dibelokan sedikit menyeberangi jalan tanah (dulunya belum
diaspal), sungai botuang membentang lurus di atas kerikil hasil korekan kapal tambang
belanda lurus hingga lubuk ambacang dan seterusnya hingga ke sumbar.
Keadaan romusa
di logas dan desa lainnya sangat mengenaskan. Tidak ada istilah panas ataupun
hujan. Mereka harus ekerja keras. Adakalanya jalan kereta api melewati
rawa-rawa, rawa-rawa out harus ditimbun dengan tanah. Agaimanapun jalan kereta
api harus segera disiapkan. Mereka harus
menggali tanah-tanah berbukit dan menimbun bagian yang berawa-rawa tempat yang
rendah dari ujung jalan atau pangkal jalan. Mengangkat kayu untuk bantal rel
dan jembatan. Mengangkat besi- besi rel.
Tenaga kerja
yang laman setiap hari ditempelang, dilempar ada juga yang digantung dan
disandarkan ke tiang sambil dicambuk sambil mengerang kesakitan. Tenaga kerja
lokal seperti orang Kampar melarikan diri kehutan dan kemali kekampungnya.
Sementara romusa dari jawa yang melarikan diri mati tertembak da nada yang
tertangkap dan disiksa dengan kejam.
Makam para
romusa yang menjadi korban pembuatan rel kereta api yang menjadi Koran
pembuatan rel kereta api yang waktu itu terkenal dengan jalan kereta api “Loge”
(Logas) anyak tersebar disepanjang jalan. Yang terbesar adalah di simpang tiga
Pekanbaru. Nama logas semakin mengerikan di telinga pemuda indnesia. Ketika
mereka disuruh bergotong royong kesana mereka enggan untuk pergi ahkan ada yang
menyemunyikan diri dengan meninggalkan kampungnya dan lari ke hutan.
Setelah jepang
menyerah kepada sekutu. Dan tentara jepang dilucuti dan dipulangkan ke jepang.
Para romusa ditinggal saja oleh orang-orang jepang, mereka pergi
kekampung-kampung dan meminta sedekah ke masyarakat. Karena kehidupan
masyarakat sulit pula pada saat itu maka pemerian sedekah sangat terbatas dan
tidak dapat dilakukan setiap hari. Setelah pekerjaan yang dimulai sejak bulan
april 1943 dan selesai 15 agustus 1945 bertepatan dengan kekalahn jepang dalam
perang dunia kedua.
2.4.
HASIL WAWANCARA MBAH DAMIN MANTAN
ROMUSHA
Nama Damin, tua
dari tiga bersaudara. miskam dan miskun adalah adik-adiknya. Lahir dari
keluarga miskin pasangan bapak bujan dan ibu kaminah. Lahir di kewalian ndoko kecamatan simpeng, kabupaten
blitar jawa timur sekitar tahun 1916 atau 97 tahun yang lalu. Kehadiranya dalam
rombongan romusha adalah untuk menggantikan sang ayah sebagai peserta wajib romusha.
Akibat kemiskinan dan dengan niat membantu perekonomian kedua orang tuanya
waktu itu maka Damin dan ayahnya berunding siapa yang akan berangkat. Berhubung
si sulung damin masih muda, dan beranggapan belum sanggup untuk membiayai ibu
dan dua orang saudaranya maka dia setuju untuk ikut program Romusha di Sumatra.
Maka dilaporkanlah kembali pergantian nama ayahnya ke buapati blitar waktu itu.
Perintah mencari
pekerja memang dilakukan oleh orang jepang, tapi pemerintah pribumi yang
melaksanakan pengumpulan warganya agar seorang juru promosi atau kaibodan dapat
beraksi. Tanpa mengetahui dengan jelas jenis pekerjaannya, “pokoknya diajak
kerja, itu saja” kata beliau. Sama seperti warga lain yang ikut tergoda oleh
bujuk rayu keybodan yang katanya menjadi tukang rekrut pekerja-pekerja malang
ini. Dari janji keybodan tersebut adalah kerja di sumatra selama tiga bulan
dapat membawa uang dan kain yang banyak. Untuk meyakinkan calon pekerja sang
keybodan membawa foto orang kaya yang sedang membawa banyak barang dan
dikatakanlah bahwa orang tersebut berasal dari sumatra setelah mengikuti
kegiatan “kerja” tiga bulan yang mereka katakan. Satu kewalian berangkat
sebanyak 25 orang.
Selama
perjalanan menuju pelabuhan Tanjung Priok kebutuhan makanan cukup sebanyak tiga
kali sehari. Hingga sampai di Tanjung Priok, rombongan Romusha mulai bekerja
sebagai pengangkut garam dari pelabuhan ke kapal. Selama perjalanan dengan
kapal, makanan mulai dikurangi. Makanan berupa nasi jagung, dengan jagungnya
lebih banyak. Perjalanan kapal selama tiga hari tiga malam menuju pelabuhan
teluk bayur sumbar. Penumpang kapal tersebut yaitu, tentara jepang, penduduk
pribumi jawa dan pasukan belanda yang menjadi tawanan atau interneer. Malam
sampai di Pelabuhan teluk bayur padang, pekerja ditempatkan dikandang kuda.
Pekerja masak sendiri, dengan bahan makanan berupa ikan bada, beras sehari
semalam dua ons.
Pembuatan rel
dimulai dari muaro sijunjung sampai stasiun rumah sekolah, sungai libuai Desa
Logas. dan ketemu sama pekerja dari pekanbaru. Dimuaro sijunjung pekerja berupa
orang kampung pribumi, pribumi jawa dan interneer. Pekerja pribumi di sumbar
adalah orang-orang yang mampu.
Masyarakat Logas
tidak ada yang menjadi pekerja rel, orang logas beladang, jadi kampung
kosong.Tentara jepang punya prum (kemp) sendiri ada di stasiun-stasiun kereta,
mereka memiliki tukang masak dan berkecukupan.Kesehatan tidak diperhatikan
waktu itu, dirumah sakit saja pada waktu itu tidak ada obat malaria, disentri
dan obat kulit.Kamp pekerja berupa kamp tenda dari atap rumbia tanpa pintu dan
dinding. Pindah kerja, maka pindah tempat kamp. Kamp sudah tersedia dengan
kondisi yang sudah tentu seadanya.
Pekerjaan dibagi
menjadi pencari bantalan, pemasang bantalan, tukang cangkul tebing, pengangkut
tanah, tukang angkat rel. Tukang cangkul tanah bertugas untuk mencangkul
dinding-dinding tebing dan meratakan jalur rel kereta. Tukang angkut tanah
bertugas untuk mengangkut tanah dari pencangkulan ke tempat-tempat yang
membutuhkan, seperti rawa-rawa dan tempat lain yang tidak rata. Damin termasuk
orang yang bertugas mengangkut tanah dari tukang cangkul ke jalur rel.
Selanjutnya
pekerjaan dari pemasang bantalan dan pemasang rel. Bantalan dicari di hutan
berasal dari berbagai jenis kayu asalkan keras. Rel diangkut oleh pekerja
pribumi dan tahananan interneer. Kalau pekerja pribumi satu batangan rel
diangkut oleh tiga orang. Kalau tahanan interneer satu batang rel satu orang.
Istirahat selama
satu jam dari jam 12-13 wib. Makanan pekerja berasal dari sayur kol, cabe,
bawang air. Sayur kol nya tidak ada dipilah-pilah, jadi dalam makanan ada yang
sudah tua bahkan kuning. Piring berupa bambu di padi / besek. Nasi dari ditakar
dengan tempurung kelapa. Satu tempurung datar diisi untuk satu orang tanpa
tambah, makan tampah kuah.
Suatu hari di
muaro sijunjung damin mengalami sakit berak darah yang mengakibatkannya
diletakkan di ruang mayat oleh jepun. Namun dengan semangatnya untuk bertahan
hidup beliau berhasil melewati masa kritis tersebut.
Menurutnya, dia
hanya bekerja sekitar setahun lebih dua bulan sebagai pekerja pengangkut tanah
timbunan untuk jalur rel kereta api. Beliau juga berkata berangkat sekitar
tahun 1942, dan bekerja sampai jepun kalah perang, berarti dia bekerja selama
tiga tahun lebih, tapi adapula pernyataan yang mengatakan bahwa stasiun kereta
rumah sekolah sudah dibuat, berarti ada pekerja yang telah datang sebelumnya.Penyakit
yang banyak diderita pekerja waktu itu yaitu kelaparan, malaria, korengan (atau
dikenal dengan olokan penyakit disentri berak darah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar